HORENSO! Bosen! Hahaha… ya
resiko kerja di perusahaan Jepang. Semua kesalahan yang pernah dilakukan, hal
pertama yang ditanya. HORENSO-nya bagaimana? Bla..bla..bla.. Atau pagi-pagi sudah ada teriakan nyaring…
DODI SAN! Kenapa tidak HORENSO! Cabe dweeeh… Tiap detik, tiap menit dan selama
nafas masih ada di perusahaan Jepang, siap-siaplah menjadi menu sehari-hari.
Yang kadangkala menjadi hal yang lebay!
Tapi itu lah
kenyataan-nya. Hal yang dianggap lebay oleh kita, menjadi kekuatan yang
menakutkan Negara Jepang untuk menjadi penguasa atas imperialism modern (baca:
kekuatan ekonomi). Padahal hampir setengah abad lalu luluh lantak oleh bom
atom! Tapi bangsa Jepang segera bangkit bahkan sekarang mampu menelikung
pengebom-nya dalam kekuatan ekonomi, yaitu Amerika. Menjadi negara yang hampir
tidak mempunyai utang luar negeri! Bahkan menjadi negara “pendonor” financial
bagi negara-negara lain. Padahal, banya sekali kekurangan negara itu. Dar
sumber alam yang hampir tidak ada, semua kebutuhan energy diimpor, sampai letak
geografis-nya sendiri yang mengakrabkan Jepang dengan bencana alam!
Salah satu dari “keajaiban” budaya dari orang Jepang adalah HORENSO! Disamping etos kerja yang sangat tinggi diiringi semangat KAIZEN dan prinsip 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke). Hal tersebut sangat melekat dalam diri orang Jepang dalam berorganisasi, terutama untuk diterapkan di perusahaan-perusahaan yang kemudian menjadi raksasa industry dunia. Dan kalau diperhatikan budaya kerja orang Jepang dari HORENSO sampai 5S adalah kerja kelompok! Etika orang Jepang itu, tujuan utamanya membentuk hubungan baik di dalam komunitas. Kebesaran komunitas bergantung pada situasi dan zaman. Negara, desa, keluarga, perusahaan, pabrik, kantor, sekolah, partai, kelompok agama, tim sepak bola dll, bentuknya apapun, orang Jepang mementingkan komunitas termasuk diri sendiri. Sesudah Restorasi Meiji, pemerintah Meiji sangat menekankan kesetiaan pada negara. Sesudah perang dunia kedua, objek kesetiaan orang Jepang beralih pada perusahaan! Dan perhatikan lagi dalam perkenalan-perkenalan dengan orang Jepang, atau pelajaran bahasa Jepang dalam perkenalan. Pasti menonjolkan komunitas daripada diri sendiri, dalam hal ini perusahaan! Contoh: Perkenalkan saya Dodi karyawan Sankyu! Dan maaf, sangat berbeda dengan karakter kita yang lebih menonjolkan “trah” atau diri sendiri!
Terlalu panjang kalau membahas keunikan budaya Jepang. Kembali lagi ke HORENSO. HORENSO adalah akronim dari bahasa Jepang, yaitu HOKOKU, RENRAKU dan SOUDAN atau kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah MELAPOR, MENGINFORMASIKAN dan MENGKONSULTASIKAN atau DISKUSI.
Tujuan HORENSO sendiri adalah untuk menciptakan segala informasi tersampaikan dengan cepat dan benar. Dan yang paling utama adalah proses dan progress dari setiap aktivitas bisa diketahui oleh banyak orang! Dalam hal ini setiap ordinat dari suatu organisasi! Tidak terlewatkan tanpa kecuali. Karena dari informasi yang benar itu bisa melakukan SOUDAN/DISKUSI apabila dalam proses itu ditemui permasalahan. Disini factor “kejujuran” sangat penting dalam elemen HORENSO. Jadi jangan heran kalau bekerja di perusahaan Jepang teriakan nyaring di pagi hari akan terdengat kalau masalah HORENSO tidak benar! Karena menjadi malu dan tabu yang luar biasa kalau mereka kumpul, dari obrolan itu ada informasi mengenai organisasinya yang mereka sampai tidak mengetahui! Mengapa penting bagi mereka? Sangat penting! Karena feedback maupun saran yang sangat mereka butuhkan! Karena roh dari orang Jepang itu sendiri yang sudah terbiasa dengan kelompok! Jadi mana bisa SOUDAN/DISKUSI kalau informasinya sendiri tidak tersampaikan dengan benar?
HOUKOKU
HOUKOKU atau MELAPORKAN
adalah proses pemberian laporan kepada superior tentang segala sesuatu yang
harus dilaporkan. Dan Houkoku adalah “wajib” bagi mereka dalam organisasi.
Tentunya laporan yang perlu dilaporkan! Yang tidak perlu, janganlah. Artinya
dalam ber-houkoku adalah melaporkan kemajuan aktivitas regular atau tugas.
Apalagi kalau ada masalah dalam aktivitas itu, kecepatan laporan adalah hal
utama!
3 aspek utama dalam
melakukan Houkoku (Melaporkan), yaitu fakta, metode dan tujuan. Apa fakta dari
suatu aktivitas, kenapa harus dilakukan demikian dengan metode atau teknik
untuk mencapai suatu tujuan. Prinsip 5W+2H (what, who, when, where, why, how)
dan TPO (time, place, organization) harus secara tepat dan “jujur” disampaikan.
Karena berbudaya progress oriented, kalau mau car-muk (cari muka) kepada atasan
orang Jepang, laporkan sedetail detailnya dengan aspek 5W+2H progress dari suatu
aktivitas! Saya berani jamin, sebentar lagi anda akan di-flag sama sebagai
“orang pintar”! Daripada anda melaporkan hasil yang meskipun bagus, tetapi
atasan Jepang tersebut tidak mengetahui progress-nya! Sangat berbeda dengan
budaya barat (Amerika?) yang lebih result oriented.
RENRAKU
RENRAKU atau
MENGINFORMASIKAN adalah informasi yang dari atau ke departemen lain. Atau
informasi lintas departemen mengenai aktivitas yang dijalani. Karena dengan
diketahui-nya progress dari suatu aktivitas oleh departemen lain, diharapkan
masukan atau ide tambahan bisa di sumbangkan oleh departemen lain itu.
Sedangkan di internal departemen terutama dalam system hierarchy organisasi
RENRAKU adalah proses pemberian informasi kepada subordinat-nya. Banyak kasus
tugas yang diberikan tidak sesuai dalam pengerjaan-nya bukan karena kemampuan
subordinat-nya, tetapi ketidak jelasan informasi dari atasannya! Prinsip 5W+2H
tetap harus digunakan
SOUDAN
SOUDAN atau MENDISKUSIKAN
adalah proses konsultasi atau diskusi dari suatu aktivitas. Terutama kalau ada
masalah dalam proses itu. Kesalahan, bahkan yang masih berpotensi salah,
diminta untuk sering berkonsultasi! Sebelum begitu memahami SOUDAN, saya suka
eneg kalau kita mencoba mendiskusikan sesuatu, bukannya kasih solusi, tetapi
malah membalikkan pertanyaan itu ke kita. Saya pikir, lha opo kerjomu? Masak
Cuma duduk doang? Kesan-nya tidak punya ide! Ternyata, mereka melatih kita
untuk selalu siap mempunyai ide, meskipun itu sangat basic kepada suatu
permasalahan! Memang kalau disimak SOUDAN adalah DISKUSI! Bukan hanya sekedar
bertanya! Jadi tambah pintar khan? Terus jangan lupa konfirmasi ulang ide atau
saran yang telah didiskusikan. Karena mencatat adalah juga budaya orang Jepang!
Itulah, kadangkala kita menyebut lebay! Kita berpikir, kenapa sih mereka (direktur sekalipun!) masih sempet-sempetnya mikirin hal kecil ini? Bukankah akan lebih baik mereka yang secara nyata duduk di posisi atas memikirkan hal-hal yang lebih luas jangkauannya? Tetapi itulah kenyataanya! Dari hal yang lebay bisa menjadi senjata yang mamatikan!
HORENSO! Semua tetap berpulang kepada kita, kalau menganggap itu lebay, ya jangan bekerja di perusahaan Jepang! Karena meskipun anda pintar sampai ujung langit-pun, kalau tidak pandai ber-HORENSO apalagi lebih menonjolkan kepintaran individu. Siap-siap lah mencari perusahaan lain!
HORENSO bagi budaya Jepang adalah kunci sukses dalam berkarir, karena HORENSO adalah wujud dari KOMUNIKASI yang baik. KOMUNIKASI yang baik adalah hal penting dalam suatu group atau komunitas yang notabene identik dengan budaya Jepang. Dan anggapan manusia itu tidak ada yang bodoh! MAnusia diibaratkan intan, semakin diasah, semakin berharga! Siap dengan LEBAY…eh HORENSO?
Merak, 23 September 2011
Dodi
Suprapto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar