Senin, 11 Juli 2011

KENYAMANAN DAN EGOISME

Gara-gara pagi tadi mendengar ada yang salah dalam “berinteraksi” dengan mahluk sosial lain yang namanya manusia, timbul pertanyaan di saya. Apa sih yang membuat kita nyaman, dan apakah nyaman versi kita juga diterima orang lain. Begitu sebaliknya suatu hal membuat nyaman di orang lain, ternyata begitu memuakkan kenyamanan itu kita terima. Kondisi ideal mana kenyamanan itu? Tepatkah bahwa definisi kenyamanan itu masuk dalam ranah relativitas? Asli, masih kuuueeeseeell sayanya. Orang gak tau diri atau apa ya.., tapi balik lagi ke tadi. Mungkin emang hal tersebut  membuat orang itu nyaman, dan mungkin saya tidak sama dalam menterjemahkan kenyamanan itu. Mareeee…..

OK…., pertama kita bertanya kepada diri sendiri dulu apa yang membuat kita nyaman!  Contoh kita membeli kursi atau yang paling gampang sepatu deh. Kira-kira apa yang kita cari jawaban pertama kali saat mencoba? Pas ukurannya-kah, terus kalau sudah pas, nyaman-kah? Perlu jawaban khan? Kira-kira bertanyanya ke siapa? Diri sendiri tho. Terus biasanya pertanyaan itu berhubungan dengan indra mana? Pertama dirasa oleh kaki, terus decision maker-nya sopo? Yang menyatakan bahwa sepatu itu nyaman, tentunya otak yang menyangkut pikiran dan sugesti. Lho iyaa.. sugesti, nanti akan tau deh kenapa hal tersebut bisa mempengaruhi. Ok, balik lagi ke sepatu tadi..  Kalau yaa,  ini kalau. Ternyata ukuran sepatu pas tetapi tidak nyaman dipakai. Karena kita kepengen banget sepatu itu dan modelnya menjadi trend saat ini apa yang akan kita lakukan? Hahahaha… akhirnya deal dengan otak tho? Otak mengatakan tidak nyaman, tetapi sinyal ketidaknyamanan itu “ditipu” oleh hal didikan otak juga yaitu SUGESTI! Sepatu tidak nyaman tetapi kita digiring TERUS oleh sugesti kita bahwa sepatu itu “nyaman” dipakai! Pertama pasti berontak itu kaki, tetapi coba setelah sugesti tersebut berhasil menguasai, apa yang kita dapat? KENYAMANAN! Akhirnya sepatu itu nyaman dipakai!

Jadi jelas segala hal yang kita lakukan ataupun segala hal yang kita pilih pasti berada di 2 daerah. Daerah tidak nyaman atau daerah nyaman. Biasa, kalau ada lebih dari satu keadaan, pasti ada daerah perantara. Daerah dimana kita mau masuk daerah nyaman atau tidak nyaman. Untuk masuk di daerah mana, kita harus deal dengan pikiran dan sugesti kita, alias didikan otak!  Kalau tidak deal, dah pasti sampai umur dikandung, kita akan selalu merasa tidak nyaman! Tetapi kalau kita bisa deal, daerah nyaman-lah kita tinggal. Sederhana tetapi tidak sederhana! Bingung khan? Sederhana karena kita tinggal deal dengan otak, tidak sederhana karena kita butuh perjuangan yang luar biasa hanya untuk sekedar deal dengan sugesti/otak. Siapa yang mau tersiksa dengan kondisi sepatu tidak nyaman (high heel misalnya), tetapi berapa banyak perempuan yang memakainya? DEAL, karena itu trend dan kita mensugestikan bahwa sepatu itu nyaman, dari sugesti tersebut jadi “terbiasa” menggunakan sepatu high heel yang sebenarnya tidak nyaman. Kebiasaan, kebiasaan-lah yang mendorong kita masuk ke daerah nyaman dari daerah tidak nyaman.  Contoh lagi kita yang cowok, siapa yang mengatakan nyaman pakai celana jeans ketat, jaket kulit dipakai di siang bolong? Tapi lihat dulu, karena  pakaian itu dipakai Jagger atau bintang metal lainnya, saya nyaman-nyaman saja memakai. Karena? Ya itu tadi, deal dengan sugesti!

Lalu apa hubunganya dengan keluhan saya di atas? Toh kenyamanan ternyata memang tidak sama diterjemahkan untuk masing-masing orang. Apalagi Dod? Hehehe… ya gini saja, mosok sugesti untuk mencari kenyamanan itu mengganggu perjuangan orang lain untuk mencari kenyamanan? Mbulet! Lha memang mbulet kalau kembuletan itu tidak diurai menjadi tidak mbulet. Hahaha… tambah mbulet!
Begini, apa gunanya kenyamanan itu apabila tidak membuat orang lain nyaman juga? Ujung-ujungnya khan egois, iya EGOIS!  COntoh lagi… (biarin lah contoh mulu), sepasang kekasih atau sepasang suami istri. Langgengkah hubungan itu kalau masih-masing “membela” kenyamanan versi dewek! Si cewek menuntut sang cowok harus menemani setiap kemana saja mau pergi, karena nyaman untuk si cewek. Tetapi buat cowok-nya? Nyamankah? Si Suami selalu nikah lagi nikah lagi atau pacaran lagi pacaran lagi, karena memang membuat suami nyaman yang RRRUUUUAAARRRRR BIASA! Tetapi nyamankah buat istri? Mudah kale menjawabnya..  Dan suatu hal yang sangat bodoh apabila kondisi tersebut dianalogikan dengan membeli sepatu tadi. Bodoh untuk mensugestikan gak apa-apa karena saya terlalu cinta akan mengantar kemanapun si cewek pergi. Suatu hal yang sangat bodoh pula apabila seorang istri mensugestikan bahwa ‘dimadu” itu enak.  Maaf saya suka poligami, tetapi saat ini saya masih tidak enak hati untuk membiarkan sugesti Yayang saya yang terus menerus “di-didik” sugesti bahwa dimadu itu enak. Kalau madu-nya dah pasti enak, berguna lagi. Coba.. kalau sudah begitu, apa arti sebuah kenyamanan? Nah yang saya gugat tadi itu, apa artinya suatu kondisi yang “hanya” membuat nyaman segelintir orang? Buat apa mengorbankan kenyamanan orang lain? Apalagi kita sudah mengorbankan kenyamanan untuk orang tersebut, ternyata orang yang saya korbanin itu “ndableg” gak tau diri!  Saya piker, OK-lah saya korbankan kenyamanan saya, siapa tau orang tersebut bisa belajar bahwa kenyamanan itu hak orang lain juga. Naah….tidak sederhana khan.Ternyata orang itu memang pantas hidup di Hutan! MONYET!

Sepertinya mari sama-sama kita sugestikan lagi bahwa  ciptakan kenyamanan secara umum, artinya bukan nyaman untuk dewek! Meskipun kenyamanan itu hak segala bangsa eh.. kok malah ke pembukaan UUD 45, bahwa memang kenyamanan itu adalah hak setipa orang, tetapi harus ingat tho dan jangan mengelak, kita ini mahluk sosial lho. Mahluk yang bermasyarakat, mahluk yang berkoloni! Kecuali mau hidup sendirian sono di hutan! Kalau mau mendewakan kenyamanan versi dewek. Dan sekali lagi, kenyamanan itu tidak dicari saudara-saudara, tetapi diciptakan! Mari kita ciptakan kenyamanan! Bersama-sama! Sugestikan terus pertanyaan ini,”SIAPA ORANG YANG BISA DIAJAK MENCIPTAKAN KENYAMANAN?”. Dan hindari sugesti pertanyaan ,”siapa yang bisa membuat saya nyaman?. Ya, belajar sedikit-sedikitlah tidak EGOIS!


Merak, 11 July 2011
Dodi SUprapto
(Yang masih kesel sama orang yang EGOIS!)

Sabtu, 09 Juli 2011

KEDEWASAAN DAN LIFE BEGIN AT 40's?

Menginjak usia 41 tahun ini, saya malah gamang, ternyata dan gak kroso, saya sudah memasuki usia “heboh”. Iya.. 41 tahun! Ternyata wis tuwek..!Ckckckckck… Dan semakin gamang dan serem setelah banyak  orang-orang pinter ngotak-ngatik usia 40 tahun! Ada yang ngomong masa puber kedua lah, usia dewasa madya-lah, malah ada istilah popular life begin at forty’s! Begitu bombastis-nya usia 40 tahun! Pertanyaanya…… bener gak yaa.., bikin orang takut and grogi memasuki usia ini.  Rasanya seperti ditempeleng lagi waktu kemaren buka facebook, temen-temen pada ucapin selamat ulang tahun… eh salah..maksud saya “memperingati hari lahir”! Memang benar juga sih, mana ada tahun yang bisa diulang! Menurut mas Jaya Suprana yang “dewa”-nya kelirumologi, bahwa tidak ada tahun yang bisa diulang! Enak bener ya kalau tahun bisa diulang, yakin akan banyak sekali revisi-revisi hidup yang akan dijalani setiap orang kalau tahun bisa diulang. Jadi kata orang lucu itu, cobalah setiap ada orang yang “mengulang tahun”,  maksudnya kalau pas hari ini atau besok , lusa atau hari-hari kedepan, tanggal di kalender sama dengan tanggal lahir seseorang, mulai lah rubah istilah itu dengan “memperingati hari lahir” atau istilah-istilah keren yang relevan lainnya asal jangan pakai istilah Ulang Tahun! Hahaha… , emang janggal ya kalau kita ucapkan,”selamat memperingati hari lahir”, kepanjangan! Tapi sedikit tips dan sudah saya praktikkan lebih dari 2 tahun yang lalu, saya “hanya” mengucapkan kata “Selamat”, lebih aman dan gak dimarahi Eyang Jaya Suprana! Bener lho, waktu beliau menyampaikan itu dengan mimik serius. Asli! Kalau gak percaya, beli bukunya dong!  (dapat komisi nih).  Bukti lagi, coba terjemahkan Happy Birthday, mosok selamat ulang tahun? Bukan tho.. tapi selamat hari lahir! Berarti…memang keliru!

Wee.. malah bahas itu, balik lagi ke ulang tahun…eh.. hari lahir saya yang tepat jatuh di hari kemaren, sayangnya tahunnya beda!  Dan tentunya saya gak bisa “mengulang” tahunnya.. banyak sekali intro question ke saya sendiri.
Bahwa…. benarkah saya bertambah dewasa sejalan atau berbanding lurus dengan bilangan tahun? Bahwa.. benarkah saya memulai hidup di usia 40 tahun (tepatnya 41 tahun)? Bahwa benarkah saya masih keliatan muda dari jumlah usia saya..atau malah kelihatan lebih tuwek dari usia ini?  Kalau saya jawab sendiri, kayaknya gak tepat deh.  Yang pasti wong liyane tho sing “wajib” menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan harusnya disampaikan ke saya! Lha kalau saya jawab sendiri,  dah pasti saya jawab,” Aku sudah sangat dewasa dan bijaksana! Aku sudah sukses lahir batin! Aku masih keliahatan seperti Keanu Reeve! Perutku masih…… hehehehehe…… kalau ini ndak berani aku! Susah! Yo wis lah.. untuk perut aku ngalah! Perut-ku sudah single pack!! Guuueeeddheee…!”  Wakakakak..

Yang pertama, bertambah dewasa. Hm..hm… kedewasaan, memang tidak ada jaminan kalau semakin tua, kedewasaan mengiringi. Menjadi tua dah jelas itu hukum alam, tetapi menjadi dewasa?? Menjadi dewasa adalah suatu pilihan!  Menjadi dewasa kadang terlupakan untuk dipilih! Malah menjadi dewasa kalah popular dibanding dengan kata TAKUT TUA! Dari yang paling sederhana mengecat rambut yang sudah two tones, sampai operasi plastik, menghirup oksigen murni, make over yang biayanya berjut-jut adalah “phobia” menjadi tua!  Ya boleh dong saya berpikir, mengapa mengeluarkan daya upaya yang luar biasa itu untuk melawan hukum alam? Yang jelas-jelas dan pasti, menjadi tuwek trus matek! Weeeitts… banyak amat yang protes. Lha memang bener, pertanyaan-nya, kenapa hal tersebut tidak dilakukan hal sama dalam upaya menjadi dewasa??? Itu juga pertanyaan buat saya juga lho…  Hayooo…
Mudah-mudahan saya “masih” berusaha ke arah sana, kearah menjadi dewasa. Ke arah selalu menjaga sikap yang tepat, kearah menggunakan keberanian untuk hal-hal yang memang harus diperjuangkan, kearah menjaga kesabaran, kearah keterpahaman akan tanggung jawab, kearah tidak pernah berhenti belajar berpikir secara luas dan kearah pintar menempatkan kepercayaan diri!  Itu semua yang sangat melekat dalam ranah kedewasaan. Kalau diperhatikan lebih seksama lagi dari penggalan kata sikap, berani, sabar, tanggung jawab dan percaya diri adalah kata biasa yang kita dengar sehari-hari. Lalu apa hubungannya dengan kedewasaan? Nah itu dia.. saya juga bingung! Qiqiqi…  Mungkin begini kalau dihubungkan dengan kedewasaan, semua kata yang mempunyai makna suatu tindakan, kalau tidak ditempatkan di tempat yang tepat, sudah pasti akan berbeda makna jika diterima oleh orang lain. Karena memang sepertinya, menjadi dewasa adalah orang yang sudah bisa dan pintar menempatkan segala sesuatu secara tepat! Sekali lagi tepat! Nah.. balik lagi ke kata-kata tadi, Kata sikap kalau salah menempatkan.. dah pasti temen-temen akan menjadi public enemy number one! Dan konsekwensi dari sikap itu muncul istilah Ngeselin, nyebelin, kampungan, udik, kolot dll.  Berani. Kata Berani kalau salah menempatkan bisa memunculkan konsekwensi Ngawur, Bunuh diri, criminal, pecundang. Berani merampok bank akan lebih buruk konsekwensinya daripada berani membuka usaha meskipun dengan modal pas-pasan. Takut menghadapi persaingan kerja akan lebih buruk konsekwensinya daripada berani belajar dan belajar untuk menjadi orang yang kompeten. Berani korupsi akan lebih buruk konsekwensinya dibandingkan dengan berani bekerja siang malam untuk sekedar mencari apa yang bisa dimakan besok! Sabar. Kata sabar kalau tidak ditempatkan secara tepat akan muncul istilah.. guuoooblok, tolol, bego atau kata sahabatku “ente bukan manusia! Karena “gemes” melihat kesabaran yang tidak tepat sasaran!  Masih bisa bersabar dan tidak berbuat apa-apa dengan cemoohan orang yang mengatakan miskin, konsekwensinya akan lebih buruk dibanding dengan sabar dan tekun mengais rejeki meskipun apa yang diraih tidak sesuai harapan. Dan sebagainya dan sebagainya, baik itu untuk tanggung jawab, ataupun kepercayaan diri, harus ditempatkan secara tepat. Jadi tepat menempatkan sesuatu adalah bentuk dasar dari suatu kedewasaan. Jangan sampai salah tempat… maknanya luas tho? Memang kita tidak bisa menjadi dewasa secara utuh, karena memang belum ada manusia yang bisa dewasa secara utuh. Kadangkala kita memang rindu bersikap kekanak-kanakan.. tetapi harus pinter dan tepat tho menempatkannya. Berarti… hahaha DEWASALAH! Ckckckck.. mbulet!
Sekarang… sambil menunggu apresiasi dari orang lain tentang kedewasaan kita, gak ada salahnya  memulai merenung.., me- refleksi diri dan memberikan sekedar ruang dalam otak untuk mengevaluasi dan mencari solusi. Nah.. mungkin kalau saya sudah mencapai sekedar titik terendah suatu kedewasaan, mudah-mudahan cawan yang ada dalam jiwa terus  terisi dengan kebaikan, sehingga hal tersebut terus menumbuhkan kebijaksanaan. Karena bijaksana adalah singgasana tertinggi dari suatu kedewasaan. Suuueeeerr…..

Yang kedua, life begin at 40… hehehe.. gimana yaa,  kalau secara harfiah sih waktu saya “ceprot” keluar dari nikmat syurga rahim ibu, itulah  “start” life dari situ. Malah kalau lebih dalam lagi. Saat yang Maha Perkasa dan Maha Pintar memasukkan roh ke dalam tubuh saya saat masih berada dalam rahim ibu, itulah sebenarnya mulai hidup. What ever lah.. mungkin kalau dihubungkan dengan kedewasaan diatas,  diibaratkan balap mobil formula one, saatnya masuk pit stop deh. Dan sepertinya ini pit stop kedua saya dalam strategi 2 kali pit stop, pit stop yang pertama saat  memasuki usia remaja. Dan dari hasil balapan formula one di sirkuit kehidupan, dalam pit stop pertama itu..hehehe.. sepertinya masih agak kedodoran deh. Meskipun boleh dikata bukan urutan yang paling belakang. Saatnya masuk pit stop lagi tho, nah usia 41 tahun ini pit stop kedua saya! Namanya juga pit stop, evaluasi besar-besaran dilakukan disitu. Beda dengan regulasi balap mobil bahwa boleh dilakukan penggantian ban atau spare part yang rusak saat masuk pit stop. Kalau kita? Gak usah diregulasipun, kita gak mungkin mengganti spare part kita yang rusak. Baik hard ware maupun software-nya, hardware anggota tubuh berikut panca indera, software-nya ya otak dan nurani. Gak bisa diganti! Kecuali impian para ilmuwan yang sudah ”bermain” di wilayah Tuhan akan meng-klon dari ”tunas” yang terdapat dalam tali pusar bayi. Bayangin kalau memang itu posible, akan ada pabrik spare part tubuh!! Tangan, kaki atau apapun bisa tergantikan dari ”tunas” itu. Jangan mikir terlalu jauh-lah, berpikir sekarang dan kondisi sekarang bahwa memang saat ini belum ada teknologi apapun yang bisa mengganti anggota tubuh, terus kalaupun sudah ada, mampukah kita membeli??? High tech is not free. It’s very very expensive. Sudah bisa ditebak tho, siapa yang mampu beli?
Balik lagi ke pit stop, kita hanya bisa  upgrade dan manage hardware dan soft ware kita. Supaya saat keluar dari pit stop nanti, dapat bertarung kembali dalam balapan kehidupan yang sadis ini. Cobalah perhatikan hardware-nya dulu yang arahnya sudah pasti ke kesehatan. Saatnya mungkin berhenti merokok, saatnya mungkin mulai memakai kembali sepatu jogging yang sudah mulai berdebu atau mungkin sudah saatnya merubah pola makan ke arah yang lebih sehat. Ingat pit stop! Masak waktunya pit stop gak ada yang di-review?

Terus kalau software-nya.. pitstop sekarang saatnya lah, pilihan menjadi dewasa mulai ”dilirik”. Inga...inga... jatah umur makin berkurang lho.. berapa tahun lagi coba? 1000 tahun? Mimpi!! Minta tolong ke Jin... wani piro? Hehe.. tidak lah. Realistis saja dengan hukum alam itu, menjadi tuwek dan matek! Kalau percaya life after death, dan keyakinan yang mendalam bahwa kita akan kembali ke sang Khalik! Saat-nya lah kita revisi..revisi dan revisi... Dan perjalanan rohani orang, biasanya lagi lhooooooo...dimulai dari usia ini..., nabi kita aja diangkat jadi rosul umur 40 th khan. Dan biasanya, dan harus deh kayaknya, mulailah bertobat..!!  Mosok geus kolot siga terong kisut masih macem-macem. Rosul juga ngancam kita lho di usia ini, bunyinya, kalau salah nyuwun sewu. Wong ini berdasar ingetan saya doang.., begini.. "barang siapa yang mencapai umur 40 tahun dan dosanya lebih berat dari amal baiknya, maka bersiaplah masuk neraka..!" hiiiiii...., mangkanya di usia ini juga yang pas untuk berserah diri, dengan demikian pencerahan jiwa yang kita ingini dapat dicapai..yaah menuju yang sedikit mulia dikitlah.

Kalau dilihat dari karir??  mungkin kalau dari karir, iya sih kata-kata itu.., contoh waktu kita umur 23 ampe 29 tahun, kita masih explore tuh kita mau kerja apa? Mau jadi apa? Pokoknya cari-cari lah.., nah pas umur 30 sampai 39 tahun, itu mungkin fase kita menstabilkan diri dengan apa yang kita pilih dalam kerja, contohnya mungkin temen-temen pade udah mantab di posisi kerja/karir atau apa yang sudah dipilih, pengusaha kah, artis kah atau apa lah. Seperti saya juga sekarang, kalau diibaratkan pohon kata orang Jawa sudah “ngoyot!”  artinya sudah susah nyari-nyari kerja lagi karena sudah tuwek atau memang sudah mantap dengan posisi sekarang.  Naaaah...kebanyakan kalau kita udah menginjak ke usia 40 (life begin forty..??) kita mengalami, kata orang sih, kita mengalami apa yang dinamakan mid-life career crisis, suatu fase dimana kita biasanya mengalami kegamangan dalam pencapaian karir, biasanya sih bisa dipicu oleh kejenuhan dan rutinitas kerja yang selama ini, lelah fisik atau lelah psikologi mungkin. Akhirnya kita dipaksa untuk evaluasi lagi...bener gak sih selama ini yang kita capai..? Terus terang saya sendiri sampai detik ini masih merasa gamang dan merasa takut menghadapi hari kedepan dengan apa yang saya capai. Dan terpikir juga kepengen berbelok jadi seorang wirausaha, mau jual pecel  kek, jual bakso kek, atau gak tau kenapa akhir-akhir ini keinginan jadi guru begitu kuat! Iya, jafdi guru! Panggilan jiwa?? Mbelgedhes-lah! EMbuh! Sebabnya mungkin saya udah "eneg" ngurusin orang melulu dan dirasa udah gak ada tantangan lagi. Itu proses dari rasa jenuh tadi. Jadi sebenernya kalau dari karir,  fase ini sebenarnya belum stabil, malah kalau boleh dibilang, inilah masa-masa krisis kita, Masa dimana, dibilangin dari tadi… PIT STOP!! Revisi dan evaluasi!  Jadi sepertinya yang tepat  life begin at 45!! Karena di usia ini kebanyakan, orang mulai "settled" dengan pekerjaannya, tentunya udah lewat yang tadi khan. Karena dipikir memang ini pekerjaan kita. Kalau sudah merasa gitu, kita tinggal mengamankan posisi dalam perusahaan. Dan kalau sudah merasa settled..kita akan merasa comfort, stabil dan menekuni pekerjaan kita dengan nyaman. Coba perhatikan gejala-gejalanya yang dirasakan. Gejala dimana sudah pas dengan pilihan, atau justru malah gamang! Kalau gak merasa mantab,  Saat-nya “hijrah”!  Cari karir atau hal lain yang mungkin lebih menantang..! Yah moga-moga aja sih kita lancar... Tapiiii..hati-hati juga dengan umur ini...biasanya kalau karir udah mapan, pendapatan, serta kekayaan telah mencukupi, biasanya .dan biasanya lhooooooo......, kemapanan materi membawa godaan yang muacem-muacem,  karena dirasa udah punya power!! Kalau sudah begitu…. K’dabra! Pertanyaan selanjutnya akan terjawab!! Memasuki puber kedua yang smooth, atau yang lebih ancur-ancuran. Jadi emang bener juga kalau life begin forty,  mau ancur atau gak?

Takut menjadi tua atau memaksakan supaya kelihatan lebih muda? Lha iya memang… masa ini sepertinya kita masih belum nrimo dikatakan tua, tapi tidak juga dikatakan remaja! Mosok disebut tua kalau masih gagah, mosok dikatakan remaja tapi rambut sudah two tones! Nanggung khan… mangkanya tadi disebut sebagai masa kebingungan sebenarnya. Serba nanggung!!  Dan saya???? Hahahaha… cermin di rumah kali dah ngeluh! Bosan! Mosok didepan saya ada mahluk yang terus-terusan ngaca!  Sisir rambut, acak-acak rambut dan…. Hahahaha… mulai pinjam “senjata” yayang. PEMBERSIH!  Hampir dikata sudah joinan tuh pembersih sama yayang. Bersih-bersih muka! Opo tumon. Syndrom takut tua? Mbuh lah.., secara gitu loh. Dan mulai berani coba-coba dengan apa yang dipakai bocah enom! Sepatu, celana, kaos dan model rambut! Eh.., catet yaa.. apa yang dipakai! Belum “apa yang dilakukan”! Asli itu saya gak merasa lho… ngalir begitu saja. Sepertinya… Ah, saya belum tua!. Orang masih gagah begini. Apa lagi ada yang bilang begini.. ,”Eh, pak Dodi ternyata sudah 41 tahun tho. Saya kira masih umur 30 an…”  TUIIIIIINNGGG… langsung cuping hidung saya  bergerak-gerak kayak kelinci! Kepala makin besar dan hahaha.. hati tambah bungah! Siapa yang gak bangga… dikatain sepuluh tahun lebih muda! Eeiittss… jangan nyinggung perut yaa.. hihihihi..

Terus mengapa saya “belum” mencoba “apa yang dilakukan” seorang remaja? Apa hayooo.. yang dilakukan remaja..? lirik sono lirak sini, pacaran? Atau explore/mencoba hal-hal baru tentang lawan jenis! Kalau dilakukan oleh orang yang memang di usia remaja, wajar kali yaa..  Nah ini kalau dilakukan oleh “remaja” yang sangat-sangat berpengalaman?? Wah…wah..wah.., lihat saja apa yang terjadi!  Sumpah! Belum saya lakukan… dan Alhamdulillah sih masih berpikir waras! Tapi… hehe..tak revisi deng. Kalau lirak-lirik sih….hm..hm..hm…Hahahaha… Gak kerasa sudah kali yaa.. sebatas lirak-lirik!! Catet! Sekaranggini saja,  sopo yang tahan dengan begitu banyak-nya melati-melati yang berkeliaran menyemprotkan wangi-nya! Crot..crot..crot! Dan ternyata harum! Sopo yang gak bilang melati itu tidak harum? Sopo? Meskipun di rumah sudah ada mawar yang begitu harum dan harumnya itu sudah tersimpan dengan nyaman di relung hati? Sopo yang berani bilang melati itu gak harum?? Gak ada! Terus.. berapa banyak melati yang tersebar di kantor, angkot, mall, facebook, twitter dan bahkan harum-nya sudah melewati bilik-bilik hati?  Ser..ser…ser… ..ser. Tidak melihat apakah itu melati yang sudah kadaluarsa maupun melati yang fresh!! Tetep saja namanya juga melati, tetap harum!! Hayoo… ngaku laah…

Jadiii…. Wajarkah, salahkah atau memang lebay? Pernah lhoo.. … Ooops..!  hehehe… saya juga mempunyai melati pujaan, tepatnya saya sekedar “memuja” melati itu atau kata keren-nya secret admirer! Waktu melati  pujaan hatiku itu karena sesuatu hal membela “musuh”-ku! Sampai gak habis pikir kok sampai begitu  yaa saya. Tapi  memang itu adanya. Wangi melati itu sudah “mampir” ke serambi hati-ku. Waktu itu saya CEMBURU! Sekali lagi cemburu! HAHAHAHAHA… padahal memiliki juga enggak. Hanya sekedar men-sruput wangi harum-nya..  Memang segala nalar dan akal sehat akan luluh lantak kalau sudah tersambar geledek cemburu! Lha gimana.. wong saya setiap hari berdansa dengan semerbak harum melati yang menari-nari di bulu hidung, meluncur dengan deras melalui lorong hidung, tenggorokan terasa menari-nari dengan lewatnya harum semerbak melati itu dan dengan manis “mampir” di serambi hati ini. Salahkah..? Lalu salah-kah jika kemudian sebagian bilik hati ini tersimpan wangi melati mendampingi wangi mawarku. Bilik hati terasa hangat dan sangat nyamaaaan sekali dengan hadirnya wangi melati itu. Dan salahkah aku bila benih-benih ini mulai “tukul” karena tidak tahan dengan siraman wangi melati itu. Salahkah…??? Ya jelas salah!! Hahaha... Dodi..Dodi… Aneh!   Lho saya kira itu “normal”, gak yakin deh kalau setiap orang gak pernah merasa seperti itu. Nah, biar masuk golongan mana kita dan biar ada yang membedakan, balik lagi, apakah kita sudah dewasa atau belum, yoook kita berbicara lantang tentang……KOMITMEN!!  Iya… komitmen. KArena menjaga komitmen salah satu bentuk karakter dari suatu kedewasaan. Pintar menempatkan!

Mudah-mudahan saya sendiri juga sangat paham apa itu arti komitmen, saya sungguh sangat sadar bahwa saya sudah mempunyai mawar yang setiap hari mengharumi dan menyemburkan wewangian yang luar biasa di relung hati ini, dan itu tak tergantikan. Tapiii… saya lelaki kebanyakan. Yang kurang ajar, yang nakal yang… yang…. yang de-el-el.  Saya sangat-sangat ordinary man. Saya terlahir sebagai laki-laki yang sangat sulit menjaga hati ini untuk tidak diisi oleh bunga-bunga yang lain. Bunga harum yang selalu menggoda bulu-bulu hidung ini untuk sekedar merasakan keharumannya. Merasakan indah warna-nya, dan indah…
But….. saya lelaki yang masih pegang stir…, pegang komitmen. Meskipun kadang perih mengiris (LEBAY!!) ...saya tetap berusaha bahwa melati itu hanya ”melati-ku” yang tak bisa kumiliki, tak bisa kereguk keharuman-nya setiap saat. Apalagi memetiknya. Bukankah rasa sayang tak harus memiliki.. tak harus dan tak harus. Biarlah wangi itu selalu melintasi. Wangi MELATI-ku. (Paarrraaaahhh.... lebay pangkat 2!). Lho iya tho... Apakah kita harus peduli melati itu juga punya rasa yang sama, Enggak tho..??
Hihihihi... kalau boleh meminta mah, ijinkan wangi melati itu selalu mengisi bilik hati ini... biarkan syahdu ini saya yang rasakan. Biarlah kuntum rindu itu ada. Meskipun itu tabu untuk saya petik dan rengkuh.. karena sudah ada mawar yang selalu menghiasi hari-hariku. Karena mawar itu telah menghadirkan calon kumbang yang gagah! Dan menjadi kewajiban saya untuk ”menemani” mencari wangi melati seperti melati itu. Setidaknya......
Parah khan kalau sudah ”lebay”.. tapi saya kira itu hal yang harus dilalui. Harus dilalui... gak ada jalan memutar, yang ada jalan itu memang harus dilalui. Intinya.. bagaimana kita melalui-nya tho? Dengan tersandung-sandung,  gedebak-gedebuk atau seraya naek Mercy! Jangan sampailah melekat anggapan di kita... Remaja yang berpikiran kotor di badan seorang manula!

Balik lagi ke puber kedua… eh.. saya ngomongin puber gak sih? Wis pokoke itu, meskipun di usia ini dan itu sudah terbukti secara naluri, mengalir bahwa rasa ingin berkompetisi mendapatkan lawan jenis begitu menggebu! Sekedar menikmati deg..deg..ser..ser…  Dan yang paling parah.. sekedar ingin membuktikan saya masih muda! Ya itu risky banget, soale kemungkinan hal tersebut “kebablasan” sangat mungkin terjadi. Apalagi ada factor-faktor eksternal yang mendukung. Contoh… ya sekedar contoh. Gak merasa “cocok” lagi dengan pasangan (lha dulu berani Ijab dengan alesan apa yaa?), atau ini yang berbahaya…, ada respon balik dari melati!!! Buuuaaahhhaaayaa.. (+) ketemu (-). Yakin 100% itu akan terjadi! Yaaa… bohong saja kalau gak ada perasaan seperti itu di temen-temen, baik laki maupun perempuan. Munafik saja kalau enggak. Asaaaaallll… jangan lupa Komitmen!! Nah itu dia yang menjadi pembeda… komitmen! Junjung komitmen setinggi langit saudara-saudara! Serius! Salah satu saja yang jaga komitmen, saya sangat yakin itu tidak terjadi. (+) gak ketemu (-), Kumbang gak ketemu melati.. dll. Cukup..cukup dan cukup menjadi seorang secret admirer saja. Ludah masih banyak… cukup telan ludah. Gak kuat? Segera pulang karena di rumah sudah ada mawar ataupun kumbang yang sudah menunggu. Mawar harus terus belajar menambah keharuman, sehingga kumbang gak bosan mencicipi madunya. Hahaha… jadi kayak lagu dangdut!

Hehehe… itu sekedar ocehan seorang Dodi Suprapto! Mudah-mudahan bisa menjadi hal yang sedikit menambah makna hidup kita..., sing penting tiap detik tiap jam...itulah umur kita. 40, 41, 42, 50, 70, 80 tahun, tinggal bagaimana kita melewatinya... LIFE BEGIN FORTY.... ck..ck..ck... gak terasa yaaa...  
Dan selalu waspada bahwa.. hidup ini penuh dengan kejutan-kejutan tak terduga.  Seperti apa yang pernah saya baca teori  atau apalah namanya…, saya pernah baca “Black Swan” disitu menjelaskan bahwa bahwa hidup itu banyak sekali kemungkinan, tak melulu yang ada dalam pakem atau aturan. Memang juga ya.. selama ini hidup kita di dominasi hal-hal yang pernah kita pelajari. Sehingga bayangan masa depan pun berdasarkan pada teori, ilmu dan pemahaman baku. Kita tidak pernah belajar sesuatu di luar prediksi, dan kayaknya kita gak siap dengan sesuatu yang diluar pakem.  Bagus itu... pertama kita udah diajak untuk bertanya-tanya dan "mengiyakan" bahwa sesuatu diluar pakem itu memang harus dan siap kita hadapi. Hal tersebut berawal bahwa berabad-abad yang lalu semua orang yakin bahwa angsa itu semuanya berwarna putih! Sampai sebuah survey di Benua Australia menemukan ada angsa berwarna hitam. Jadi itu asal muasal istilah BLACK SWAN! Penemuan ini tak hanya mematahkan mitos, tetapi juga mematahkan pembelajaran manusia selama berabad-abad. Di situ dikasih banyak kasus bahwa terjadinya peristiwa-peristiwa besar terjadi karena tak ada sesuatupun sebelum peristiwa itu terjadi secara meyakinkan mununjukkan kemungkinan hal itu akan terjadi. Dengan kata lain, sesungguhnya pengetahuan kita hanya mencangkup peristiwa-peristiwa kecil dan hal-hal kecil. Padahal diluar itu amat banyak peristiwa besar yang memiliki dampak besar dan di luar pengetahuan kita. Diluar itu, saya sangat yakin sebenarnya kita sudah diajarin untuk selalu ikhlas dalam menyingkapi sesuatu karena semua-nya adalah kehendak yang di Atas. Peristiwa tak terduga dah pasti itu mainan yang punya hidup (Allah).. karena Beliau tinggal Kun Fayakun khan?  Dan lagi kita tidak boleh jumawa dengan keyakinan kita.. bahwa kita sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk, misalnya keluarga kita..ternyata mungkin di masa depan tidak seperti apa yang kita harapkan. Contoh.. bagaimana kita dah mempersiapkan dana untuk pendidikan anak dll. Tetep kita gak kuasa untuk mengetahui hal yang tak terduga di masa depan.. ya tho?
Jadi … WASPADALAH…WASPADALAH!! And COME AS YOU ARE…

Terakhir.. biar semangat menjalani hidup bersama pasangan kita, yook.. nyanyi lagunya Mbah Jhon Lennon…

Grow old along with me
The best is yet to be
When our time has come
We will be as one
God bless our love
God bless our love 

Grow old along with me
Two branches of one tree
Face the setting sun
When the day is done
God bless our love
God bless our love 

Spending our lives together
Man and wife together
World without end
World without end 

Grow old along with me
Whatever fate decrees
We will see it through
For our love is true
God bless our love
God bless our love

Lirik diatas kelihatan klise, tetapi dasyat maknanya. Gak percaya…?? Just do it!  And see what will happen.

Bibis Magetan, 29 Juni 2011
(Kebetulan pas nulis, maksude bukan lirik diatas, tulisan iki tak kandani,  lagi pulang kampuang! Kangen sama pecel!!)

OH.. ANAK LAKI-LAKI KANTOR..EH...OFFICE BOY!!

Gara-gara tadi pagi ”nyoba” sarapan ala Londo dengan roti tawar, eh malah inget kejadian dulu yang berhubungan dengan roti tawar dan office boy.

Suatu kali saya pas anjang sana ke ruang akunting, Bu Gulali lagi nelpon OB dan suruh dateng ke ruangan akunting. Ucluk-ucluk...dateng-lah si Jemblem sang OB dengan rambut keriting assoy-nya. Kemudian Bu Gulali ngomong," Pak, beliin roti tawar di koperasi yaa..".  Iya.., kata pak Jemblem. Weeer langsung aja doi kabur, ya tentu dong udah dikasih duit. Beberapa saat kemudian pak Jemblem dateng sambil bawa-bawa PEMBALUT..!!!?? Pertama saya belum paham dan cuek. Mungkin memang disuruh belinya pembalut dengan bahasa kiasan roti tawar karena memang bentuknya seperti roti tawar tho.. Tapi lama-lama saya curiga melihat wajah bu Gulali yang kaget dan bingung. Terus melihat wajah tanpa dosa dan kebingungan Pak Jemblem. Dalam hati saya, wah..wah..wah.., pasti ada yang gak beres ini..., pasti terjadi.........,  Akhirnya kejadian beberapa detik itu...pecah dengan teriakan Gulali..," PAK JEMBLEM!!. Kenapa dibeliin PEMBALUT..?!! Aku khan nyuruh beli roti tawar, kenapa dibeliin pembalut?!?? Tak kalah kenceng pak Jemblem dengan mimik...begitulah, lucu! Mimik begitu ditambah dengan rambut keriting cucil-cucil, bilang, " Lho, itu khan roti tawar, bu Gulali?? Khan biasanya kalau beli gituan, bahasa isyaratnya roti tawar?. GUBRAK...!!! Dari tadi yang saya-nya masih terbengong-bengong melihat sandiwara satu babak, akhirnya meledaklah tawa saya. Kepingkel-pingkel saya makin keras kala bu Gulali bilang," Dasar ngeres!! Mana ada orang bunting haid???!!? Lagian kalaupun aku perlu beli gituan, ngapain aku nyuruh pak Jemblem? Pasti aku beli sendiri. Dasar..! Pokoknya tuker lagi tuh "roti", aku mau roti beneran..!! Hahaha  Lucuuuu...., Ini nih yang namanya salah komunikasi. Bu Gulali, karena doi sedang hamil, bawaannya khan makan melulu, jadi kepengen ngemil dan nyuruh beli roti tawar. Sedangkan pak Jemblem, dasar kali malem Jumat ya, otak jadi ngeres. Yang ada dipikirannya mungkin hanya mikirin hutan rimba yang di tengahnya ada gua buat disambangi nanti malem. Jadi mikirnya ya gak jauh-jauh dari situ.
Dan akhirnya dengan wajah masih bingung dan sambil garuk-garuk kepala, tubuh kecil dengan rambut keriting assoy itu keluar dari ruang akunting dan membawa "roti" ke koperasi. Dan beberapa saat kemudian, Hahahaha, doi bawa roti tawar beneran. Bener-bener Roti, bukan yang lain. Hihihi..

Lucu-lucu deh OB di tempat saya. Ada 3 sih, nah yang 2 ini juga rada-rada. Sama! Kalau instruksi gak jelas, pasti deh ujung-ujungnya terkaget-kaget. Pernah suatu kali manajer saya, nyuruh pak Gemblong (OB satunya),"Blong, tolong beliin nasi Padang. Pake ayam sayur yaa.."  Iya,pak,” jawab pak Gemblong. Larilah pak Gemblong ke depan beli nasi Padang. Dan biasanya langsung disiapin di ruang makan. Nah, siangnya pas makan siang, saya liat manajer saya clingak-clinguk sambil ngaduk-ngaduk tuh nasi bungkus. Kenapa pak? saya khan nanya juga ada apa. ”Ini si Gemblong, tak suruh beli nasi padang pake ayam sayur, kok malah dibeliin ayam goreng?? Wah, dalam hati. Pasti nih salah ngarti. Pasti instruksi-nya gak jelas. Betul saja, waktu itu manajer saya manggil dan nanya si Gemblong," Blong, kenapa bapak dibeliin ayam goreng?. Dengan gaya argument-nya pak Gemblong bilang,"Khan tadi Bapak nyuruh beli nasi padang pake ayam sayur?  Iya.." kata Manajer saya. Nah, sekarang mana ayam sayur-nya??? Tanya manajer saya.  pAK Gemblong  menghampiri bungkusan dan melihat isinya.  Lalu dengan mantab pak Gemblong tunjuk ayam goreng di bungkusan. "Ini, ayamnya pak!  Dan sambil nunjuk ke bungkusan plastik yang berisi "sayur" nangka, pak Gemblong ngomong," Dan ini sayur-nya pak!. "GUBRAK..!!!! Saya sampe hampir kesedak tuh makan bekel saya. Ooooaaalaah....., ternyata si Gemblong gak tau apa itu namanya ayam sayur! Jadi menurut doi, ayam sayur itu ya ayam + sayur. Mau ayam goreng, ayam bakar, ayam apalah, kalau dimakan dengan sayur asem kah, nangka-kah atau sayur apapun, itu namanya ayam sayur!. Pokoknya Ayam + Sayur!!!  Hahaha... Aya..aya..wae. Akhirnya dengan terpaksa makanlah Manajer saya makan nasi Padang dengan lauk "Ayam" goreng ditambah "Sayur" nangka!  Ha...ha..ha. Sejak saat itu saya jadi hati-hati juga. Saya kalau kebetulan gak bawa bekel, pasti jelasin sedetail-detailnya kalau nyuruh si OB. Oalah...OB..OB..

Tapi akhirnya kejadian juga menimpa saya. Suatu kali saya pengen banget pecel. Ya meskipun gak seenak pecel di kampung halaman Madiun, lumayan-lah buat tombo kangen. Pak Gemblong juga yang bikin acara. Saya suruh pak Gemblong,” Pak Gemblong, tolong beliin pecel yaa”.  Ya pak. Kata pak Gemblong. Beberapa saat kemuadian, Sama! Sudah disiapin juga di ruang makan. Sama! Saya clingak-clinguk mencari sesuatu. Cuma yang saya cari NASI!!. Sama! Saya juga panggil Gemblong. Sama! Doi dengan gaya argumen-nya menerangkan begini. ”Bapak tadi suruh saya beli pecel khan? Iya. Jawab saya. Saya trus nanya,”Lalu, mana nasinya? tanya saya. Dengan nada balik bertanya Gemblong berkata,”Lho? Bapak khan suruh saya beli pecel, tidak suruh saya beli nasi pecel, khan?!! Gubrak !! lagi deh saya. Kali ini dengan gaya gubrak pelan-pelan sambil ngelus dada. Saya gak bisa ngomong apa-apa. Cuma dalam hati, mosok sih harus sedetail itu Mblooongg....... Mosok harus bilang, Tolong beliin nasi pecel yaa, bukan pecel saja. Tolong beliin nasi sama ayam yang disayur yaa, bukan sekedar ayam sayur saja. Halah..halah.... mumet aku. Dengan sangat terpaksa, saya makan pecel! Pecel doang, gak pake nasi! Bener-bener pecel! Asli pecel!!!

Hahahahaha..., karena takut kejadian tersebut terulang lagi, ada sejawat yang nyuruh Gemblong beli gado-gado pake lontong. Sudah jelas khan order-nya, komplit. Dan bener sih pesenannya. Gado-gado plus lontong didalemnya. Tapi...... pake bonus satu bungkus NASI PUTIH!!! Hihihihihihi. Kali pikirnya, dulu waktu disuruh beli pecel, gak pake nasi salah. Maka sekarang beli gado-gado meskipun sudah pake lontong, mending dibeliin nasi putih sekalian!!  Korbannya dua orang! Karena pesennya sama. Pak Dullah sama pak Timin! Hahaha..jadi jam 1 siang saya liat dua orang yang megang perut kekenyangan dan telat bangun!!

Keseharian dengan 3 OB memang mengasyikan dan meng-nggregetin. Pernah suatu kali saya  dibikin terkejut-kejut bin bego ama pak Gemblong. Waktu itu di ruang rokok sama sejawat, lagi bahas, apa sih enaknya rokok? Karena waktu itu saya berniat untuk berhenti merokok. Kebetulan pak Gemblong nimbrung juga. Wong namanya tempat merokok. (Alhamdulilah ruang sempit itu sekarang tidak kukunjungi lagi). Eh pak Gemblong nyeletuk,"Gini pak, kata orang seni nih, enaknya ngrokok itu kalau sambil nyari expedisi!" Denger itu langsung saya blank beberapa saat. Apa hubungannya? Saya khan langsung nanya lagi.”Emang apa hubungannya? Kata pak Gemblong lagi,”Iya.., khan kalau mau ngarang lagu atau mau melukis itu, mereka perlu expedisi khan? Jadi kalau mereka mau nyari expedisi, biasanya sambil merokok!!! Hah!!!??  GUBRAK!!  Dengan jadi bego saya langsung bilang begini, ”Ooo, jadi kalau ente kirim paket buat bojomu di kampung lewat TIKI itu namanya pake inspirasi yaaa? Tetep aja pak Gemblong masih bengong. Akhirnya dengan nada tinggi langsung saya bilang....," Yang dicari seniman sambil merokok Itu namanya INSPIRASI!!  Dan ente kalau kirim paket itu lewat EXPEDISI! Tau?  Untung gak keluar kata-kata B*G*! Masih gak ngerti juga... Ah embuhlah..! Gemblong...gemblong.

Jadiiii.... ya memang rada-rada gampang susah kalau udah urusan dengan OB. Tapi saya punya catatan tersendiri dari ketiga OB itu. Yang rasa pengen tau dan pengen maju ya pak Gemblong. Meskipun kadang saya sering terkaget-kaget dengan istilah gawean sendiri. Seperti Flashdisc, dibilang mousedisc. Konsultasi ke dokter, dibilang konsentrasi ke dokter. Terus suatu waktu pas musim gempa, doi lapor ke saya," Pak, tadi malam ada gempa 3 kilobyte!! Gubrak..!!  Dengan sangat lembut saya bilang,”pak Gemblong..., kalau gempa itu yang umum, pake skala REIGHTER, bukan kilobyte ya.  Kalau kilobyte itu buat kapasitas mousedisc... eh... flashdisc! Ngartiiii.....???

Memang sih suatu saat saya pernah nanya ke pak Gemblong. ”Kenapa sih ente kalau ngomong suka ngawur? Jawabnya sih enteng," Pak, kalau saya gak begitu, sayanya jadi gak ngerti terus. Jadi kalau saya salah ngomong, pan bapak bisa betulin. dan saya jadi ngerti.  Jadi saya sekarang tau apa itu flashdisc, skala reighter, kilobyte. Gitu pak.
Hmm... betul juga yaa. Kadang kita memang harus belajar dari hal yang sederhana. Coba kalau kita tidak sombong sudah merasa pinter atau hebat. Pasti segala ilmu baru akan mudah masuk ke kita. Karena sifat kita yang terbuka. Tapi kebanyakan kita sudah merasa sombong dengan kepintaran atau kehebatan kita. Tidak ada ilmu baru yang masuk, karena ilmu baru mau masuk, kita sudah secara sombong berkata,” Ah saya bisa kok. Sangat sulit menerima pendapat orang lain. Sangat sulit menerima masukan dari orang lain. Terima kasih Gemblong....
Terakhir......,  suatu ketika saya mendapat SMS dari pak Gemblong...  ”JUICE KIDDING, PAK!”  Gubrak lagi..!!  Gembloongggggg.....!!!!  Salah itu. Yang bener, JUST KIDDING ya nak. Kalau JUICE KIDDING, pake buah apaaa..????? BUUAAAHTUUKMU  yaaa.....


Gerem Merak, 5 October 2010

IBU DAN SAYANG-MU

Saat aku menulis ini, genap 42 hari ibunda tercinta menghadap sang Khalik. Memutar waktu ke belakang 42 hari yang lalu, terasa begitu cepat. Disaat semua bersuka cita menyambut pergantian tahun dari 2009 ke 2010 dan berlomba-lomba menggantungkan harapan yang tinggi di tahun 2010…, justru saya baru merasakan apa itu rasa kehilangan yang sebenarnya. Disaat saya mulai merasakan apa itu rasa memiliki, secepat itu pula merasakan rasa kehilangan. Cepat sekali...
Iya.. ibu tercinta telah dipanggil ke hadapan yang Maha Esa hari Rabu tanggal 30 December 2009 jam 9 pagi, setelah bergelut dengan penyakitnya selama hampir satu tahun. Mungkin itu jalan terbaik buat ibu tersayang.

IBU...., Yaaah...setiap jagoan-ku memanggil dengan kata itu ke yayang-ku, gaung-nya bak nyanyian sedih yang menggelitik gendang telinga-ku. Suara yang begitu kurindukan terucap dari mulutku untuk memanggil nama-mu, IBU. Suatu rasa yang ”baru” terpatri dalam hati. Rasa kasih sayang seorang ibu, rasa memiliki seorang ibu, rasa memiliki orang tua, rasa memiliki keluarga. Yang hampir separuh hidup-ku rasa itu enggan mampir kedalam bilik hatiku. Rasa marah dan kecewa lebih dominan mengisi relung hati ini. Marah kepada keadaan , marah kepada egoisme orang tua, marah kepada diri sendiri dan marah kepada nasib.

Dan Ibu....., maafkan marahku kepada-mu. Maafkan marahku karena tidak merasakan kasih sayang-mu, maafkan marahku karena ke-egoisan bapak ibu, dan maafkan marahku karena menyalahkan-mu. Maafkan ibu........mungkin itu perwujudan dari rasa begitu pahit ketika aku harus ”terpaksa” terpisah darimu... waktu itu saya masih begitu kecil ibu. Kecil sekali..... hanya seorang bocah yang masih butuh kehangatan.. seorang bocah yang selalu rindu nina bobo-mu setiap malam.. seorang bocah yang masih butuh air terjun kasih sayang yang seharusnya menyiram detik demi detik ke relung hati. Tapi malah kau kirim aku ke bukan ”sarang”-ku, bukan rumahku, dan bukan kasih sayang-mu.

Maafkan Ibu.... saat itu bagaimana bahagianya diriku saat ibu berkunjung menemui-ku....,bermanja, be-ria dan memuaskan hasratku akan sayang-mu. Tapi maafkan ibu... bagaimana hancurnya hati seorang bocah saat kau pulang, saat kau meninggalkan-ku. Nangisku sejadi-jadinya...hancurnya hati ini. Ibu mungkin sekarang bisa melihat dari syurga dan merasakan betapa cintaku padamu dulu. Bagaimana aku menciumi bekas piring ibu, memakai dan menempelkan di pipi gelas bekas ibu... yaaah.. bekas bibir ibu, menciumi dan menduduki kursi bekas ibu. Dan bagaimana perjuangan dan tersiksanya seorang bocah saat malam hari menciumi bantal bekas ibu, membaui sisa-sisa keringat yang menempel di bantal, karena ibu gak ada di sisiku untuk me-nina bobokanku. Liburan sekolah.... yaaah.... suatu syurga yang aku rasakan waktu itu bila liburan sekolah tiba. Karena aku bisa dengan rakus merasakan kasih-mu, bermanja, dan merengek minta sesuatu ke ibu-ku... ke kasihku sebenarnya. Dan maafkan ibu bila saat itu aku begitu manja... begitu nakal dan begitu bawel minta ini minta itu ketika ibu ajak jalan-jalan. Maklum-lah ibu...hanya itu yang bisa aku rasakan dan mereguk sepuasnya kasih-mu. Kasih ibu-ku... ibuku tersayang hanya saat libur sekolah, tidak tiap hari ibu. Tidak tiap hari....... Dan menjadi bencana ketika hari libur sudah mendekati hari akhir. Seperti batu berton-ton yang menghalangi kaki ini setiap akan melangkah ke rumah itu. Tidak-kah ibu tahu.... tak begitu cepat dan mudah untuk menggantikan-mu. Tahukah itu semua..? Aku gak bisa sebenarnya waktu itu..tidak bisa... kau tidak tergantikan. Dan belum mengerti bahwa ibu sebenernya menaruh harapan besar kepada-ku. Maafkan ibu...masih ku-bertanya, kenapa..?

Tahun berganti tahun dan seiring berjalannya waktu.... aku sudah terbiasa dengan itu semua. Dan akhirnya.......
Maafkan Ibu.... aku tahu betapa hancurnya diri-mu saat aku tumbuh menjadi seorang pemuda yang angkuh! Angkuh karena sudah mati dalam diri pemuda itu kasih sayang seorang ibu. Angkuh karena tumbuh tanpa ada pelita kasih sayang seorang ibu. Dan sangat angkuh ketika pemuda itu memadamkan bara yang masih tersisa dalam hati akan sayang-mu. PADAM..! PADAM ibu..! Menjerit hati ini saat bara itu sudah dingin menjadi seonggok batu keras yang angkuh. Dan maafkan aku ibu.... batu itu adalah AKU dan pemuda itu AKU..! Pemuda yang sangat asyik dengan ke-egoan. Asyik dengan ke-sendiri-an dan asyik menipu dirinya akan suatu rindu...RINDU AKAN SAYANG-MU..! Dan sudah lupa apa itu arti cengeng... karena memang sudah lupa untuk menangis.

Maafkan aku ibu... saat betapa angkuhnya aku menantang dunia dengan meninggalkan rumah yang menjadi titipan harapan-mu, rumah harapan untuk menunjukkan bahwa diriku nanti menjadi pemuda perkasa yang akan mengangkat derajat-mu. Meskipun itu bukan rumah-mu, bukan juga rumah-ku. Rumah yang bagai secercah harapan setelah semua-nya luluh lantak oleh ke-egoan dan nafsu.
AKU TINGGALKAN RUMAH ITU.... maafkan aku ibu. Dalam dadaku sudah bergolak gelembung-gelembung keangkuhan bahwa.... SAYA TIDAK BUTUH RUMAH ITU...SAYA TIDAK BUTUH PAYUNG ITU..... dan saya akan tantang dunia bahwa saya bisa tanpa itu semua. Saya sudah bosan dengan menikmati yang bukan milikku...termasuk kasih-sayang-mu ibu... kasih sayang-mu. Lebih baik aku berteriak....... SAYA TIDAK BUTUH KASIH SAYANG..!!!. maafkan ibu.... juga termasuk kasih sayang-mu. Maafkan aku ibu.... aku tidak tahu bahwa kasih ibu sepanjang jalan...kasih anak sepanjang galah. Maafkan ibu... kalau aku buta dan lupa..., betapa perjuangan-mu selama 9 bulan 10 hari.., merawat dan mempersiapkan-ku. Dan bergelut dengan nyawa saat aku sudah tak sabar melihat indahnya dunia. Aku tidak tahu itu semua ibu...aku tidak tahu. Maafkan aku..... aku tidak tahu bahwa makna kata ibu dalam segala bahasa adalah sabar dan ketegaran menunggu. Aku tidak tahu... bahwa ibu tidak akan pernah mengutuk anaknya menjadi batu. Aku tidak tahu...betapa ibu menutup telinga rapat-rapat saat adik-adik berteriak. ”Sudahlah! Jangan lagi ibu kenang anak yang hilang itu. Disini masih ada kami ibu..., anak ibu juga. Apa faedahnya menunggu mas Dodi..!!”. Karena aku memang bertahun-tahun tidak kirim khabar kepada-mu dan tidak tahu keberadaan-ku ada dimana.  Maafkan aku ibu.... aku tidak tahu bahwa ibu setiap malam menghamburkan air mata dan doa untuk keselamatan-ku. Tak ada sedikit-pun ucapan dari bibir-mu untuk mengutuk diriku, menjadi batu misalnya. AKU TIDAK TAHU IBU..!

Kini saatku tahu...saat-ku tersadarkan hantaman batu karang kehidupan, bangun dari pingsan-ku.... sosok ibu yang selalu membayang. Keangkuhan-ku runtuh saat aku tahu ganasnya kehidupan.. saat aku ikut ujian hidup... IBU.... aku butuh kasih-sayang-mu. Detik demi detik hari demi hari sampai tahun demi tahun..., aku jalani ujian menantang dunia.... mungkin aku tidak tahu bahwa dengan doa-mu, harapan-mu.. aku lewati ujian itu. Aku pahami ujian itu dan aku resapi hasil dari ujian itu. Hasilnya satu ibu....KASIH IBU tak ada batasnya..... dan aku butuh ibu.... 
Batu angkuh itu sedikit demi sedikit hangat...hangat..dan hangat sehingga menjadi arang. Aku sudah sangat gembira dengan itu semua..., saat adik-ku tersayang bertemu diriku dan menyampaikan salam dari ibu.. Arang itu bertambah hangat... Dan saat kau mengunjungi-ku di ”perantauan”-ku. Aku begitu bahagia..dan maafkan ibu... saat itu mungkin keluar dari mulut-ku yang mungkin menjadikan ibu sedih. Tapi ibu... arang yang ada di tubuh ini semakin hangat dan mendekati panas. Aku bahagia sekali ibu. Bahagia bahwa ”tantangan”-ku sedikit merubahku dan menghangatkan tubuh ini. Aku mungkin tidak akan tahu dan batu di dalam mungkin makin menjadi pualam yang begitu dingin jikalau aku tak tinggalkan rumah harapan itu.

Dan arang itu berubah menjadi bara... saat ibu merestui yayang-ku untuk menjadi pendamping-ku. Yaaah..... BARA ITU SUDAH KEMBALI..! dan bara itu makin menjadi api saat lahir cucu-cucu-mu dari garis darah-ku, darah-mu ibu.. darah kasih sayang yang sempat hilang. Aku bahagia sekali ibu.. bahagia sekali. Seiring tumbuh kembang cucu-mu, seiring itu pula bara itu menjadi api yang menjilat-jilat di dalam tubuh ini....SEMAKIN MEMBARA IBU. Api itu menular ke adik-adikku. Aku bahagia sekali ibu... bahagia sekali.

Api dalam keluarga kita makin hangat saat adik-adikku tersayang menikah, dan memberikan cucu-cucu yang sangat manis. Cucu-cucu kebanggaan-mu ibu. Ibu patut bangga... , ibu patut mendapatkan itu semua. Dengan perjuangan dan begitu banyak mengorbankan perasaan, yang mana akhirnya berakhir bahagia. Anak-anakmu semua bisa mandiri ibu...mandiri.. yeeeaaah... mandiri. Ijinkan aku berteriak ibu...ijinkan..ijinkan ibu..... KAMI SEMUA SUDAH MANDIRI IBU...!!!

Api itu makin menyala-nyala saat lebaran tiba.. saat kami mudik untuk menemui keharibaan-mu. Saat itu begitu indah... indah sekali. Suasana yang diisi dengan celotehan cucu-cucu-mu, celotehan ”kesombongan” anakmu menceritakan apa yang telah dicapai. Itu semua membuat ibu tersenyum...tersenyum... dan tersenyumlah ibu. Yang mungkin senyum itu engkau tahan seiring anak-anak-mu tumbuh dewasa. Senyum yang sangat mahal ibu...mahal sekali. Sekarang tersenyumlah ibu...TERSENYUMLAH..!

Namun......., begitu cepat Yang di Atas memanggilmu.., saat engkau belum puas tersenyum, saat telinga ibu belum ”pengeng” mendengar celotehan cucu-cucu-mu dan saat ibu belum puas mendengar kesombongan-kesombongan dari anak-anakmu tentang pencapaiannya. Begitu cepat ibu..begitu cepatnya ibu meninggalkan kita semua. Saat aku belum puas mereguk itu semua. Engkau begitu cepat pergi...  Kini tidak akan kutemui lagi senyum ibu, sambil duduk di kasur itu, kasur kesayangan-mu dan seolah menjadi singgasana-mu. Ibu...tersenyum dan kadang terbahak melihat celotehan cucu-cucumu dan candaan anak-anak-mu yang tiba-tiba menjadi anak kecil kembali. Sekarang kasur itu kosong ibu.... KOSONG.......

Tapi kami semua ikhlas melepas kepergian-mu. Dan maafkan kami karena hanya satu anakmu yang bisa mengantar ke peristirahatan-mu, itu karena kami semua ingin ibu segera menghadap. Kami ikhlas ibu, karena kami yakin itu jalan terbaik yang diberikan Allah kepada-mu ibu. Tersenyumlah ibu....tersenyumlah... meskipun itu di Syurga............kami semua titip doa kepada-mu. SELAMAT JALAN IBU TERSAYANG............
AKU, SUSI, TITIN DAN HERI akan selalu berdoa untuk-mu. Aku dan adik-adik akan menyalakan terus obor sayang-mu sampai ke cucu-cucu-mu, buyut-buyut-mu. Karena kita semua mencintai-mu Ibu.
Pesanku untuk adik-adik tercinta..... jagalah keluargamu sebaik kamu semua menjaga sayang ibu. Dan yakinlah... ibu tidak mau apa yang dirasakan anak-anak-nya menimpa juga di cucu-cucu-nya. Jagalah itu adik-adikku.... Aku juga akan menjaga keluarga-ku sebaik-baiknya. Meskipun godaan datang silih berganti... mari kita lewati itu semua... sebelumnya kita mampu melewati-nya. Sekarang-pun juga harus bisa.


Gerem Merak, 9 February 2010
Anakmu yang selalu mencintaimu
Kendhil
(panggilan sayang-mu)

ANTARA SAYA, NATAL DAN HARAM

Bagi sejawat-ku yang beragama Nasrani, mungkin sudah lewat perayaan natal dan juga sudah beraktifitas seperti biasa setelah “lumayan” libur 4 hari dari hari Kamis. Dan mungkin juga bagi sejawat-ku yang beragama Nasrani saat ini tinggal meneruskan dan berusaha mewujudkan semangat natal dalam kehidupan sehari-hari. Namuun… bagi saya setiap datangnya hari natal atau hari besar agama yang kebetulan “lain” dengan keyakinan saya saat ini, yaitu sebagai seorang muslim, pertanyaan saya berulang setiap kali datangnya perayaan natal atau hari besar agama lain. Alasan apa dan mengapa setiap kali saya mengucapkan selamat hari natal, selamat galungan, selamat waisak atau selamat-selamat lain selain Idul Fitri, selalu kata “haram” yang disampaikan ke saya? Haramkah? Ya saya bingung bin bengong setiap rekan muslim menyatakan itu ke saya. Apalagi saya yang kurang begitu “dalam’ masalah pemahaman itu. Timbul-lah sekarang keraguan di dalam hati setiap saya mau mengucap selamat natal ke temen atau sejawat yang kebetulan bukan muslim. Padahaaalll…. Setiap saya merayakan Idul Fitri… hampir tidak pernah absent teman-teman yang non muslim mengucapkan dengan antusias.. malah dengan kata yang lazim diucapkan oleh seorang muslim apabila mungucapkan selamat Idhul Fitri kepada saya. Rasanya tidak adil kalau saya tidak membalas dengan hal yang sama apabila mereka sedang merayakan hari besar agamanya. Kenapa yaaa…???? Nyuwun sewu pengetahuan sederhana saya, menyampaikan atau memberi congratulation itu khan salah satu niat baik, kok malah jadi haram ya..dan menjadi sesuatu yang berdosa ? Sebagai orang yang agak “idiot” masalah agama, pertanyaan besar itu yang selalu muncul…KENAPA??

Kalau pemahaman sederhana dari saya.., sekali lagi pemahaman saya selama ini mengenai hal tersebut, analogi sederhana saja. Bagaimana orang lain mau menghormati kita sedangkan kita sendiri gak mau, malah meng-haram-kan menghormati orang lain. Jadi saya kira bisa menjadi suatu hal yang mustahil slogan keren KERUKUNAN UMAT BERAGAMA bisa terwujud di negeri ini yang notabene, kenyataan, actual tak terbantahkan bahwa negeri kita adalah negeri yang sangat-sangat majemuk. Apakah kita harus memaksakan kondisi yang homogen di suatu tatanan yang heterogen? Suatu yang tidak terbantahkan juga bahwa Indonesia lahir dari perjuangan semua golongan (majemuk), tidak oleh etnis tertentu atau agama tertentu. Tapi dari darah dan keringat kemajemukannya itu sendiri. Dan menjadi suatu yang “wajib” kalau Indonesia harus menjadi Ibu Pertiwi bagi suku bangsa dari Sabang sampai Merauke dan tentunya dengan kepercayaan/agama yang dibawanya. Suatu yang logis pula kalau setiap warga negaranya mempunyai kebebasan dalam memeluk agama, memiliki kebebasan pula untuk merayakan dan menjalankan keyakinannya. Konsekwensinya sangat jelas, bahwa kita harus menghormati penganut agama lain tho. Bukan begitu..? Semangat Bhineka Tunggal Ika sudah begitu tipiskah? Itu cita-cita founding father kita lho… Sehingga logis pula kalau negeri ini penuh dengan pertikaian, yang ironisnya katanya negeri yang agamis. Karena dari kondisi yang majemuk ini, semangat perdamaian, semangat kasih sayang tidak ada dalam sanubari rakyatnya. Semangat menghormati perbedaan masih dalam koridor kemunafikan yang bias! Benar disalahkan dan berdosa, salah dibenarkan dan mendapat pahala. Membingungkan..! 

Sebenarnya moment yang tepat dan penting untuk menyampaikan pesan perdamaian, kasih sayang dan menghormati perbedaan justru pada saat momen perayaan keagamaan seperti Idul Fitri, Natal, Waisak dan lain-lain. Karena momen-momen tersebutnya biasanya “keimanan” seseorang menjadi berlipat-lipat. Tetapi sungguh sangat ironi pada saat keimanan seseorang begitu tinggi, disentilkan “sesuatu” yang sangat sensitive mengenai agama-nya. Dan sedihnya itu kadangkala atau malah seringkali dilakukan oleh pemuka-pemuka agama yang tentunya juga segala statement yang keluar dari beliau-beliau sangat-sangat diyakini sebagai suatu kebenaran. Dan sayang-nya hal yang disampaikan itu kontra produktif dengan semangat saling menghormati itu. Mengobarkan semangat kebencian, mengobarkan peperangan dan kobar-kobar yang lain. Dan salah satunya yang masih menjadi pertanyaan saya... mengharamkan pengucapan selamat kepada agama lain dalam merayakan hari besar agamanya. Yang bagi saya...minta maaf malah hal tersebut akan membangunkan sikap antipati, kebencian dan bisa menimbulkan ketegangan. Dan biasanya... para Sengkuni-Sengkuni Modern yang mempunyai nafsu luar biasa atas kekuasaan (politikus jemblung) sudah siap-siap memanfaatkan kondisi tersebut untuk tujuannya.Saya sendiri, minta maaf akhirnya timbul rasa curiga bahwa fatwa-fatwa yang dikeluarkan itu murni sebagai suatu hal yang murni dari agama, atau malah fatwa yang bermuatan politis yang memanfaatkan politisasi agama, yang memang saat ini sebagai kendaraan sekelas ”mercy” untuk bisa mencabik-cabik kerukunan agama atau menancapkan doktrin-doktrin bias untuk meng-idiotkan pemeluk agama. Sehingga sikap umat beragama menjadi sosok yang naif, kolot dan mudah marah. Akibatnya sudah jelas, bangsa, masyarakat dan agama yang paling dirugikan. Kalau kondisi tersebut sudah terjadi, semudah membalikan tangan seorang yang berjiwa Sengkuni mengobrak-abrik tatanan untuk tujuan-nya.

Tambah parah lagi cara beragama kita yang cenderung ekstrinsik, yaitu memandang agama sebagai suatu yang dapat dimanfaatkan. Agama dimanfaatkan sedemikian rupa Cuma untuk status.!! Biar orang menghargai dirinya. Ini lho saya orang yang beragama.., ini lho saya orang baik.., ini lho saya berjenggot, ini lho saya berkalung salib, ini lho saya pergi ke masjid, ini lho saya pergi ke gereja, ini lho saya pergi ke pura, ini lho saya pergi haji, dan bla..bla..bla.., ritual yang dilakukan tidak untuk meraih keberkahan Tuhan, melainkan demi status dan harga diri. Ajaran agama tidak menghunjam ke dalam dirinya. Cara beragama yang tidak tulus! Mbelgedhes..!  Lingkungan yang bersih dan penuh kasih sayang akan mudah diciptakan kalau nilai-nilai agama kita jauh dari kemunafikan, nilai-nilai agama menghunjam dalam ke jiwa penganutnya, ibadah yang dilakukan mempunyai pengaruh dan sebagai kontrol perilaku dalam keseharian. Agama adalah penghayatan batin kepada Tuhan. Itulah cara beragama yang intrinsik, memasukkan nilai-nilai agama ke dalam dirinya. Saya yakin dengan itu kebersamaan, lingkungan yang kondusif penuh kasih sayang akan tercipta. Gak munafik! Opo ya gak isin tho yo...

Dan ingat lho... gak sadar sebenernya kita cenderung digiring opini dari orang-orang atau sekelompok yang amoral memanfaatkan situasi ini! Untuk menstereotip-kan golongan tertentu ke arah negatif, sehingga golongan atau kelompok mereka yang benar. Dan sering itu tanpa disadari oleh kita, karena dibungkus dalam suatu kebenaran yang bias. Terlebih sekarang dengan kemajuan media massa yang nota bene sekarang masyarakat sudah membabi buta dan menerima begitu saja bahwa berita dari media adalah sebuah kebenaran, tanpa mempertanyakan kembali kebenaran itu. Jadi suatu pasangan yang serasi: Media + propaganda. Media sangat ampuh untuk mempengaruhi pembentukan kognisi, memberikan informasi yang mana akhirnya membentuk persepsi/opini. Dan dari persepsi atau opini itu yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Coba perhatikan, sadar atau tidak bahwa selama ini proses-nya sedang terjadi. Suatu kondisi pengasosiasian yang sistematik, kita dipancing atau dikondisikan untuk melakukan hal-hal yang negatif secara terus-menerus, sehingga pada akhirnya tujuan untuk menstereotip-kan ke hal negatif dicapai.

Coba saja perhatikan, Islam yang awalnya sebagai agama yang cinta damai, up-date untuk segala jaman. Tetapi dengan pemberitaan-pemberitaan sekarang proses pembentukan atau pelencengan dari label awal yang positif ke arah negatif terjadi.
Seperti contoh dibawah.

Orang kolot tidak mau perubahan.

Orang protes dan bertindak anarkis di suatu tempat menolak dibangunnya tempat ibadah agama lain

Orang tidak mau dan mengeluarkan fatwa haram mengucapkan selamat kepada pemeluk agama lain.

Orang menghancurkan tempat ibadah, merusak tempat hiburan, bawa pentungan, berwajah beringas. 

Teroris membunuh, mengebom, mengenakan topeng.

Media juga secara sistematik mengasosiasikan orang Islam adalah berjenggot, bersorban, putih-putih, berjilbab, suka sholat, suka teriak Allahu Akbar! Yang tadinya hal negatif dilakukan oleh ”orang”, tetapi dengan secara terus menerus media dengan pilihan penyajian berita, pilihan angle dan pilihan highlight bahwa ”orang” yang melakukan itu adalah berjenggot, bersorban, putih-putih, berjilbab, suka sholat, suka teriak Allahu Akbar. Boooom.... Ya sudah... akhirnya impresi dari pemirsa begitulah.. dan BERHASIL! Bahwa Orang Islam yang berjenggot, bersorban, putih-putih, berjilbab, suka sholat dan suka tereak Allahu Akbar adalah kolot tidak mau perubahan, bertindak anarkis, menolak dibangunnya suatu Gereja, ogah mengucapkan selamat kepada pemeluk lain, menghancurkan tempat ibadah, bawa pentungan, beringas, membunuh, suka mengebom. Akhirnya tertanam dalam benak setiap orang bahwa Islam itu ya seperti hal diatas. Sangat disayangkan.

Kenapa hal tersebut terjadi? Ya karena kita terpancing sendiri. Coba kalau cara beragama kita sudah benar atau secara intrinsik tadi. Gak akan terpancing kita dengan masalah pembangunan tempat ibadah yang kebetulan lain dengan keyakinan di lingkungan kita contohnya. Kalau kita sudah yakin pondasi agama atau keimanan kita sudah terukir di sanubari, kenapa kita harus khawatir dengan katanya adanya isu pengalihan keyakinan. Tidak akan mempan itu untuk mengalihkan keyakinan kita. Terus kenapa kita harus menolak suatu kemajuan, seharusnya dengan kemajuan teknologi itu kita manfaatkan untuk kemaslahatan umat. Dengan penghancuran tempat hiburan malam, malahan itu menunjukkan kegagalan kita menularkan atau mengajak kehidupan religi yang lebih baik. Tidak akan ada atau minimal tempat-tempat seperti itu berkurang kalau kesadaran religi sudah tinggi, maksudnya... TIDAK ADA KONSUMEN GITU LHOOOH...!! Dan balik lagi ke pertanyaan awal saya, kenapa pula kita harus antipati mengucapkan selamat yang just say congratulation kepada pemeluk lain, padahal itu hanya sebagai ucapan selamat saja, sebagai sekedar menghormati teman yang kebetulan berbeda agama. Itu tidak berarti kita loyal atau wujud pengakuan atas kebenaran mereka tho. Apakah dengan hanya mengucap itu berarti kita ikut ritual, sakramen mereka? Tidak bukan? Akan lebih jelas lagi kalau pemuka agama secara gamblang dan jelas, menjelaskan koridor mana yang boleh dan tidak boleh dilewati. Tidak malah mengambangkan (yang selama ini saya terima) antara memberi ucapan selamat dan pengakuan atas kebenaran agama mereka. Dan malah membiarkan perdebatan panas mengenai itu.

Dan sekali lagi coba perhatikan, pernahkan secara kontinyu di media disiarkan atau diwartakan perilaku negatif dari pemeluk agama lain. Kalau gak salah ingat... hampir tidak ada..! Pertanyaan juga tho, apakah yang non muslim jumlahnya lebih sedikit, jadi tidak kelihatan kegiatannya, atau apakah mereka memang memahami agamanya secara mendalam sehingga perilaku negatif itu tidak muncul, atau memang ini kondisi yang diciptakan??? Malah lebih menggelikan lagi sekarang ini banyak penyimpangan agama yang seolah-olah berbasis Islam (atribut, sholat, pakaian, budaya) sangat sering diekspos dan diwartakan di media. Pertanyaan besar tho..? Akhirnya hal tersebut akan semakin memarjinalkan kita sebagai orang Islam, melecehkan dan membenci Islam itu sendiri dan akan semakin jauh label Islam yang cinta damai dan selalu up-date dengan jaman. 

Hal tersebut hanya bisa di-counter dengan kesadaran diri, memperbaiki akhlak, memperbaiki perilaku, memperbaiki sikap, menanamkan kesantunan, belas kasih dan cinta kasih sesama. Kemudian kita tularkan ke keluarga, sekolah dan lingkungan yang lebih besar (negara?) untuk menyeimbangkan asosiasi negatif tersebut. Dan sangat berharap otoritas formal dan pemerintah mendukung dan mengontrol pemberitaan secara seimbang. Saya yakin dengan itu orang akan lebih menghargai agama yang kita anut. Bonusnya..... dengan model akhlak pengikutnya (kita-kita?) yang positif, label Islam yang cinta damai akan melekat dalam di setiap benak orang. Yang mana pada akhirnya sangat berpengaruh kepada perkembangan Islam secara significant. Sampai saat ini yang membekas dalam di sanubari saya adalah tauladan junjungan kita Nabi Muhammad SAW, saat Beliau begitu dibenci, dilecehkan, baik secara mental maupun kekerasan phisik (dilempar batu, dilempar kotoran, diludahin) sudah banyak kita pelajari bagaimana santunnya Beliau menanggapi perlakuan itu masih dengan sabar dan TERSENYUM!! Luar biasa bukan. Sampai kalaupun harus berperang, bagaimana beliau memperlakukan tawanan perang begitu manusiawi, apalagi untuk wanita, anak-anak. Dan apa yang Beliau peroleh, karena dari perilaku yang santun dan baik (model/suri-tauladan), beliau mendapat simpati yang luar biasa dari yang dulu musuh, dari yang dulu non muslim, akhirnya musuh menjadi saudara dan non muslim banyak juga akhirnya yang menjadi mualaf. Tapi apa yang terjadi sekarang? Mengapa sekarang sulit dilakukan oleh kita?
Wallahu a’lam bishshawab.

Gerem Merak, 28 December 2009.
nDods
(yang masih bingung, yang masih perlu petunjuk, yang masih idiot, yang tidak bermaksud, yang hanya bertanya dan perlu jawaban, dan bukan LUNA MAYA, PRITA atau EVAN BRIMOB, jadi jangan tuntut saya dengan UU IT yaa)