Sabtu, 09 Juli 2011

KEDEWASAAN DAN LIFE BEGIN AT 40's?

Menginjak usia 41 tahun ini, saya malah gamang, ternyata dan gak kroso, saya sudah memasuki usia “heboh”. Iya.. 41 tahun! Ternyata wis tuwek..!Ckckckckck… Dan semakin gamang dan serem setelah banyak  orang-orang pinter ngotak-ngatik usia 40 tahun! Ada yang ngomong masa puber kedua lah, usia dewasa madya-lah, malah ada istilah popular life begin at forty’s! Begitu bombastis-nya usia 40 tahun! Pertanyaanya…… bener gak yaa.., bikin orang takut and grogi memasuki usia ini.  Rasanya seperti ditempeleng lagi waktu kemaren buka facebook, temen-temen pada ucapin selamat ulang tahun… eh salah..maksud saya “memperingati hari lahir”! Memang benar juga sih, mana ada tahun yang bisa diulang! Menurut mas Jaya Suprana yang “dewa”-nya kelirumologi, bahwa tidak ada tahun yang bisa diulang! Enak bener ya kalau tahun bisa diulang, yakin akan banyak sekali revisi-revisi hidup yang akan dijalani setiap orang kalau tahun bisa diulang. Jadi kata orang lucu itu, cobalah setiap ada orang yang “mengulang tahun”,  maksudnya kalau pas hari ini atau besok , lusa atau hari-hari kedepan, tanggal di kalender sama dengan tanggal lahir seseorang, mulai lah rubah istilah itu dengan “memperingati hari lahir” atau istilah-istilah keren yang relevan lainnya asal jangan pakai istilah Ulang Tahun! Hahaha… , emang janggal ya kalau kita ucapkan,”selamat memperingati hari lahir”, kepanjangan! Tapi sedikit tips dan sudah saya praktikkan lebih dari 2 tahun yang lalu, saya “hanya” mengucapkan kata “Selamat”, lebih aman dan gak dimarahi Eyang Jaya Suprana! Bener lho, waktu beliau menyampaikan itu dengan mimik serius. Asli! Kalau gak percaya, beli bukunya dong!  (dapat komisi nih).  Bukti lagi, coba terjemahkan Happy Birthday, mosok selamat ulang tahun? Bukan tho.. tapi selamat hari lahir! Berarti…memang keliru!

Wee.. malah bahas itu, balik lagi ke ulang tahun…eh.. hari lahir saya yang tepat jatuh di hari kemaren, sayangnya tahunnya beda!  Dan tentunya saya gak bisa “mengulang” tahunnya.. banyak sekali intro question ke saya sendiri.
Bahwa…. benarkah saya bertambah dewasa sejalan atau berbanding lurus dengan bilangan tahun? Bahwa.. benarkah saya memulai hidup di usia 40 tahun (tepatnya 41 tahun)? Bahwa benarkah saya masih keliatan muda dari jumlah usia saya..atau malah kelihatan lebih tuwek dari usia ini?  Kalau saya jawab sendiri, kayaknya gak tepat deh.  Yang pasti wong liyane tho sing “wajib” menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan harusnya disampaikan ke saya! Lha kalau saya jawab sendiri,  dah pasti saya jawab,” Aku sudah sangat dewasa dan bijaksana! Aku sudah sukses lahir batin! Aku masih keliahatan seperti Keanu Reeve! Perutku masih…… hehehehehe…… kalau ini ndak berani aku! Susah! Yo wis lah.. untuk perut aku ngalah! Perut-ku sudah single pack!! Guuueeeddheee…!”  Wakakakak..

Yang pertama, bertambah dewasa. Hm..hm… kedewasaan, memang tidak ada jaminan kalau semakin tua, kedewasaan mengiringi. Menjadi tua dah jelas itu hukum alam, tetapi menjadi dewasa?? Menjadi dewasa adalah suatu pilihan!  Menjadi dewasa kadang terlupakan untuk dipilih! Malah menjadi dewasa kalah popular dibanding dengan kata TAKUT TUA! Dari yang paling sederhana mengecat rambut yang sudah two tones, sampai operasi plastik, menghirup oksigen murni, make over yang biayanya berjut-jut adalah “phobia” menjadi tua!  Ya boleh dong saya berpikir, mengapa mengeluarkan daya upaya yang luar biasa itu untuk melawan hukum alam? Yang jelas-jelas dan pasti, menjadi tuwek trus matek! Weeeitts… banyak amat yang protes. Lha memang bener, pertanyaan-nya, kenapa hal tersebut tidak dilakukan hal sama dalam upaya menjadi dewasa??? Itu juga pertanyaan buat saya juga lho…  Hayooo…
Mudah-mudahan saya “masih” berusaha ke arah sana, kearah menjadi dewasa. Ke arah selalu menjaga sikap yang tepat, kearah menggunakan keberanian untuk hal-hal yang memang harus diperjuangkan, kearah menjaga kesabaran, kearah keterpahaman akan tanggung jawab, kearah tidak pernah berhenti belajar berpikir secara luas dan kearah pintar menempatkan kepercayaan diri!  Itu semua yang sangat melekat dalam ranah kedewasaan. Kalau diperhatikan lebih seksama lagi dari penggalan kata sikap, berani, sabar, tanggung jawab dan percaya diri adalah kata biasa yang kita dengar sehari-hari. Lalu apa hubungannya dengan kedewasaan? Nah itu dia.. saya juga bingung! Qiqiqi…  Mungkin begini kalau dihubungkan dengan kedewasaan, semua kata yang mempunyai makna suatu tindakan, kalau tidak ditempatkan di tempat yang tepat, sudah pasti akan berbeda makna jika diterima oleh orang lain. Karena memang sepertinya, menjadi dewasa adalah orang yang sudah bisa dan pintar menempatkan segala sesuatu secara tepat! Sekali lagi tepat! Nah.. balik lagi ke kata-kata tadi, Kata sikap kalau salah menempatkan.. dah pasti temen-temen akan menjadi public enemy number one! Dan konsekwensi dari sikap itu muncul istilah Ngeselin, nyebelin, kampungan, udik, kolot dll.  Berani. Kata Berani kalau salah menempatkan bisa memunculkan konsekwensi Ngawur, Bunuh diri, criminal, pecundang. Berani merampok bank akan lebih buruk konsekwensinya daripada berani membuka usaha meskipun dengan modal pas-pasan. Takut menghadapi persaingan kerja akan lebih buruk konsekwensinya daripada berani belajar dan belajar untuk menjadi orang yang kompeten. Berani korupsi akan lebih buruk konsekwensinya dibandingkan dengan berani bekerja siang malam untuk sekedar mencari apa yang bisa dimakan besok! Sabar. Kata sabar kalau tidak ditempatkan secara tepat akan muncul istilah.. guuoooblok, tolol, bego atau kata sahabatku “ente bukan manusia! Karena “gemes” melihat kesabaran yang tidak tepat sasaran!  Masih bisa bersabar dan tidak berbuat apa-apa dengan cemoohan orang yang mengatakan miskin, konsekwensinya akan lebih buruk dibanding dengan sabar dan tekun mengais rejeki meskipun apa yang diraih tidak sesuai harapan. Dan sebagainya dan sebagainya, baik itu untuk tanggung jawab, ataupun kepercayaan diri, harus ditempatkan secara tepat. Jadi tepat menempatkan sesuatu adalah bentuk dasar dari suatu kedewasaan. Jangan sampai salah tempat… maknanya luas tho? Memang kita tidak bisa menjadi dewasa secara utuh, karena memang belum ada manusia yang bisa dewasa secara utuh. Kadangkala kita memang rindu bersikap kekanak-kanakan.. tetapi harus pinter dan tepat tho menempatkannya. Berarti… hahaha DEWASALAH! Ckckckck.. mbulet!
Sekarang… sambil menunggu apresiasi dari orang lain tentang kedewasaan kita, gak ada salahnya  memulai merenung.., me- refleksi diri dan memberikan sekedar ruang dalam otak untuk mengevaluasi dan mencari solusi. Nah.. mungkin kalau saya sudah mencapai sekedar titik terendah suatu kedewasaan, mudah-mudahan cawan yang ada dalam jiwa terus  terisi dengan kebaikan, sehingga hal tersebut terus menumbuhkan kebijaksanaan. Karena bijaksana adalah singgasana tertinggi dari suatu kedewasaan. Suuueeeerr…..

Yang kedua, life begin at 40… hehehe.. gimana yaa,  kalau secara harfiah sih waktu saya “ceprot” keluar dari nikmat syurga rahim ibu, itulah  “start” life dari situ. Malah kalau lebih dalam lagi. Saat yang Maha Perkasa dan Maha Pintar memasukkan roh ke dalam tubuh saya saat masih berada dalam rahim ibu, itulah sebenarnya mulai hidup. What ever lah.. mungkin kalau dihubungkan dengan kedewasaan diatas,  diibaratkan balap mobil formula one, saatnya masuk pit stop deh. Dan sepertinya ini pit stop kedua saya dalam strategi 2 kali pit stop, pit stop yang pertama saat  memasuki usia remaja. Dan dari hasil balapan formula one di sirkuit kehidupan, dalam pit stop pertama itu..hehehe.. sepertinya masih agak kedodoran deh. Meskipun boleh dikata bukan urutan yang paling belakang. Saatnya masuk pit stop lagi tho, nah usia 41 tahun ini pit stop kedua saya! Namanya juga pit stop, evaluasi besar-besaran dilakukan disitu. Beda dengan regulasi balap mobil bahwa boleh dilakukan penggantian ban atau spare part yang rusak saat masuk pit stop. Kalau kita? Gak usah diregulasipun, kita gak mungkin mengganti spare part kita yang rusak. Baik hard ware maupun software-nya, hardware anggota tubuh berikut panca indera, software-nya ya otak dan nurani. Gak bisa diganti! Kecuali impian para ilmuwan yang sudah ”bermain” di wilayah Tuhan akan meng-klon dari ”tunas” yang terdapat dalam tali pusar bayi. Bayangin kalau memang itu posible, akan ada pabrik spare part tubuh!! Tangan, kaki atau apapun bisa tergantikan dari ”tunas” itu. Jangan mikir terlalu jauh-lah, berpikir sekarang dan kondisi sekarang bahwa memang saat ini belum ada teknologi apapun yang bisa mengganti anggota tubuh, terus kalaupun sudah ada, mampukah kita membeli??? High tech is not free. It’s very very expensive. Sudah bisa ditebak tho, siapa yang mampu beli?
Balik lagi ke pit stop, kita hanya bisa  upgrade dan manage hardware dan soft ware kita. Supaya saat keluar dari pit stop nanti, dapat bertarung kembali dalam balapan kehidupan yang sadis ini. Cobalah perhatikan hardware-nya dulu yang arahnya sudah pasti ke kesehatan. Saatnya mungkin berhenti merokok, saatnya mungkin mulai memakai kembali sepatu jogging yang sudah mulai berdebu atau mungkin sudah saatnya merubah pola makan ke arah yang lebih sehat. Ingat pit stop! Masak waktunya pit stop gak ada yang di-review?

Terus kalau software-nya.. pitstop sekarang saatnya lah, pilihan menjadi dewasa mulai ”dilirik”. Inga...inga... jatah umur makin berkurang lho.. berapa tahun lagi coba? 1000 tahun? Mimpi!! Minta tolong ke Jin... wani piro? Hehe.. tidak lah. Realistis saja dengan hukum alam itu, menjadi tuwek dan matek! Kalau percaya life after death, dan keyakinan yang mendalam bahwa kita akan kembali ke sang Khalik! Saat-nya lah kita revisi..revisi dan revisi... Dan perjalanan rohani orang, biasanya lagi lhooooooo...dimulai dari usia ini..., nabi kita aja diangkat jadi rosul umur 40 th khan. Dan biasanya, dan harus deh kayaknya, mulailah bertobat..!!  Mosok geus kolot siga terong kisut masih macem-macem. Rosul juga ngancam kita lho di usia ini, bunyinya, kalau salah nyuwun sewu. Wong ini berdasar ingetan saya doang.., begini.. "barang siapa yang mencapai umur 40 tahun dan dosanya lebih berat dari amal baiknya, maka bersiaplah masuk neraka..!" hiiiiii...., mangkanya di usia ini juga yang pas untuk berserah diri, dengan demikian pencerahan jiwa yang kita ingini dapat dicapai..yaah menuju yang sedikit mulia dikitlah.

Kalau dilihat dari karir??  mungkin kalau dari karir, iya sih kata-kata itu.., contoh waktu kita umur 23 ampe 29 tahun, kita masih explore tuh kita mau kerja apa? Mau jadi apa? Pokoknya cari-cari lah.., nah pas umur 30 sampai 39 tahun, itu mungkin fase kita menstabilkan diri dengan apa yang kita pilih dalam kerja, contohnya mungkin temen-temen pade udah mantab di posisi kerja/karir atau apa yang sudah dipilih, pengusaha kah, artis kah atau apa lah. Seperti saya juga sekarang, kalau diibaratkan pohon kata orang Jawa sudah “ngoyot!”  artinya sudah susah nyari-nyari kerja lagi karena sudah tuwek atau memang sudah mantap dengan posisi sekarang.  Naaaah...kebanyakan kalau kita udah menginjak ke usia 40 (life begin forty..??) kita mengalami, kata orang sih, kita mengalami apa yang dinamakan mid-life career crisis, suatu fase dimana kita biasanya mengalami kegamangan dalam pencapaian karir, biasanya sih bisa dipicu oleh kejenuhan dan rutinitas kerja yang selama ini, lelah fisik atau lelah psikologi mungkin. Akhirnya kita dipaksa untuk evaluasi lagi...bener gak sih selama ini yang kita capai..? Terus terang saya sendiri sampai detik ini masih merasa gamang dan merasa takut menghadapi hari kedepan dengan apa yang saya capai. Dan terpikir juga kepengen berbelok jadi seorang wirausaha, mau jual pecel  kek, jual bakso kek, atau gak tau kenapa akhir-akhir ini keinginan jadi guru begitu kuat! Iya, jafdi guru! Panggilan jiwa?? Mbelgedhes-lah! EMbuh! Sebabnya mungkin saya udah "eneg" ngurusin orang melulu dan dirasa udah gak ada tantangan lagi. Itu proses dari rasa jenuh tadi. Jadi sebenernya kalau dari karir,  fase ini sebenarnya belum stabil, malah kalau boleh dibilang, inilah masa-masa krisis kita, Masa dimana, dibilangin dari tadi… PIT STOP!! Revisi dan evaluasi!  Jadi sepertinya yang tepat  life begin at 45!! Karena di usia ini kebanyakan, orang mulai "settled" dengan pekerjaannya, tentunya udah lewat yang tadi khan. Karena dipikir memang ini pekerjaan kita. Kalau sudah merasa gitu, kita tinggal mengamankan posisi dalam perusahaan. Dan kalau sudah merasa settled..kita akan merasa comfort, stabil dan menekuni pekerjaan kita dengan nyaman. Coba perhatikan gejala-gejalanya yang dirasakan. Gejala dimana sudah pas dengan pilihan, atau justru malah gamang! Kalau gak merasa mantab,  Saat-nya “hijrah”!  Cari karir atau hal lain yang mungkin lebih menantang..! Yah moga-moga aja sih kita lancar... Tapiiii..hati-hati juga dengan umur ini...biasanya kalau karir udah mapan, pendapatan, serta kekayaan telah mencukupi, biasanya .dan biasanya lhooooooo......, kemapanan materi membawa godaan yang muacem-muacem,  karena dirasa udah punya power!! Kalau sudah begitu…. K’dabra! Pertanyaan selanjutnya akan terjawab!! Memasuki puber kedua yang smooth, atau yang lebih ancur-ancuran. Jadi emang bener juga kalau life begin forty,  mau ancur atau gak?

Takut menjadi tua atau memaksakan supaya kelihatan lebih muda? Lha iya memang… masa ini sepertinya kita masih belum nrimo dikatakan tua, tapi tidak juga dikatakan remaja! Mosok disebut tua kalau masih gagah, mosok dikatakan remaja tapi rambut sudah two tones! Nanggung khan… mangkanya tadi disebut sebagai masa kebingungan sebenarnya. Serba nanggung!!  Dan saya???? Hahahaha… cermin di rumah kali dah ngeluh! Bosan! Mosok didepan saya ada mahluk yang terus-terusan ngaca!  Sisir rambut, acak-acak rambut dan…. Hahahaha… mulai pinjam “senjata” yayang. PEMBERSIH!  Hampir dikata sudah joinan tuh pembersih sama yayang. Bersih-bersih muka! Opo tumon. Syndrom takut tua? Mbuh lah.., secara gitu loh. Dan mulai berani coba-coba dengan apa yang dipakai bocah enom! Sepatu, celana, kaos dan model rambut! Eh.., catet yaa.. apa yang dipakai! Belum “apa yang dilakukan”! Asli itu saya gak merasa lho… ngalir begitu saja. Sepertinya… Ah, saya belum tua!. Orang masih gagah begini. Apa lagi ada yang bilang begini.. ,”Eh, pak Dodi ternyata sudah 41 tahun tho. Saya kira masih umur 30 an…”  TUIIIIIINNGGG… langsung cuping hidung saya  bergerak-gerak kayak kelinci! Kepala makin besar dan hahaha.. hati tambah bungah! Siapa yang gak bangga… dikatain sepuluh tahun lebih muda! Eeiittss… jangan nyinggung perut yaa.. hihihihi..

Terus mengapa saya “belum” mencoba “apa yang dilakukan” seorang remaja? Apa hayooo.. yang dilakukan remaja..? lirik sono lirak sini, pacaran? Atau explore/mencoba hal-hal baru tentang lawan jenis! Kalau dilakukan oleh orang yang memang di usia remaja, wajar kali yaa..  Nah ini kalau dilakukan oleh “remaja” yang sangat-sangat berpengalaman?? Wah…wah..wah.., lihat saja apa yang terjadi!  Sumpah! Belum saya lakukan… dan Alhamdulillah sih masih berpikir waras! Tapi… hehe..tak revisi deng. Kalau lirak-lirik sih….hm..hm..hm…Hahahaha… Gak kerasa sudah kali yaa.. sebatas lirak-lirik!! Catet! Sekaranggini saja,  sopo yang tahan dengan begitu banyak-nya melati-melati yang berkeliaran menyemprotkan wangi-nya! Crot..crot..crot! Dan ternyata harum! Sopo yang gak bilang melati itu tidak harum? Sopo? Meskipun di rumah sudah ada mawar yang begitu harum dan harumnya itu sudah tersimpan dengan nyaman di relung hati? Sopo yang berani bilang melati itu gak harum?? Gak ada! Terus.. berapa banyak melati yang tersebar di kantor, angkot, mall, facebook, twitter dan bahkan harum-nya sudah melewati bilik-bilik hati?  Ser..ser…ser… ..ser. Tidak melihat apakah itu melati yang sudah kadaluarsa maupun melati yang fresh!! Tetep saja namanya juga melati, tetap harum!! Hayoo… ngaku laah…

Jadiii…. Wajarkah, salahkah atau memang lebay? Pernah lhoo.. … Ooops..!  hehehe… saya juga mempunyai melati pujaan, tepatnya saya sekedar “memuja” melati itu atau kata keren-nya secret admirer! Waktu melati  pujaan hatiku itu karena sesuatu hal membela “musuh”-ku! Sampai gak habis pikir kok sampai begitu  yaa saya. Tapi  memang itu adanya. Wangi melati itu sudah “mampir” ke serambi hati-ku. Waktu itu saya CEMBURU! Sekali lagi cemburu! HAHAHAHAHA… padahal memiliki juga enggak. Hanya sekedar men-sruput wangi harum-nya..  Memang segala nalar dan akal sehat akan luluh lantak kalau sudah tersambar geledek cemburu! Lha gimana.. wong saya setiap hari berdansa dengan semerbak harum melati yang menari-nari di bulu hidung, meluncur dengan deras melalui lorong hidung, tenggorokan terasa menari-nari dengan lewatnya harum semerbak melati itu dan dengan manis “mampir” di serambi hati ini. Salahkah..? Lalu salah-kah jika kemudian sebagian bilik hati ini tersimpan wangi melati mendampingi wangi mawarku. Bilik hati terasa hangat dan sangat nyamaaaan sekali dengan hadirnya wangi melati itu. Dan salahkah aku bila benih-benih ini mulai “tukul” karena tidak tahan dengan siraman wangi melati itu. Salahkah…??? Ya jelas salah!! Hahaha... Dodi..Dodi… Aneh!   Lho saya kira itu “normal”, gak yakin deh kalau setiap orang gak pernah merasa seperti itu. Nah, biar masuk golongan mana kita dan biar ada yang membedakan, balik lagi, apakah kita sudah dewasa atau belum, yoook kita berbicara lantang tentang……KOMITMEN!!  Iya… komitmen. KArena menjaga komitmen salah satu bentuk karakter dari suatu kedewasaan. Pintar menempatkan!

Mudah-mudahan saya sendiri juga sangat paham apa itu arti komitmen, saya sungguh sangat sadar bahwa saya sudah mempunyai mawar yang setiap hari mengharumi dan menyemburkan wewangian yang luar biasa di relung hati ini, dan itu tak tergantikan. Tapiii… saya lelaki kebanyakan. Yang kurang ajar, yang nakal yang… yang…. yang de-el-el.  Saya sangat-sangat ordinary man. Saya terlahir sebagai laki-laki yang sangat sulit menjaga hati ini untuk tidak diisi oleh bunga-bunga yang lain. Bunga harum yang selalu menggoda bulu-bulu hidung ini untuk sekedar merasakan keharumannya. Merasakan indah warna-nya, dan indah…
But….. saya lelaki yang masih pegang stir…, pegang komitmen. Meskipun kadang perih mengiris (LEBAY!!) ...saya tetap berusaha bahwa melati itu hanya ”melati-ku” yang tak bisa kumiliki, tak bisa kereguk keharuman-nya setiap saat. Apalagi memetiknya. Bukankah rasa sayang tak harus memiliki.. tak harus dan tak harus. Biarlah wangi itu selalu melintasi. Wangi MELATI-ku. (Paarrraaaahhh.... lebay pangkat 2!). Lho iya tho... Apakah kita harus peduli melati itu juga punya rasa yang sama, Enggak tho..??
Hihihihi... kalau boleh meminta mah, ijinkan wangi melati itu selalu mengisi bilik hati ini... biarkan syahdu ini saya yang rasakan. Biarlah kuntum rindu itu ada. Meskipun itu tabu untuk saya petik dan rengkuh.. karena sudah ada mawar yang selalu menghiasi hari-hariku. Karena mawar itu telah menghadirkan calon kumbang yang gagah! Dan menjadi kewajiban saya untuk ”menemani” mencari wangi melati seperti melati itu. Setidaknya......
Parah khan kalau sudah ”lebay”.. tapi saya kira itu hal yang harus dilalui. Harus dilalui... gak ada jalan memutar, yang ada jalan itu memang harus dilalui. Intinya.. bagaimana kita melalui-nya tho? Dengan tersandung-sandung,  gedebak-gedebuk atau seraya naek Mercy! Jangan sampailah melekat anggapan di kita... Remaja yang berpikiran kotor di badan seorang manula!

Balik lagi ke puber kedua… eh.. saya ngomongin puber gak sih? Wis pokoke itu, meskipun di usia ini dan itu sudah terbukti secara naluri, mengalir bahwa rasa ingin berkompetisi mendapatkan lawan jenis begitu menggebu! Sekedar menikmati deg..deg..ser..ser…  Dan yang paling parah.. sekedar ingin membuktikan saya masih muda! Ya itu risky banget, soale kemungkinan hal tersebut “kebablasan” sangat mungkin terjadi. Apalagi ada factor-faktor eksternal yang mendukung. Contoh… ya sekedar contoh. Gak merasa “cocok” lagi dengan pasangan (lha dulu berani Ijab dengan alesan apa yaa?), atau ini yang berbahaya…, ada respon balik dari melati!!! Buuuaaahhhaaayaa.. (+) ketemu (-). Yakin 100% itu akan terjadi! Yaaa… bohong saja kalau gak ada perasaan seperti itu di temen-temen, baik laki maupun perempuan. Munafik saja kalau enggak. Asaaaaallll… jangan lupa Komitmen!! Nah itu dia yang menjadi pembeda… komitmen! Junjung komitmen setinggi langit saudara-saudara! Serius! Salah satu saja yang jaga komitmen, saya sangat yakin itu tidak terjadi. (+) gak ketemu (-), Kumbang gak ketemu melati.. dll. Cukup..cukup dan cukup menjadi seorang secret admirer saja. Ludah masih banyak… cukup telan ludah. Gak kuat? Segera pulang karena di rumah sudah ada mawar ataupun kumbang yang sudah menunggu. Mawar harus terus belajar menambah keharuman, sehingga kumbang gak bosan mencicipi madunya. Hahaha… jadi kayak lagu dangdut!

Hehehe… itu sekedar ocehan seorang Dodi Suprapto! Mudah-mudahan bisa menjadi hal yang sedikit menambah makna hidup kita..., sing penting tiap detik tiap jam...itulah umur kita. 40, 41, 42, 50, 70, 80 tahun, tinggal bagaimana kita melewatinya... LIFE BEGIN FORTY.... ck..ck..ck... gak terasa yaaa...  
Dan selalu waspada bahwa.. hidup ini penuh dengan kejutan-kejutan tak terduga.  Seperti apa yang pernah saya baca teori  atau apalah namanya…, saya pernah baca “Black Swan” disitu menjelaskan bahwa bahwa hidup itu banyak sekali kemungkinan, tak melulu yang ada dalam pakem atau aturan. Memang juga ya.. selama ini hidup kita di dominasi hal-hal yang pernah kita pelajari. Sehingga bayangan masa depan pun berdasarkan pada teori, ilmu dan pemahaman baku. Kita tidak pernah belajar sesuatu di luar prediksi, dan kayaknya kita gak siap dengan sesuatu yang diluar pakem.  Bagus itu... pertama kita udah diajak untuk bertanya-tanya dan "mengiyakan" bahwa sesuatu diluar pakem itu memang harus dan siap kita hadapi. Hal tersebut berawal bahwa berabad-abad yang lalu semua orang yakin bahwa angsa itu semuanya berwarna putih! Sampai sebuah survey di Benua Australia menemukan ada angsa berwarna hitam. Jadi itu asal muasal istilah BLACK SWAN! Penemuan ini tak hanya mematahkan mitos, tetapi juga mematahkan pembelajaran manusia selama berabad-abad. Di situ dikasih banyak kasus bahwa terjadinya peristiwa-peristiwa besar terjadi karena tak ada sesuatupun sebelum peristiwa itu terjadi secara meyakinkan mununjukkan kemungkinan hal itu akan terjadi. Dengan kata lain, sesungguhnya pengetahuan kita hanya mencangkup peristiwa-peristiwa kecil dan hal-hal kecil. Padahal diluar itu amat banyak peristiwa besar yang memiliki dampak besar dan di luar pengetahuan kita. Diluar itu, saya sangat yakin sebenarnya kita sudah diajarin untuk selalu ikhlas dalam menyingkapi sesuatu karena semua-nya adalah kehendak yang di Atas. Peristiwa tak terduga dah pasti itu mainan yang punya hidup (Allah).. karena Beliau tinggal Kun Fayakun khan?  Dan lagi kita tidak boleh jumawa dengan keyakinan kita.. bahwa kita sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk, misalnya keluarga kita..ternyata mungkin di masa depan tidak seperti apa yang kita harapkan. Contoh.. bagaimana kita dah mempersiapkan dana untuk pendidikan anak dll. Tetep kita gak kuasa untuk mengetahui hal yang tak terduga di masa depan.. ya tho?
Jadi … WASPADALAH…WASPADALAH!! And COME AS YOU ARE…

Terakhir.. biar semangat menjalani hidup bersama pasangan kita, yook.. nyanyi lagunya Mbah Jhon Lennon…

Grow old along with me
The best is yet to be
When our time has come
We will be as one
God bless our love
God bless our love 

Grow old along with me
Two branches of one tree
Face the setting sun
When the day is done
God bless our love
God bless our love 

Spending our lives together
Man and wife together
World without end
World without end 

Grow old along with me
Whatever fate decrees
We will see it through
For our love is true
God bless our love
God bless our love

Lirik diatas kelihatan klise, tetapi dasyat maknanya. Gak percaya…?? Just do it!  And see what will happen.

Bibis Magetan, 29 Juni 2011
(Kebetulan pas nulis, maksude bukan lirik diatas, tulisan iki tak kandani,  lagi pulang kampuang! Kangen sama pecel!!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar