Seharusnya saya sangat beruntung lahir sebagai bangsa Indonesia. Bangsa yang penuh keragaman dan keunikan yang tidak ada duanya di dunia. Dan dari keragaman itu, seharusnya saya juga bisa belajar apapun tentang keragaman itu sendiri. Toleransi, rasa saling menghargai dan tenggang rasa! Suatu hal yang bisa langsung dipraktikkan, karena kita sudah disodori ruang praktikum maha luas dari Sabang sampai Merauke. Tapi sayangnya semua itu”kandas” dengan egoism dan fanatisme semu. Dan salah satu kekayaan keragaman kita adalah cara bertutur atau keragaman bahasa. Muacem-muacem, diperkirakan ada 750 an!
Dari keragaman itu pula, kadangkala muncul suatu pengalaman yang unik dan lucu. Seperti baru saja yang saya alami saat pertama kali menginjakkan kaki di kota Medan. Begitu masuk ruang terminal bandara Polonia Medan, saya langsung mengamati kerumunan orang di situ. Karena memang saya sangat hobi mengamati perilaku dan gerak gerik orang. Dari situ sudah muncul kekaguman, semua serba cepat lugas dan tangkas. Tapi… perasaan banyak banget orang marah-marah. Tukang parkir, marah-marah. Jual asongan, marah-marah. Sampai ibu yang lagi nyuapin anaknya, marah-marah. Semua serba marah-marah! Waduuh… jangan-jangan ini wabah yang menular. Soalnya setiap orang marah-marah. Siap-siap nih.. Dan…… HAAAAAA!!! Kaget saya setengah mati. Orang lagi asyik mengamati orang-orang, tiba-tiba ada yang nepuk pundak saya dengan keras dan marah-marah! “HORAS PAK!! BAPAK DARI JAKARTA! Nadanya tinggi banget, tapi kok aneh, kok dia tersenyum? Marah kok sambil senyum?
Masih dengan nada tinggi, orang yang ngaku bernama Boy itu ngomong,”BAPAK DARI JAKARTA KHAN? SAYA BOY, AWAK JEMPUT BAPAK! Sambil dia mengulurkan tangan untuk jabat tangan. Dengan agak ragu dan merinding, saya ulurkan tangan. Busyet! Kenceng banget cengkeramannya. Sambil agak meringis saya bilang,”Dodi, ya betul saya dari Jakarta. Bapak yang jemput saya?” Ya otomatis saya menjawab dengan kalem tho, sambil masih dengan ribuan tanya di kepala sambil masih terkaget-kaget. Kali tepatnya nada gemetar! Hahaha.. gak lucu saja baru turun dari pesawat sudah berurusan dengan orang yang marah-marah. Orang itu sambil melepas cengkeramannya bilang,”BETUL! MARI! Sambil wuuut! Nyamber tas dan gak banyak cincong bawa itu tas pergi. Tinggal sayanya terbengong-bengong dan tergopoh-gopoh mengikutinya. Sampai di sebuah Innova dia berhenti, setelah menurunkan itu tas-tas, dia membukakan pintu untuk saya. Tambah bingung lagi saya-nya. Marah kok begitu sopan?
Dengan mata masih mengikuti gerak-gerik orang itu, saya masuk ke mobil. Si Boy itu buka bagasi, taruh tas dan BAM!! Saya sampai terlompat dari tempat duduk. Kenceng banget tutup pintunya. Masuk lah dia di belakang kemudi. Dan.. masih marah-marah! “SELAMAT DATANG DI MEDAN!
Daripada pening sendiri, saya memberanikan diri bertanya,”Bapak marah-marah ke saya? Bukan jawaban yang saya dapat, tapi malah suara ketawa yang kerasnya mungkin sampai 100 db lebih! Tambah kaget khan saya. Ternyata oh ternyata, memang seperti itu intonasinya orang Medan kalau berbicara. HAHAHAHA..! BAPAK ADA-ADA SAJA! BEGINILAH AWAK BICARA! HAHAHAHA..
Akhirnya kebingungan saya sirna dengan kehangatan orang itu. Saya lebih banyak jadi pendengar. Panjang lebar, tentunya dengan intonasi tinggi, Boy dengan fasih bercerita seluk beluk Medan. Gak terasa jam sudah menunjukkan hampir jam 12. Oh iya.., tempat yang saya tuju sekitar 4 jam perjalanan dari Bandara. Perut terasa keroncongan, saya tanya ke Boy,”Pak, kita berhenti makan dulu, yuk. Perut dah keroncongan nih. Dimana ya kira-kira tempat makan yang enak? Boy jawab,”TENANG PAK! BAPAK MUSLIM KHAN? 10 MENIT LAGI ADA WARUNG MUSLIM YANG ENAK! Yap! Tidak jauh meleset, 10 menit kemudian kita berhenti di sebuah restaurant dan ada tulisan muslim dalam tulisan Arab. Dengan ramah orang di pintu restaurant menyilahkan masuk, dan duduk.
Datang-lah pelayan pria menghampiri sambil bawa-bawa kertas dan pulpen. Sampai di depan kami keluar dari mulut pelayan itu,”BAPAK MAU APA?! Busyet… kaget sayanya. Tapi setelah pengalaman dari bandara sampai perjalanan ke restaurant ini, saya langsung ingat, oh.. memang begitu nadanya. Sambil melihat menu dan sedikit melirik pelayan pria itu, ya siapa tahu mengeluarkan golok! Hahaha.. saya jawab,”Sop ikan patin manis pedas.” MINUMNYA?! Sambung orang itu. “Es jeruk.” Jawab saya tho. Tapi kok melihat raut muka pelayan itu jadi berubah raut muka bingung. Tapi saya lihat nulis juga itu di catatan. Saya jadi curiga. Tapi kecurigaan itu sementara hilang mendengar pertanyaan pelayan pria itu ke Boy. Sama, masih dengan nada tinggi. Boy akhirnya pesen makanan sama, tapi untuk minum dia pesen Jus timun dingin. Itu yang saya dengar dari mulut Boy. Ok.. selesai transaksi, tinggal tunggu pesanan datang.
Tak lama kemudian datang pesenan, tapi kok malah duluan Jus timun? Tanpa sungkan dan ragu, si Boy langsung sruput itu jus. Melihat cara nyruput Boy, ngiler saya. Sudah kebayang tuh Jus Jeruk dingin segar melewati kerongkongan. Tak berapa lama datang pelayan pria itu dengan baki. Dari kejauhan tampak warna orange menggoda. Tak sabar rasanya segera menyeruput. Begitu sudah dekat, ada pemandangan aneh. Kok ada sepiring kecil es batu? Terus, kenapa jus jeruknya tidak ada es-nya? Dengan santai pelayan itu menurunkan di meja. Pertama segelas jus jeruk, terus sepiring kecil es batu! Bingung saya, spontan bertanya,”Bang, kok jus jeruk-nya tidak ada esnya? Dengan enteng pelayan itu ngomong,”BAPAK PESAN ES JERUK KHAN?! INI ES-NYA, INI JERUKNYA! Sambil nunjukin sepiring es batu dan segelas jus jeruk! Benar-benar es batu dan benar benar segelas jus jeruk! Rupanya si Boy dari tadi memperhatikan terus. Dan… HAHAHAHAHA si boy ketawa kenceng, sampai muncrat tuh jus timun. Si Boy langsung dengan cekatan memegang itu bahu pelayan sambil ngomong,”TOLONG GANTI PESANAN BAPAK INI DENGAN JUS JERUK DINGIN! Sepertinya pelayan itu paham dan mengangguk-angguk. Dibawa pergi lagi tuh sepiring es batu dan segelas jus jeruk.
Tak lama kemudian, apa yang saya idam-idamkan keluar. Jus Jeruk yang ada es batunya di dalam gelas! Tapi rasa segera menyeruput itu jeruk berkurang kadarnya dengan rasa penasaran saya. Tanya saya ke Boy,”Memang ada yang salah dengan pesenan saya? Si Boy tidak menjawab langsung tapi malah ketawa gak habis-habis. Setelah mendengar penjelasan Boy……. Ooooo….. pantas. Ternyata disini itu tidak ada es jeruk, es teh, es timun. Yang ada jeruk dingin, teh dingin atau jus timun dingin! Pantas saja saya pesan es jeruk, datang sepiring kecil es batu dan segelas jeruk!! Tersenyum kecut sayanya melihat Boy ketawa tidak berhenti-henti.
Itulah kekayaan ragam cara bertutur bangsa kita. Dan seharusnya dari keragaman itu kita akan terus terasah rasa saling pengertian, saling menghargai, saling tenggang rasa dan toleransi. Karena memang suatu kenyataan bahwa bangsa kita terdiri dari keaneka ragaman suku bangsa. Bangsa Indonesia lahir juga dari keragaman itu. Dengan semangat BHINEKA TUNGGAL IKA, kita bisa melepaskan diri dari kungkungan kolonial. Masa kita harus lupa dengan itu semua. Lupa karena keangkuhan fanatisme sempit, lupa karena kesombongan suku bangsa tertentu lebih superior, lupa karena kebenaran yang dibawa oleh kita adalah yang paling benar. Lupa bahwa kita BANGSA INDONESIA! BANGSA BHINEKA, bangsa yang seharusnya TUNGGAL IKA!
Medan, 23 July 2011
Dodi Suprapto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar