Sabtu, 09 Juli 2011

MUDIK..MUDIK!!!

Lebaran telah lewat, namun sampai detik ini saya masih bertanya-tanya, sekiranya kekuatan apa yang mendorong saya dan begitu banyak orang yang merasa dirinya “perantauan” untuk melakukan mudik?. Apa saja dilakukan untuk bisa grubyak-grubyuk dalam ritual tahunan yang namanya “mudik”. Bahkan kalau di hari-hari biasa hal tertentu dianggap irasional, justru hal irasional tersebut sangat mudah kita temui pada saat orang mudik lebaran. Contohnya : Rela membuang uang Rp. 4.500.000 hanya sekedar untuk sewa mobil selama lebaran, padahal gaji tidak lebih dari 2 juta . Trus sisanya dari mana?. Sudah pasti tabungan setahun ludes, dan…he..he, kadang perlu bantuan soft loan Bank yang kadang rencananya untuk renovasi “pagupon” ter-abrasi juga. Ya Emang diamput! Tinggal mumetnya sekarang. Ora opo-opo. 

Trus.. dalam perjalanan mudik itu, dengan entengnya kita main-main dengan nyawa, pembuktian endurance yang luar biasa, Atau menyiksa anak kena debu, angin, panas dan hujan hanya sekedar mengirit ongkos mudik dengan sepeda motor!!. Berdesak-desakan di kereta atau bus… sampe jendela kereta buat lewat badan..! Dan kalau itu dilihat di TV dan baca di koran-koran, pasti kata-kata…kok iso yo orang kayak gitu. Diluar nalar..! Tapi itulah fenomenanya, wis pokoke macem-macem, demi kumpulan lima huruf…M-U-D-I-K. 

Mudik..mudik, suatu proses perjalanan yang sangat seru dan menarik untuk diceritakan. Untuk itu saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada temen sekantor ..yang selalu saya ledek., ” Ah gak seru-lah, lha wong mudiknya Cuma ke Jakarta!. Cilegon-Jakarta apa serunya?. Geli juga waktu temen saya masih bujang dan mempunyai kriteria dalam mencari jodoh. Harus orang jauh dan berkulit putih!! Alesan harus orang jauh, karena temenku itu gak pernah merasakan yang namanya mudik, jadi pengen banget ikut hiruk pikuknya mudik. Nah kalau harus berkulit putih... Mungkin biar mix kali ya..soale temenku itu golongan orang apabila mau di-photo..harus disetting dulu ”blitz-nya”. Alias keling..! Ha..ha.. Takut gak kelihatan!. sorry. Tapi kesampaian lho sekarang. Istrinya orang Tasik...dan...berkulit putih!. Dan yang lebih penting.....dia bisa mudik!!!. Makanya bibirnya sampai monyong kalau cerita habis mudik dari Tasik. Bau kampas kopling di Nagrek-lah, serunya ngopi di rest area-lah gara-gara pengen ngrasain STARBUCK, jatah uang untuk beli rokok...LUDES..!! . Gimana kusut-nya baca peta-lah...maklum doi pergi paling jauh itu Serang-Cilegon!, dan ini yang membuat prihatin...kepanasan!! soale AC mobilnya tahun lalu rusak! Tapi syukur mudik tahun ini sudak OK semua...termasuk mobilnya gak goyang dombret lagi!.

Mudik...Apakah itu refleksi dari hubungan horizontal antara manusia dan manusia?, refleksi dari kacang tidak lupa kulitnya. Refleksi pembuktian diri bahwa...ini lho saya sudah jadi orang! Memang sebelumnya apa ya?. Sebagai ”show room” dan etalase untuk ajang pamer?. Atau kata Cak Nurcholis Madjid, manusia lahir membawa dorongan yang sangat alamiah, yaitu dorongan untuk kembali kepada Tuhan sesuai dengan perjanjiannya ketika masih dalam kandungan ibunda. Dorongan tersebut kemudian diwujudkan dengan dorongan untuk menyembah atau berbakti kepada Tuhan. Tidak ada kebahagiaan yang lebih tinggi kecuali kebahagiaan kembali kepada Tuhan, yang dapat digambarkan melalui fenomena mudik?

Sebodolah dengan itu semua..secara pribadi apa yang saya sebut diatas benar adanya. Hubungan horizontal antara manusia dan manusia, jelas..mudik ada hubungan silaturahim yang muaranya membersitkan keinginan untuk menaburkan kasih sayang dan saling memaafkan. Refleksi dari kacang tidak lupa kulitnya? Tentu….pasti kita merasakan ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya, dan “sesuatu yang hilang” ini dapat ditemukan pada waktu seorang pemudik kembali ke kampung halamannya alias mudik. Kerinduan akan kampung halaman akan selalu menghantui setiap perantau, saya yakin itu. Kecuali memang kalau kacang sudah benar-benar lupa sama kulitnya!!. Sempruulll itu orang..!

Sebagai ”show room” dan etalase untuk ajang pamer?. Ya iyalah…masa iya dong. Siapa yang akan tahu..kalau kita berusaha dari bawah…, merangkak sedikit demi sedikit sehingga mencapai apa yang kita idamkan, siapa ya ng akan tau seumpama kita udah menjadi seorang eksekutif di suatu perusahaan..? Lho…kita harus bangga dengan pencapaian itu, dari sekian banyak karyawan dan persaingan yang maha dasyat ini, berapa orang yang bisa menikmati jenjang karir seperti itu? Hayo berapa %. Itu khan menunjukkan bahwa kita orang pilihan! He..he.. pasti ada yang protes lagi. Kalau kita “mampu” menghidupi istri dan anak kita secara layak, kalau kita sudah mampu mudik dengan kendaraan pribadi..!! Sombong…?? Ya silahkan terjemahkan, Cuma intinya sebenernya itu juga perwujudan rasa syukur kita kepada orang tua, terutama ibu kita yang selama bertahun-tahun dan dengan kesabaran yang luar biasa mendidik kita. Jadi ya berhak tho orang tua kita pengen melihat hasilnya. Sing penting Ibu bisa senyum melihat anaknya sudah berhasil.. Yaah.. meskipun kadang tanpa mengetahui duit dari mana untuk itu semua. (hi…hi…. ..ngutang..ngutang. Looh.. ngutang khan juga menunjukkan kita mampu tho?.. artinya ngutang tentu bisa membayar dong.. Ya kalau gak bisa bayar.. ). Untuk menunjukkan itu semua ..ya mudik-lah. Cuma pake telpon mengabarkan itu semua...gak percoyo...ora ono buktine!.. nggedabrus katanya...! Tapi kalau kita mudik dan membawa... he..he.. "show room" tadi, orang kampung khan jadi percaya..

Manusia lahir membawa dorongan yang sangat alamiah, yaitu dorongan untuk kembali kepada Tuhan sesuai dengan perjanjiannya ketika masih dalam kandungan ibunda. Dorongan tersebut kemudian diwujudkan dengan dorongan untuk menyembah atau berbakti kepada Tuhan. Tidak ada kebahagiaan yang lebih tinggi kecuali kebahagiaan kembali kepada Tuhan, yang dapat digambarkan melalui fenomena mudik?..absolutely..yes. Meskipun puasa saya gak beres...sholat sami mawon. Di Hati yang terdalam ini masih ada rasa dan percaya bahwa ada kekuatan maha dahsyat Yang menguasai hidup kita. Dalam bentuk apapun, media apapun (agama, kepercayaan). Itu semua refleksi ketundukkan, kepatuhan dan keimanan bahwa..kita semua ada yang mengatur, bahwa ada yang menciptakan kita. Dengan mudik kita dengan puas akan mengungkapkan rasa terima kasih kita kepada orang tua..khususnya ibu! Saya masih ingat dengan apa yang dikatakan sahabat saya Brams (mudah-mudahan dia mau saya sebut SAHABAT.. soale dia paling alergi dengan kata SAHABAT.. punya pengalaman buruk dia dengan kata itu). Dia pernah ngomong ke saya. ” Kalau situ mau sukses, basuh kaki ibumu dan kemudian cium kakinya sambil secara tulus meminta maaf kepada beliau. Itu sebagai tongkat sihir kita kedepan!” Makasih mas Bram..tips-nya. Cuma kemarin saya sedikit berjuang..karena ibu saya lari-lari terus setiap kali mau saya cuci kaki dan dicium...katanya geli kena jenggot saya! Tapi akhirnya sukses.

Yahhh itulah mudik.... adalah antiklimak dari proses konsep pengembaraan dari desa ke kota yang melahirkan etos...sorry dalam bahasa Jawa ”Ngluyur yo ben, anggere lancur. Mlincur yo ben anggere oleh pitutur” Kalau bahasa umumnya kurang lebih... Biarlah pergi dan keluar dari adat asal dapat hal dan pendidikan yang lebih baik. Ngluyur dalam bahasa jawa adalah orang yang suka keluyuran, lancur adalah bulu ekor jago pilihan, Mlincur adalah orang yang tidak mengikuti norma-norma adat sedang pitutur adalah petuah atau pendidikan. Tetap semangat..!! Meskipun sekarang ini kondisinya masih semu! (ngutang, rental mobil de-el-el). Kita wujudkan setahun ke depan..! Maksud'e ngutang lagi..!!! Ha..ha..ha


Gerem Merak, 6 October 2009
Dodi Suprapto (yang masih kena sindrom pasca mudik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar