Berapa
usia perkawinan teman-teman saat ini? 5
tahun? 10 Tahun 15 Tahun? Dan pernahkah terpikir dimana suatu fase kehidupan seksualitas atau gelora api asmara
padam? Bahkan sudah menjadi seonggok arang? Padahal kehidupan perkawinan
normal-normal saja. Kalau saat ini
jawabannya iya, saatnyalah kita mencari dan saling menyadari apa yang harus
direvisi. Daripada hal ini menjadi bibit yang akan menumbuhkan pohon selingkuh
yang lebat!
Gejala
awal dari fase ini biasanya dimulai dari kurangnya perhatian atau kadar
kepedulian dari pasangan masing-masing. Contoh sederhana kita mulai malas
menelepon pasangan kalau mau pulang malam misalnya, atau mau makan malam
dirumah atau dimana. Mulai tidak peduli lagi pasangan “minta” gelora asmara di
tempat tidur, setiap kali salah satu pasangan ingin membangun gelora dan
kehangatan malam, menolak. Kehangatan itu mulai redup seiring hembusan angin
malam. Padahal masing-masing pasangan tidak atau belum mengalami suatu
peristiwa dramatis, selingkuh misalnya. Ada apa sebenarnya?
Fungsi hubungan seks
Memang
fase ini kebanyakan “menghantui” pasangan paruh baya yang biasanya sudah
melewati usia perkawinan antara 10 tahun sampai 15 tahun. Tapi tidak tertutup
kemungkinan menimpa juga pada usia perkawinan yang lebih muda. Harus dicari
solusi bersama, jangan sampai untuk menghidupkan kembali gelora asmara dan
getar-getar cinta, pasangan kita mencari pasangan lain!
Mari
kita kembali memahami fungsi dari hubungan seksual itu sendiri. Hubungan
seksual menurut para seksolog ada 3 macam fungsi:
Pro-kreasi :
Untuk mendapatkan keturunan, hamil dan mempunyai anak
Rekreasi :
Untuk kesenangan dan
Sebagai ekspresi cinta
Untuk
tujuan pertama sebagai pro-kreasi, sepertinya tidak usah diajaripun orang akan
melakukan-nya. Karena seks sendiri adalah naluri dasar (dorongan instinktual)
dari mahluk hidup, sejajar dengan naluri untuk makan ataupun naluri untuk
mempertahankan diri. Naluri adalah
dorongan yang sudah ada secara alami pada setiap spesies hewan termasuk manusia
tanpa harus dipelajari. Biasanya naluri primer atau naluri dasar, parameter pemenuhannya adalah sinyal dari otak
untuk segera memenuhi kebutuhan itu. Sinyal untuk melakukan hubungan seks
prokreasi pada hewan adalah datangnya birahi dan setelah melakukan-nya diberi
anugrah rasa nikmat luar biasa, sehingga hewan ataupun manusia tidak akan bosan
untuk melakukan lagi dan lagi apabila birahi itu datang. Naluri makan, otak
mengirimkan sinyal rasa lapar, begitu juga naluri untukmempertahankan diri,
mahluk hidup akan berusaha semaksimal mungkin untuk selamat apabila ada hal
yang mengancam kelangsungan hidupnya. Dorongan instinktual dasar.
Kembali
lagi ke masalah hubungan seks pada manusia, karena manusia dibekali akal budi
yang membedakan manusia lebih special dari mahluk hidup lainnya, kita bisa
memanipulasi hubungan seksual itu tidak sekedar sebagai pro-kreasi, tetapi
sesuatu yang bisa mendatangkan kesenangan, kenikmatan dan sebagai ekspresi
cinta. Manusia tidak akan lelah “memanipuasi” fungsi dari hubungan seksual.
Karena bisa dengan cerdas menggabungkan dorongan birahi ke dalam kesenangan dan
ekspresi cinta kepada pasangan. Karena “pintar”-nya menggabungan ketiga fungsi
seksual itu, manusia kadangkala
melakukan hubungan seks yang liar, tidak terkendali dan bahkan lebih liar dari
hubungan seksual yang dilakukan oleh hewan! Karena proses hubungan seksual
menghasilkan “sensasi” yang luar biasa
nikmat. Kalau hal itu tidak dikendalikan, sangat mungkin kita akan melihat
manusia dengan santainya melakukan hubungan seksual di mall-mall misalnya. Setiap
ketemu wanita cantik dan mendatangkan birahi, langsung telanjang dan gabrus-gabrus.
Haha.. tidak bukan. Maka untuk mengendalikan hal itu, yang Maha Kuasa
menurunkan suatu aturan. Untuk secara legal bisa melakukan hal itu, harus
melalui sakralisme pernikahan. Norma sosial yang harus diikuti dan sebagainya
dan sebagainya. Ckckck… bahaya kalau tidak diatur. Seperti ayam jago!
Karena
diatur itu kita “dipaksa” untuk terkungkung dalam pemenuhan hubungan seksual
dengan “hanya” kepada pasangan resmi. Padahal kita secara naluripun apalagi
dibekali akal budi yang bisa memanipulasi hal tersebut. Gelora itu akan selalu
meledak-ledak. Bagaimana kita bisa membawa hubungan seks itu menjadi suatu
kesenangan atau rekreasi! Baik pria maupun wanita mempunyai kecenderungan itu.
Hal itu tidak akan menjadi masalah kalau pasangan masih mempunyai ketiga fungsi
hubungan seksual itu. Komplit! Tidak kurang atau lebih. Akan menjadi big
problem apabila salah satu fungsi itu sudah “lupa” dipelihara oleh
masing-masing pasangan karena sudah terlalu lama hidup bersama alias BOSAN atau
bosan yang dibuat! Padahal agama atau aturan yang dibuat manusia sendiri kita
“dipaksa” untuk selalu hidup bersama! Akhirnya untuk mengembalikan gelora itu,
tidak jarang pasangan mencari pasangan lain yang bisa memenuhi ketiga fungsi
dari hubungan seksual itu. Alias selingkuh! Menabrak aturan agama maupun norma sosial!
Sudah
ketemu hal yang harus direvisi. JANGAN SAMPAI LUPA FUNGSI HUBUNGAN SEKSUAL
SEBAGAI REKREASI DAN EKSPRESI CINTA!
Tinggal
pertanyaan-nya, bagaimana supaya kita tidak lupa?
Menghangatkan Gelora Api Asmara
Sederhana
sebenarnya untuk memelihara gelora itu tetap menyala! Ya berusaha jangan sampai
padam! Seringkali kita terjebak bahwa rutinitas bisa memadamkan gelora itu. Ya
memang, tetapi hal yang rutin itu kenapa kita tidak kelola sehingga menjadi
sesuatu yang selalu baru! Sekali lagi kita dibekali otak yang bisa memanipulasi
organ-organ tubuh lainnya. Termasuk organ genital dan sensasinya.
Hal
tersebut dimungkinkan karena didalam otak manusia terdapat satu daerah atau
bagian yang fungsinya membuat rasa senang, nikmat dan sejahtera . Daerah atau
bagian ini dikenal sebagai pleasure area. Bagian yang 1 x 2 cm2 tepatnya terletak di bagian dasar otak yang
disebut hipotalamus. Area itulah yang mengatur rasa senang, nikmat, termasuk
sensasi dalam berhubungan seks. Bagian tertentu dari otak membentuk suatu zat
kimia yag bernama beta-endorfin atau yang lebih dikenal dengan morfin endogen.
Jadi sebenarnya tubuh kita sudah dibekali zat yang menimbulkan sensasi nikmat
dan nyaman tanpa harus mengkonsumsi zat addiction seperti morfin buatan ataupun
zat yang menimbulkan sensasi “melayang” lainnya. Selain itu di daerah ini ada
reseptor benzodiazepine yang membuat orang merasa tenang dan serotomine yang
membuat orang merasa senang. Untuk bekerja tentunya harus ada trigger dari luar
yang membuat daerah tersebut bereaksi.
Salah satunya faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas seksual.
Sebagai
manusia pasti akan terus mencari booster supaya kehidupan seksual-nya mampu
“menggoyang” pleasure area tersebut. Celakanya ya itu tadi, kita dibatasi norma
agama dan norma sosial yang ada. Jadi “terpaksa” kita hanya menjelajah sampai
habis potensi yang ada di pasangan kita. Pasti ada yang bertanya dan protes
saya mengistilahkan “terpaksa”. Sebagai
manusia biasa “nafsu” untuk mencari hal-hal baru untuk merangsang pleasure area
itu memang sudah bawaan. Karena memang beta-endorfin itu ya semacam morfin yang
menimbulkan suatu ketergantungan!
Menurut saya jangan memperdebatkan itu lah. Tapi bagaimana caranya
masing-masing pasangan bisa memelihara gelora itu, tanpa mencari sensasi dari
selain pasangan!
Beberapa
tips untuk tetap memelihara gelora itu.
1. Selalu pelihara saling memperhatikan hal-hal
kecil, tetapi mempunyai dampak yang sangat besar. Contoh, selalu menanyakan
kondisi kesehatan pasangan. Mengingatkan untuk selalu makan teratur dan selalu
mengingat momen-momen kenangan yang pernah dilalui pasangan.
2. Sedikit
berkorban untuk sekedar “memotong” rutinitas aktivitas dalam bekerja. Luangkan
waktu berdua. Tidak akan kiamat kok kalau hanya sekedar mengambil waktu 2
sampai 3 jam bersama.
3. Selalu
pelihara komunikasi, termasuk masalah seksual. Banyak pasangan yang merasa malu
untuk membahas ini. Padahal hal ini perlu diungkapan untuk memelihara “sensasi”
itu terpelihara, supaya tidak tergerus dengan rutinitas atau frekwensi bertemu
kita dengan pasangan yang sudah menjadi hal lazim. Sehingga pertemuan ini sudah
tidak “syur” lagi seperti saat pacaran. Padahal dalam bersenggama ada
kesempatan tubuh bertemu tubuh, sentuhan dan dekapan menimbulkan kehangatan
yang luar biasa.
4. Berikan
cumbuan mesra dan sedikit nakal kepada pasangan. Tidak ada salahnya kok wanita
yang aktif memberikan cumbuan-cumbuan mesra dan nakal. Justru bagi kebanyakan
pria, ini menjadi hal yang baru dari kodratnya sebagai mahluk yang dominan
dalam ras manusia. Suatu waktu seorang pria butuh sebagai yang “terpedaya dan
pasrah”! Tapi yo jangan kebablasan, teori ulur tarik lah. Pasangan harus pintar
saatnya merasa terpedaya atau saatnya memperdaya pasangan. Intinya harus
seimbang dan pintar membuat variasi. Cumbuan yang rutin dan mesra bisa menjaga
hubungan emosiaonal antara suami istri.
5. Anggap
kita sebagai pelacur atau gigolo yang sah dari pasangan kita! Kasar? Ya enggak,
untuk mendobrak rasa malu dan ewuh pakewuh soal hubungan seksual, kita memang
harus membuat situasi seperti batasan-batasan kesopanan bisa runtuh. Akan lebih
leluasa kita dalam mengkomunikasikan masalah seksual dengan pasangan apabila
batas kesopanan itu “dihilangkan”. Lho, kita sudah sah kok sebagai pasangan,
toh melakukan itu dengan pasangan sah kita. Pertanyaan-nya sekarang, kenapa
berhubungan dengan pelacur atau gigolo lebih wah sensasinya? Saya rasa yang
sudah pernah melakukan tidak akan memungkiri. Kenapa hal tersebut tidak
dilakukan dengan pasangan? Kenapa harus mencari yang lain? Jadi kenapa harus
malu dianggap pelacur atau gigolo oleh pasangan kita? Daripada pasangan kita
mencari gigolo atau pelacur lain. Ya tho…..
Untuk belajar menjadi gigolo atau pelacur bagi pasangan kita, tidak ada
salahnya mencoba yang ada di video porno misalnya. Tapi tetap harus ingat,
dalam batas kewajaran dan selama pasangan kita masing-masing menerima! Jangan
sampai menonton video porno berubah menjadi suatu ketergantungan dan malah
menjadi kekerasan dalam hubungan seksual! Karena “memaksa” dari pasangan kita.
Untuk menghindari itu, pelajarilah bersama-sama! Bekali pengetahuan tentang
seksologi baik makanan pembangkit gairah ataupun posisi-posisi bercinta yang
bisa membuat pasangan merem melek!
6. Berlibur
bersama tanpa diganggu anak-anak dan pekerjaan! Ambil waktu untuk mewujudkan
itu. Tentunya setelah berdiskusi dengan anak-anak. Ambil kesempatan bulan madu
kedua, ketiga dan seterusnya! Sepanjang waktu berlibur bersama itu bisa
diwujudkan.
7. Terakhir…. JANGAN LUPA UNTUK MERAWAT TUBUH! Seringkali ini yang dilupakan oleh pasangan,
karena alasan sibuk dan sudah menjadi suami istri, jadi hal tersebut tidak
perlu lagi dilakukan. Padahal kalau dimata pasangan kita masih keluar pujian
yang mengatakan body kita masih seksi, hal tersebut secara otomatis akan
membangkitkan gairah masing-masing. Setiap kata yang keluar dari mulut akan
menjadikan mood bercinta yang luar biasa. Berolahraga secara teratur disamping
menjaga kondisi tubuh bugar dan selalu siap “bertempur”, juga akan membantu
memelihara bentuk tubuh kita. Sekali lagi jangan malas untuk merawat tubuh,
karena itu asset!
Tentunya hal tersebut kembali dari niat dan komitmen
masing-masing pasangan. Akan menjadi hal yang mubazir apabila niat dan komitmen
itu luntur seiring nafsu yang selalu menyertai.
Kalau masih komitmen, ya peliharalah gelora itu, kalau tidak……… ya
monggo!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar