Jangan ngamuk
dulu, jangan langsung menghakimi dan jangan langsung mendefinisikan. Ya siapa
tahu dan sebagai orang Jawa, mengetahui kasanah budaya sendiri merupakan suatu
yang wajar. Mengetahui lain dengan melakukan bahkan sangat berbeda dengan mengamalkan.
Mengetahui adalah hal yang tidak harus dilakukan atau diamalkan! Tetapi dengan
mengetahui, bisa menjadi modal untuk bisa memilih! Dan tidak asal pilih! Ngawur
dalam pemahaman, sehingga kadang dalam menyampaikan suatu kebenaran, menjadi
hal yang ngawur! Saling bunuh, saling bom! Apakah itu cara menyampaikan suatu
kebenaran?
Disamping itu, rasanya malu juga kalau kita sebagai orang Jawa
tidak mengetahui agama atau maaf kalau kata “agama” kurang tepat, boleh saya
katakan Kejawen adalah suatu keyakinan asli akan hal yang Maha. Maha Kuasa,
Maha Pandai dan sebagainya. Kejawen adalah sebuah
kepercayaan terutama sebagian besar dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan
suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa. Penamaan “kejawen” bersifat umum,
biasanya karena bahasa pengantar ibadahnya menggunakan bahasa Jawa. Dalam
konteks umum, kejawen merupakan bagian dari kepercayaan lokal Indonesia atau
lebih dikenal “Agami Jawi” kata anthropolog Clifford Geertz.
Kejawen unik dalam pengamalannya. Tidak bisa memposisikan secara gamblang
apakah masuk ke ajaran monoteistik seperti Islam atau Kristen, tetapi lebih
melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi
dengan sejumlah lelaku yang sebelumnya didahului dengan ritual-ritual tertentu
(mandi keramas, mandi kembang, dll). Lelaku boleh dibilang seperti “ibadah”.
Karena tidak gamblang dan lebih mengedepankan
konsep “keseimbangan”, Kejawen bisa sangat luwes menerima bahkan mengamalkan
hal-hal yang diamalkan agama-agama besar bahkan keyakinan-keyakinan lain yang
ada! Sejalan keyakinan atau agama lain itu bisa menambah kuatnya konsep
“keseimbangan”, tidak ada istilah haram bagi pengikut Kejawen untuk
melaksanakan ritual atau ibadah keyakinan atau agama lain, bahkan diadopsi atau
bahasa keren-nya sinkretisme. Sinkretisme adalah suatu upaya untuk penyesuaian pertentangan perbedaan
kepercayaan, sementara sering dalam praktik berbagai aliran berpikir. Istilah
ini bisa mengacu kepada upaya untuk bergabung dan melakukan sebuah analogi atas
beberapa ciri-ciri tradisi, terutama dalam teologi dan mitologi agama, dan
dengan demikian menegaskan sebuah kesatuan pendekatan yang melandasi
memungkinkan untuk berlaku inklusif pada agama lain. Itulah Kejawen, sinkretik terhadap
ajaran lain.
Tidak ada konsep perluasan ajaran dalam
Kejawen, tetapi lebih pada pembinaan diri dari penganutnya. Penghormatan akan
alam, penghormatan akan manusia, bahkan penghormatan ke semua mahluk termasuk
yang ghaib, adalah proses dari konsep “keseimbangan” itu. Sehingga dalam
pengamatan saya, wajah tulus, pancaran kesabaran dan penghargaan yang tinggi
akan sesama manusia terpancar dengan jelas dari pengikut Kejawen. Yang paling
menonjol adalah cahaya kesabaran dan kelembutan! Membunuh binatang saja sangat
dihindari, apalagi membunuh manusia! Konsep keseimbangan hidup, mirip mirip lah
dengan ajaran Konfusianisme atau Taoisme
Simbol-simbol “lelaku” biasanya melibatkan
benda-benda yang diambil dari tradisi yang dianggap asli Jawa, seperti keris,
wayang, pembacaan mantera, penggunaan bunga-bunga tertentu yang memiliki arti
simbolik, dan sebagainya. Akibatnya banyak orang termasuk penghayat kejawen sendiri
yang dengan mudah mengasosiasikan kejawen dengan praktek supranatural.
Ikhtiar ini harus
dilihat secara murni sebagai satu upaya untuk meningkatkan derajat ilmu dimana
dengan laku prihatin yang mampu mempengaruhi jiwa akan membuat seseorang
menjadi lebih arif dalam mengendalikan emosi, mengurangi nafsu serta
memaksimalkan energi yang telah/akan dikuasainya, sehingga tubuh menjadi lebih peka
terhadap sesuatu baik berupa getaran atau makna yang tersirat amat halus sekalipun,
laku ini bisa disesuaikan dengan hasrat yang muncul didalam hati. Mungkin
ketika kita mencoba suatu langkah, kita tidak akan tahu maknanya, namun setelah
selesai barulah kita tahu hikmahnya. Beberapa laku atau lelaku antara lain:
- MUTIH.
Dalam menjalani
laku ini seorang harus mampu menahan lapar dan dahaga pada siang hari, dan
ketika malam tiba atau pagi sebelum mulai nampak sinar matahari hanya
diperbolehkan makan makanan yang serba putih. Seperti. Air putih, Nasi putih.
Dalam kondisi demikian tubuh menjadi lemas dan perasaan raga kita semakin ringan,
hingga bisa dikatakan tekanan energi dalam tubuh setara dengan energy gelombang
jin sehingga wajar mereka yang mutih terkadang bisa melihat jin tanpa disadarinya.
orang yang menjalani mutih otomatis nafsu syahwatnya menurun.
- NGERUH.
Dalam tahap ini
seseorang tidak boleh makan segala jenis makanan yang bernyawa, sebab apapun
yang memiliki nyawa mengandung nafsu sehingga apabila dimakan akan mempengaruhi
meningkatkan nafsu pemakannya. Tujuan ngeruh adalah menghilangkan nafsu,
makanan yang tidak boleh dimakan selama ngeruh misalnya...
-Daging segala
macam hewan.
-Telur.
-Ikan laut atau
tawar.
-Bahan makanan
yang mengandung daging.
- NGEBLENG.
Adalah
menghentikan segala macam kebiasaan demi mencapai tingkat perenungan yang
tinggi, pelaku dari tahapan yang cukup berat ini harus berpantang..
-Makan. -Minum. -
Tidur. - Keluar Rumah. - Bersenggama. -Menyalakan Api.
Namun jika mereka
yang belum mampu sebaiknya laku ini disesuaikan dengan kondisi fisik, sebab
hitungan laku batin tidak hanya disesuaikan dengan ukuran phikis saja tetapi
juga pisik.
- JEJEG.
Jejeg bisa
diartikan mempunyai makna LURUS/ tegak. Lurus disini bermaksud sebagai
penggambaran agar manusia yang menjalani laku ini bisa menjadi manusia yang
lurus lahir batinnya. pada tahapan ini pelaku tidak diperbolehkan menekuk
kakinya sepanjang hari kecuali saat buang hajat atau shalat.
- LELANA.
Lelaku ini
dijalani dengan berjalan kaki mulai matahari terbenam hingga terbit matahari,
selama dalam perjalanan dianjurkan mengolah jiwa atau selalu intropeksi diri. Selama
laku lelana kemungkinan akan menemui hal hal yang sangat jauh dari jangkauan
akal/ghaib. sehingga bisa diharapkan akan menambah kekayaan/pengalaman batin.
- PATIGENI
Puasa Patigeni hampir sama dengan puasa
Ngebleng. Perbedaanya ialah tidak boleh keluar kamar dengan alasan apapun,
tidak boleh tidur sama sekali. Biasanya puasa ini dilakukan sehari semalam, ada
juga yang melakukannya 3 hari, 7 hari dan hitungan ganjil seterusnya. Jika
seseorang yang melakukan puasa Patigeni ingin buang air maka, harus dilakukan
di dalam kamar.
Ini adalah mantra puasa patigeni : “Niat ingsun patigeni, amateni hawa panas ing badan ingsun,
amateni genine napsu angkara murka krana Allah taala”.
- NGELOWONG.
Puasa ini lebih mudah dibanding
puasa-puasa diatas Seseorang yang melakoni puasa Ngelowong dilarang makan dan
minum dalam kurun waktu tertentu. Hanya diperbolehkan tidur 3 jam saja dalam
sehari semalam. Diperbolehkan keluar rumah.
- NGROWOT
Puasa ini adalah puasa yang lengkap
dilakukan dari subuh sampai maghrib. Saat sahur seseorang yang melakukan puasa
Ngrowot ini hanya boleh makan buah-buahan itu saja. Diperbolehkan untuk memakan
buah lebih dari satu tetapi hanya boleh satu jenis yang sama, misalnya pisang 3
buah saja. Dalam puasa ini diperbolehkan untuk tidur.
- NGANYEP
Puasa ini adalah puasa yang hanya
memperbolehkan memakan yang tidak ada rasanya. Hampir sama dengan Mutih ,
perbedaanya makanannya lebih beragam asal dengan ketentuan tidak mempunyai
rasa.
- NGIDANG
Hanya diperbolehkan memakan dedaunan
saja, dan air putih saja. Selain daripada itu tidak diperbolehkan.
- NGEPEL
Ngepel berarti satu kepal penuh. Puasa
ini mengharuskan seseorang untuk memakan dalam sehari satu kepal nasi saja. Terkadang
diperbolehkan sampai dua atau tiga kepal nasi sehari.
- NGASREP
Hanya diperbolehkan makan dan minum yang
tidak ada rasanya, minumnya hanya diperbolehkan 3 kali saja sehari.
- SENIN-KAMIS
Puasa ini dilakukan hanya pada hari
senin dan kamis saja seperti namanya. Puasa ini identik dengan agama Islam.
Karena memang Rasulullah SAW menganjurkannya.
- WUNGON
Puasa ini adalah puasa pamungkas, tidak
boleh makan, minum dan tidur selama 24 jam.
- KUNGKUM
Kungkum merupakan tapa yang sangat unik.
Banyak para pelaku spiritual merasakan sensasi yang dahsyat dalam melakukan
tapa ini. Tatacara tapa Kungkum adalah sebagai beikut :
Masuk kedalam air dengan tanpa pakaian selembar-pun dengan posisi bersila
(duduk) didalam air dengan kedalaman air setinggi leher. Biasanya dilakukan
dipertemuan dua buah sungai. Menghadap melawan arus air. Memilih tempat yang
baik, arus tidak terlalu deras dan tidak terlalu banyak lumpur didasar sungai.
Lingkungan harus sepi, usahakan tidak ada seorang manusiapun disana.
Dilaksanakan mulai jam 12 malam (terkadang boleh dari jam 10 keatas) dan
dilakukan lebih dari tiga jam (walau ada juga yang memperbolehkan pengikutnya
kungkum hanya 15 menit). Tidak boleh tertidur selama Kungkum. Tidak boleh
banyak bergerak. Sebelum masuk ke sungai disarankan untuk melakukan ritual
pembersihan dengan mandi terlebih dahulu. Pada saat akan masuk air baca mantra
ini :
Kungkum biasanya dilakukan selama 7 malam.
1Mandi keramas/jinabat untuk membersihkan diri dari segala macam kekotor.
Menjaga hawa nafsu. Baca mantera lambung karang ini sebanyak 7 kali setelah
shalat wajib 5 waktu, yaitu :
Cempla cempli gedhene.
“ Putih-putih mripatku Sayidina Kilir,
Ireng-ireng mripatku Sunan Kali Jaga, Telenging mripatku Kanjeng Nabi
Muhammad.”
Pada saat masuk air, mata harus tertutup
dan tangan disilangkan di dada. Nafas teratur.
- NGALONG
Tapa ini juga begitu unik. Tapa ini
dilakuakn dengan posisi tubuh kepala dibawah dan kaki diatas (sungsang). Pada
tahap tertentu tapa ini dilakukan dengan kaki yang menggantung di dahan pohon
dan posisi kepala di bawah (seperti kalong/kelelawar). Pada saat menggantung
dilarang banyak bergerak. Secara fisik bagi yang melakoni tapa ini melatih
keteraturan nafas. Biasanya puasa ini dibarengi dengan puasa Ngrowot.
- NGELUWANG
Tapa Ngeluwang adalah tapa paling
menakutkan bagi orang-orang awam dan membutuhkan keberanian yang sangat besar.
Tapa Ngeluwang disebut-sebut sebagai cara untuk mendapatkan daya penglihatan
gaib dan menghilangkan sesuatu. Tapa Ngeluwang adalah tapa dengan dikubur di
suatu pekuburan atau tempat yang sangat sepi. Setelah seseorang selesai dari
tapa ini, biasanya keluar dari kubur maka akan melihat hal-hal yang mengerikan,
seperti jin. Sebelum masuk kekubur, disarankan baca mantra ini :
“ Niat ingsun Ngelowong, anutupi badan
kang bolong siro mara siro mati, kang ganggu maang jiwa insun, lebur kaya dene
banyu krana Allah Ta’ala.”
Dalam melakoni puasa-puasa diatas, bagi
pemula sangatlah berat jika belum terbiasa. Oleh karena itu disini akan
dibekali dengan ilmu lambung karang. Ilmu ini berfungsi untuk menahan lapar dan
dahaga. Dengan kata lain ilmu ini dapat sangat membantu bagi orang-orang yang
masih ragu-ragu dalam melakoni puasa-puasa diatas. Selain praktis dan mudah
dipelajari, sebenarnya ilmu lambung karang ini berbeda dengan ilmu-ilmu lain
yang kebanyakan harus ditebus dengan puasa. Selain itu syarat atau cara
mengamalkannyapun sangat mudah, yaitu :
“Bismillahirrahamanirrahim.
Wetengku saciplukan bajang.
Gorokanku sak dami aking.
Kapan ingsun nuruti budine.
Aluamah kudu amangan wareg.
Ngungakna mekkah madinah.
Wareg tanpa mangan.
Kapan ingsun nuruti budine.
Aluamah kudu angombe.
Ngungakna segara kidul.
Wareg tanpa angombe.
Laailahaillallah Muhammad Rasulullah”.
Sekali lagi itu khasanah yang sangat
beragam yang ada di bumi pertiwi. Semua berpulang pada keyakinan individu akan
pemahaman akan adanya kekuatan yang Maha Dasyat. Dimana kekuatan itu tidak akan
pernah bisa dikalahkan. Kekuatan Illahi, Kekuatan yang Maha Mengatur. Kekuatan
itu tidak akan pernah tidur, sehingga segala sesuatu tidak akan terhindar dari
pengamatan Yang Maha Kuasa. Luruh dalam Ketertundukan-Nya.
Merak, 15 September 2011
Dodi Suprapto