Kamis, 18 Agustus 2011

Kasih Berbagi

THR DAY! Alhamdulillah, masih bisa menikmati THR. Berarti kita masih dilingkupi nikmat sehat, karena masih bisa menyaksikan dan menerima, masih bisa sedikit berbagi, masih bisa menjalani proses membahagiakan keluarga, masih mampu menjalani kehidupan dunia untuk mencari nafkah dengan bekerja, dan MASIH BERUNTUNG! Syukur Alhamdulillah, berapa banyak saudara-saudara kita yang tidak beruntung. Cobalah mulai tengok lingkungan keluarga sendiri. Adik atau kakak yang tidak seberuntung kita. Jangankan sekedar THR, bulanan bahkan harian-pun mereka membanting tulang sekedar mengais bekal untuk apa yang bisa dimakan hari ini. Masih bersombongkah kita?  Ikhlas-kah menanggalkan perhiasan penampilan luar yang menunjukkan kelebihan dari saudara-saudara kita? Masih rela-kah terperangkap dalam belenggu perhiasan kemakmuran? Sadarkah kemakmuran mendatangkan keangkuhan? Dan keangkuhan menggiring kita untuk berpaling dari kebenaran yang terpampang di tengah-tengah kita? Hanya memandang lurus dan kepala agak diangkat sedikit? Menengok kiri kanan saja seraya ada tembok tebal yang menghalangi-nya, apalagi menengok ke belakang? Cobalah runtuhkah tembok itu kawan, sedikit relaks-kan leher untuk sekedar alihkan pandang.
Jangan pandang aku kawan, walau mungkin aku adalah wujud topeng yang menyembunyikan sejatiku. Tapi dengarkan kebenaran itu dengan mata hati, karena mata hati lebih tajam dari pandang-mu. Pandang-mu hanya akan melihat kabut yang menyembunyikan kita dari hal-hal yang harus kita lihat. Sibak kabut itu dengan mata hati-mu kawan. Dibalik kabut itu, buuaanyak saudara-saudara kita yang mengelepar mencari air kehidupan. Bantulah mereka sekedar menyiram mereka dengan air keberuntungan-mu. Segarkan mereka kawan. Angankan ganjaran dan kebenaran yang akan kita dapat. Jangan biarkan mata hati tetindih kemakmuran yang membebani nurani, entengkan beban itu dengan mengisi kantong-kantong saudara-saudara kita yang menggelepar itu. Mari kita ringankan beban itu dengan meringankan beban mereka. Sedikit tanggalkan nafsu kemakmuran, limpahkan nafsu untuk menggandeng sauadara-saudara kita yang perlu digandeng, angkat mereka, angkat mereka dari kolam kemakmuran yang hampir kering itu. Sibak dan nyanyikan senandung harapan kepada mereka. Sebarkan kasih ikhlas kita kepada mereka, disaat limpahan kemakmuran masih menaungi. Bersama-sama raih kearifan yang mensucikan jiwa, menyibak jendela mata hati dan kendaraan menuju Illahi.
Tidak kah kita bayangkan, seandainya suatu waktu yang menggelepar itu adalah kita. Air kemakmuran yang tak kunjung turun dari langit? Dahaga yang sulit tersembuhkan, dahaga yang mungkin akan terjadi kepada kita semua.  Dahaga yang bisa merobohkan keangkuhan kita saat ini. Dahaga yang membuat kita mengais dan menghiba persis seperti insan yang menggelepar itu. Bayangkan permata-permata hati  kita meneriakkan dahaga itu. Sanggup-kah kita hadapi? Tidak-kah kita mencoba untuk merasakan, untuk sekedar membantu merobohkan keangkuhan itu.
Saatnya kita membuka jendela, melihat kerumunan, melihat kemuraman, melihat kesedihan bahkan melihat kenestapaan. Saatnya kita keluar dari penjara kemakmuran yang berhiaskan kesombongan itu.  Penjara yang telah memadamkan api kasih berbagi menjadi seonggok arang. Nyalakan kembali api itu saudara-ku. Songsong hangat-nya matahari rindu itu. Rindu berbagi, rindu berkasih dan rindu harum bunga melati persaudaraan. Mari kita sama-sama berjalan menuju terbenamnya matahari kehidupan, karena kita berasal dari yang baqa dan akan kembali  ke kebaqaan itu. Ingatlah, perjalanan menuju terbenamnya matahari kehidupan itu adalah sementara. Di depan sudah menunggu kegelapan baqa. Tidakkah kita sadari berapa banyak lentera yang telah kita bawa untuk bekal itu? Jangan sampai kita lupa mencari lentera yang bisa menerangi kebaqaan itu, sehingga kita terpenjara dalam kegelapan baqa, kegelapan abadi!
Merak, 16 Agustus 2011
Dodi Suprapto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar