Sabtu, 17 September 2011

Kejawen, Sinkretisme Keyakinan

Jangan ngamuk dulu, jangan langsung menghakimi dan jangan langsung mendefinisikan. Ya siapa tahu dan sebagai orang Jawa, mengetahui kasanah budaya sendiri merupakan suatu yang wajar. Mengetahui lain dengan melakukan bahkan sangat berbeda dengan mengamalkan. Mengetahui adalah hal yang tidak harus dilakukan atau diamalkan! Tetapi dengan mengetahui, bisa menjadi modal untuk bisa memilih! Dan tidak asal pilih! Ngawur dalam pemahaman, sehingga kadang dalam menyampaikan suatu kebenaran, menjadi hal yang ngawur! Saling bunuh, saling bom! Apakah itu cara menyampaikan suatu kebenaran?
Disamping itu, rasanya malu juga kalau kita sebagai orang Jawa tidak mengetahui agama atau maaf kalau kata “agama” kurang tepat, boleh saya katakan Kejawen adalah suatu keyakinan asli akan hal yang Maha. Maha Kuasa, Maha Pandai dan sebagainya. Kejawen adalah sebuah kepercayaan terutama sebagian besar dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa. Penamaan “kejawen” bersifat umum, biasanya karena bahasa pengantar ibadahnya menggunakan bahasa Jawa. Dalam konteks umum, kejawen merupakan bagian dari kepercayaan lokal Indonesia atau lebih dikenal “Agami Jawi” kata anthropolog Clifford Geertz.
Kejawen unik dalam pengamalannya.  Tidak bisa memposisikan secara gamblang apakah masuk ke ajaran monoteistik seperti Islam atau Kristen, tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah lelaku yang sebelumnya didahului dengan ritual-ritual tertentu (mandi keramas, mandi kembang, dll). Lelaku boleh dibilang seperti “ibadah”.
Karena tidak gamblang dan lebih mengedepankan konsep “keseimbangan”, Kejawen bisa sangat luwes menerima bahkan mengamalkan hal-hal yang diamalkan agama-agama besar bahkan keyakinan-keyakinan lain yang ada! Sejalan keyakinan atau agama lain itu bisa menambah kuatnya konsep “keseimbangan”, tidak ada istilah haram bagi pengikut Kejawen untuk melaksanakan ritual atau ibadah keyakinan atau agama lain, bahkan diadopsi atau bahasa keren-nya sinkretisme. Sinkretisme adalah suatu upaya untuk penyesuaian pertentangan perbedaan kepercayaan, sementara sering dalam praktik berbagai aliran berpikir. Istilah ini bisa mengacu kepada upaya untuk bergabung dan melakukan sebuah analogi atas beberapa ciri-ciri tradisi, terutama dalam teologi dan mitologi agama, dan dengan demikian menegaskan sebuah kesatuan pendekatan yang melandasi memungkinkan untuk berlaku inklusif pada agama lain. Itulah Kejawen, sinkretik terhadap ajaran lain.
Tidak ada konsep perluasan ajaran dalam Kejawen, tetapi lebih pada pembinaan diri dari penganutnya. Penghormatan akan alam, penghormatan akan manusia, bahkan penghormatan ke semua mahluk termasuk yang ghaib, adalah proses dari konsep “keseimbangan” itu. Sehingga dalam pengamatan saya, wajah tulus, pancaran kesabaran dan penghargaan yang tinggi akan sesama manusia terpancar dengan jelas dari pengikut Kejawen. Yang paling menonjol adalah cahaya kesabaran dan kelembutan! Membunuh binatang saja sangat dihindari, apalagi membunuh manusia! Konsep keseimbangan hidup, mirip mirip lah dengan ajaran Konfusianisme atau Taoisme
Simbol-simbol “lelaku” biasanya melibatkan benda-benda yang diambil dari tradisi yang dianggap asli Jawa, seperti keris, wayang, pembacaan mantera, penggunaan bunga-bunga tertentu yang memiliki arti simbolik, dan sebagainya. Akibatnya banyak orang termasuk penghayat kejawen sendiri yang dengan mudah mengasosiasikan kejawen dengan praktek supranatural.
Ikhtiar ini harus dilihat secara murni sebagai satu upaya untuk meningkatkan derajat ilmu dimana dengan laku prihatin yang mampu mempengaruhi jiwa akan membuat seseorang menjadi lebih arif dalam mengendalikan emosi, mengurangi nafsu serta memaksimalkan energi yang telah/akan dikuasainya, sehingga tubuh menjadi lebih peka terhadap sesuatu baik berupa getaran atau makna yang tersirat amat halus sekalipun, laku ini bisa disesuaikan dengan hasrat yang muncul didalam hati. Mungkin ketika kita mencoba suatu langkah, kita tidak akan tahu maknanya, namun setelah selesai barulah kita tahu hikmahnya. Beberapa laku atau lelaku antara lain:

- MUTIH.

Dalam menjalani laku ini seorang harus mampu menahan lapar dan dahaga pada siang hari, dan ketika malam tiba atau pagi sebelum mulai nampak sinar matahari hanya diperbolehkan makan makanan yang serba putih. Seperti. Air putih, Nasi putih. Dalam kondisi demikian tubuh menjadi lemas dan perasaan raga kita semakin ringan, hingga bisa dikatakan tekanan energi dalam tubuh setara dengan energy gelombang jin sehingga wajar mereka yang mutih terkadang bisa melihat jin tanpa disadarinya. orang yang menjalani mutih otomatis nafsu syahwatnya menurun.

- NGERUH.

Dalam tahap ini seseorang tidak boleh makan segala jenis makanan yang bernyawa, sebab apapun yang memiliki nyawa mengandung nafsu sehingga apabila dimakan akan mempengaruhi meningkatkan nafsu pemakannya. Tujuan ngeruh adalah menghilangkan nafsu, makanan yang tidak boleh dimakan selama ngeruh misalnya...
-Daging segala macam hewan.
-Telur.
-Ikan laut atau tawar.
-Bahan makanan yang mengandung daging.

- NGEBLENG.

Adalah menghentikan segala macam kebiasaan demi mencapai tingkat perenungan yang tinggi, pelaku dari tahapan yang cukup berat ini harus berpantang..
-Makan. -Minum. - Tidur. - Keluar Rumah. - Bersenggama. -Menyalakan Api.
Namun jika mereka yang belum mampu sebaiknya laku ini disesuaikan dengan kondisi fisik, sebab hitungan laku batin tidak hanya disesuaikan dengan ukuran phikis saja tetapi juga pisik.
 - JEJEG.
Jejeg bisa diartikan mempunyai makna LURUS/ tegak. Lurus disini bermaksud sebagai penggambaran agar manusia yang menjalani laku ini bisa menjadi manusia yang lurus lahir batinnya. pada tahapan ini pelaku tidak diperbolehkan menekuk kakinya sepanjang hari kecuali saat buang hajat atau shalat.
 - LELANA.
 Lelaku ini dijalani dengan berjalan kaki mulai matahari terbenam hingga terbit matahari, selama dalam perjalanan dianjurkan mengolah jiwa atau selalu intropeksi diri. Selama laku lelana kemungkinan akan menemui hal hal yang sangat jauh dari jangkauan akal/ghaib. sehingga bisa diharapkan akan menambah kekayaan/pengalaman batin.
 - PATIGENI
Puasa Patigeni hampir sama dengan puasa Ngebleng. Perbedaanya ialah tidak boleh keluar kamar dengan alasan apapun, tidak boleh tidur sama sekali. Biasanya puasa ini dilakukan sehari semalam, ada juga yang melakukannya 3 hari, 7 hari dan hitungan ganjil seterusnya. Jika seseorang yang melakukan puasa Patigeni ingin buang air maka, harus dilakukan di dalam kamar.
Ini adalah mantra puasa patigeni : “Niat ingsun patigeni, amateni hawa panas ing badan ingsun, amateni genine napsu angkara murka krana Allah taala”.
- NGELOWONG.
Puasa ini lebih mudah dibanding puasa-puasa diatas Seseorang yang melakoni puasa Ngelowong dilarang makan dan minum dalam kurun waktu tertentu. Hanya diperbolehkan tidur 3 jam saja dalam sehari semalam. Diperbolehkan keluar rumah.
- NGROWOT
Puasa ini adalah puasa yang lengkap dilakukan dari subuh sampai maghrib. Saat sahur seseorang yang melakukan puasa Ngrowot ini hanya boleh makan buah-buahan itu saja. Diperbolehkan untuk memakan buah lebih dari satu tetapi hanya boleh satu jenis yang sama, misalnya pisang 3 buah saja. Dalam puasa ini diperbolehkan untuk tidur.
- NGANYEP
Puasa ini adalah puasa yang hanya memperbolehkan memakan yang tidak ada rasanya. Hampir sama dengan Mutih , perbedaanya makanannya lebih beragam asal dengan ketentuan tidak mempunyai rasa.
- NGIDANG
Hanya diperbolehkan memakan dedaunan saja, dan air putih saja. Selain daripada itu tidak diperbolehkan.
- NGEPEL
Ngepel berarti satu kepal penuh. Puasa ini mengharuskan seseorang untuk memakan dalam sehari satu kepal nasi saja. Terkadang diperbolehkan sampai dua atau tiga kepal nasi sehari.
- NGASREP
Hanya diperbolehkan makan dan minum yang tidak ada rasanya, minumnya hanya diperbolehkan 3 kali saja sehari.
- SENIN-KAMIS
Puasa ini dilakukan hanya pada hari senin dan kamis saja seperti namanya. Puasa ini identik dengan agama Islam. Karena memang Rasulullah SAW menganjurkannya.
- WUNGON
Puasa ini adalah puasa pamungkas, tidak boleh makan, minum dan tidur selama 24 jam.
- KUNGKUM
Kungkum merupakan tapa yang sangat unik. Banyak para pelaku spiritual merasakan sensasi yang dahsyat dalam melakukan tapa ini. Tatacara tapa Kungkum adalah sebagai beikut :

Masuk kedalam air dengan tanpa pakaian selembar-pun dengan posisi bersila (duduk) didalam air dengan kedalaman air setinggi leher. Biasanya dilakukan dipertemuan dua buah sungai. Menghadap melawan arus air. Memilih tempat yang baik, arus tidak terlalu deras dan tidak terlalu banyak lumpur didasar sungai. Lingkungan harus sepi, usahakan tidak ada seorang manusiapun disana. Dilaksanakan mulai jam 12 malam (terkadang boleh dari jam 10 keatas) dan dilakukan lebih dari tiga jam (walau ada juga yang memperbolehkan pengikutnya kungkum hanya 15 menit). Tidak boleh tertidur selama Kungkum. Tidak boleh banyak bergerak. Sebelum masuk ke sungai disarankan untuk melakukan ritual pembersihan dengan mandi terlebih dahulu. Pada saat akan masuk air baca mantra ini :

Kungkum biasanya dilakukan selama 7 malam.
1Mandi keramas/jinabat untuk membersihkan diri dari segala macam kekotor. Menjaga hawa nafsu. Baca mantera lambung karang ini sebanyak 7 kali setelah shalat wajib 5 waktu, yaitu :
Cempla cempli gedhene.


“ Putih-putih mripatku Sayidina Kilir, Ireng-ireng mripatku Sunan Kali Jaga, Telenging mripatku Kanjeng Nabi Muhammad.”
Pada saat masuk air, mata harus tertutup dan tangan disilangkan di dada. Nafas teratur.
- NGALONG
Tapa ini juga begitu unik. Tapa ini dilakuakn dengan posisi tubuh kepala dibawah dan kaki diatas (sungsang). Pada tahap tertentu tapa ini dilakukan dengan kaki yang menggantung di dahan pohon dan posisi kepala di bawah (seperti kalong/kelelawar). Pada saat menggantung dilarang banyak bergerak. Secara fisik bagi yang melakoni tapa ini melatih keteraturan nafas. Biasanya puasa ini dibarengi dengan puasa Ngrowot.
-    NGELUWANG
Tapa Ngeluwang adalah tapa paling menakutkan bagi orang-orang awam dan membutuhkan keberanian yang sangat besar. Tapa Ngeluwang disebut-sebut sebagai cara untuk mendapatkan daya penglihatan gaib dan menghilangkan sesuatu. Tapa Ngeluwang adalah tapa dengan dikubur di suatu pekuburan atau tempat yang sangat sepi. Setelah seseorang selesai dari tapa ini, biasanya keluar dari kubur maka akan melihat hal-hal yang mengerikan, seperti jin. Sebelum masuk kekubur, disarankan baca mantra ini :
“ Niat ingsun Ngelowong, anutupi badan kang bolong siro mara siro mati, kang ganggu maang jiwa insun, lebur kaya dene banyu krana Allah Ta’ala.”
Dalam melakoni puasa-puasa diatas, bagi pemula sangatlah berat jika belum terbiasa. Oleh karena itu disini akan dibekali dengan ilmu lambung karang. Ilmu ini berfungsi untuk menahan lapar dan dahaga. Dengan kata lain ilmu ini dapat sangat membantu bagi orang-orang yang masih ragu-ragu dalam melakoni puasa-puasa diatas. Selain praktis dan mudah dipelajari, sebenarnya ilmu lambung karang ini berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang kebanyakan harus ditebus dengan puasa. Selain itu syarat atau cara mengamalkannyapun sangat mudah, yaitu :
“Bismillahirrahamanirrahim.
Wetengku saciplukan bajang.
Gorokanku sak dami aking.
Kapan ingsun nuruti budine.
Aluamah kudu amangan wareg.
Ngungakna mekkah madinah.
Wareg tanpa mangan.
Kapan ingsun nuruti budine.
Aluamah kudu angombe.
Ngungakna segara kidul.
Wareg tanpa angombe.
Laailahaillallah Muhammad Rasulullah”.
Sekali lagi itu khasanah yang sangat beragam yang ada di bumi pertiwi. Semua berpulang pada keyakinan individu akan pemahaman akan adanya kekuatan yang Maha Dasyat. Dimana kekuatan itu tidak akan pernah bisa dikalahkan. Kekuatan Illahi, Kekuatan yang Maha Mengatur. Kekuatan itu tidak akan pernah tidur, sehingga segala sesuatu tidak akan terhindar dari pengamatan Yang Maha Kuasa. Luruh dalam Ketertundukan-Nya.
Merak, 15 September 2011
Dodi Suprapto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar