Sabtu, 13 Agustus 2011

Memelihara Gelora Asmara

Berapa usia perkawinan teman-teman saat ini?  5 tahun? 10 Tahun 15 Tahun? Dan pernahkah terpikir dimana suatu fase  kehidupan seksualitas atau gelora api asmara padam? Bahkan sudah menjadi seonggok arang? Padahal kehidupan perkawinan normal-normal saja.  Kalau saat ini jawabannya iya, saatnyalah kita mencari dan saling menyadari apa yang harus direvisi. Daripada hal ini menjadi bibit yang akan menumbuhkan pohon selingkuh yang lebat!
Gejala awal dari fase ini biasanya dimulai dari kurangnya perhatian atau kadar kepedulian dari pasangan masing-masing. Contoh sederhana kita mulai malas menelepon pasangan kalau mau pulang malam misalnya, atau mau makan malam dirumah atau dimana. Mulai tidak peduli lagi pasangan “minta” gelora asmara di tempat tidur, setiap kali salah satu pasangan ingin membangun gelora dan kehangatan malam, menolak. Kehangatan itu mulai redup seiring hembusan angin malam. Padahal masing-masing pasangan tidak atau belum mengalami suatu peristiwa dramatis, selingkuh misalnya. Ada apa sebenarnya?
Fungsi hubungan seks
Memang fase ini kebanyakan “menghantui” pasangan paruh baya yang biasanya sudah melewati usia perkawinan antara 10 tahun sampai 15 tahun. Tapi tidak tertutup kemungkinan menimpa juga pada usia perkawinan yang lebih muda. Harus dicari solusi bersama, jangan sampai untuk menghidupkan kembali gelora asmara dan getar-getar cinta, pasangan kita mencari pasangan lain!
Mari kita kembali memahami fungsi dari hubungan seksual itu sendiri. Hubungan seksual menurut para seksolog ada 3 macam fungsi:
Pro-kreasi           : Untuk mendapatkan keturunan, hamil dan mempunyai anak
Rekreasi             : Untuk kesenangan dan
Sebagai ekspresi cinta
Untuk tujuan pertama sebagai pro-kreasi, sepertinya tidak usah diajaripun orang akan melakukan-nya. Karena seks sendiri adalah naluri dasar (dorongan instinktual) dari mahluk hidup, sejajar dengan naluri untuk makan ataupun naluri untuk mempertahankan diri.  Naluri adalah dorongan yang sudah ada secara alami pada setiap spesies hewan termasuk manusia tanpa harus dipelajari. Biasanya naluri primer atau naluri dasar,  parameter pemenuhannya adalah sinyal dari otak untuk segera memenuhi kebutuhan itu. Sinyal untuk melakukan hubungan seks prokreasi pada hewan adalah datangnya birahi dan setelah melakukan-nya diberi anugrah rasa nikmat luar biasa, sehingga hewan ataupun manusia tidak akan bosan untuk melakukan lagi dan lagi apabila birahi itu datang. Naluri makan, otak mengirimkan sinyal rasa lapar, begitu juga naluri untukmempertahankan diri, mahluk hidup akan berusaha semaksimal mungkin untuk selamat apabila ada hal yang mengancam kelangsungan hidupnya. Dorongan instinktual dasar.
Kembali lagi ke masalah hubungan seks pada manusia, karena manusia dibekali akal budi yang membedakan manusia lebih special dari mahluk hidup lainnya, kita bisa memanipulasi hubungan seksual itu tidak sekedar sebagai pro-kreasi, tetapi sesuatu yang bisa mendatangkan kesenangan, kenikmatan dan sebagai ekspresi cinta. Manusia tidak akan lelah “memanipuasi” fungsi dari hubungan seksual. Karena bisa dengan cerdas menggabungkan dorongan birahi ke dalam kesenangan dan ekspresi cinta kepada pasangan. Karena “pintar”-nya menggabungan ketiga fungsi seksual itu,  manusia kadangkala melakukan hubungan seks yang liar, tidak terkendali dan bahkan lebih liar dari hubungan seksual yang dilakukan oleh hewan! Karena proses hubungan seksual menghasilkan  “sensasi” yang luar biasa nikmat. Kalau hal itu tidak dikendalikan, sangat mungkin kita akan melihat manusia dengan santainya melakukan hubungan seksual di mall-mall misalnya. Setiap ketemu wanita cantik dan mendatangkan birahi, langsung telanjang dan gabrus-gabrus. Haha.. tidak bukan. Maka untuk mengendalikan hal itu, yang Maha Kuasa menurunkan suatu aturan. Untuk secara legal bisa melakukan hal itu, harus melalui sakralisme pernikahan. Norma sosial yang harus diikuti dan sebagainya dan sebagainya. Ckckck… bahaya kalau tidak diatur. Seperti ayam jago!
Karena diatur itu kita “dipaksa” untuk terkungkung dalam pemenuhan hubungan seksual dengan “hanya” kepada pasangan resmi. Padahal kita secara naluripun apalagi dibekali akal budi yang bisa memanipulasi hal tersebut. Gelora itu akan selalu meledak-ledak. Bagaimana kita bisa membawa hubungan seks itu menjadi suatu kesenangan atau rekreasi! Baik pria maupun wanita mempunyai kecenderungan itu. Hal itu tidak akan menjadi masalah kalau pasangan masih mempunyai ketiga fungsi hubungan seksual itu. Komplit! Tidak kurang atau lebih. Akan menjadi big problem apabila salah satu fungsi itu sudah “lupa” dipelihara oleh masing-masing pasangan karena sudah terlalu lama hidup bersama alias BOSAN atau bosan yang dibuat! Padahal agama atau aturan yang dibuat manusia sendiri kita “dipaksa” untuk selalu hidup bersama! Akhirnya untuk mengembalikan gelora itu, tidak jarang pasangan mencari pasangan lain yang bisa memenuhi ketiga fungsi dari hubungan seksual itu. Alias selingkuh!  Menabrak aturan agama maupun norma sosial!
Sudah ketemu hal yang harus direvisi. JANGAN SAMPAI LUPA FUNGSI HUBUNGAN SEKSUAL SEBAGAI REKREASI DAN EKSPRESI CINTA!
Tinggal pertanyaan-nya, bagaimana supaya kita tidak lupa?
Menghangatkan Gelora Api Asmara
Sederhana sebenarnya untuk memelihara gelora itu tetap menyala! Ya berusaha jangan sampai padam! Seringkali kita terjebak bahwa rutinitas bisa memadamkan gelora itu. Ya memang, tetapi hal yang rutin itu kenapa kita tidak kelola sehingga menjadi sesuatu yang selalu baru! Sekali lagi kita dibekali otak yang bisa memanipulasi organ-organ tubuh lainnya. Termasuk organ genital dan sensasinya.
Hal tersebut dimungkinkan karena didalam otak manusia terdapat satu daerah atau bagian yang fungsinya membuat rasa senang, nikmat dan sejahtera . Daerah atau bagian ini dikenal sebagai  pleasure area. Bagian yang 1 x 2 cmtepatnya terletak di bagian dasar otak yang disebut hipotalamus. Area itulah yang mengatur rasa senang, nikmat, termasuk sensasi dalam berhubungan seks. Bagian tertentu dari otak membentuk suatu zat kimia yag bernama beta-endorfin atau yang lebih dikenal dengan morfin endogen. Jadi sebenarnya tubuh kita sudah dibekali zat yang menimbulkan sensasi nikmat dan nyaman tanpa harus mengkonsumsi zat addiction seperti morfin buatan ataupun zat yang menimbulkan sensasi “melayang” lainnya. Selain itu di daerah ini ada reseptor benzodiazepine yang membuat orang merasa tenang dan serotomine yang membuat orang merasa senang. Untuk bekerja tentunya harus ada trigger dari luar yang membuat daerah tersebut bereaksi.  Salah satunya faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas seksual.
Sebagai manusia pasti akan terus mencari booster supaya kehidupan seksual-nya mampu “menggoyang” pleasure area tersebut. Celakanya ya itu tadi, kita dibatasi norma agama dan norma sosial yang ada. Jadi “terpaksa” kita hanya menjelajah sampai habis potensi yang ada di pasangan kita. Pasti ada yang bertanya dan protes saya mengistilahkan “terpaksa”.  Sebagai manusia biasa “nafsu” untuk mencari hal-hal baru untuk merangsang pleasure area itu memang sudah bawaan. Karena memang beta-endorfin itu ya semacam morfin yang menimbulkan suatu ketergantungan!  Menurut saya jangan memperdebatkan itu lah. Tapi bagaimana caranya masing-masing pasangan bisa memelihara gelora itu, tanpa mencari sensasi dari selain pasangan!
Beberapa tips untuk tetap memelihara gelora itu.
1. Selalu pelihara saling memperhatikan hal-hal kecil, tetapi mempunyai dampak yang sangat besar. Contoh, selalu menanyakan kondisi kesehatan pasangan. Mengingatkan untuk selalu makan teratur dan selalu mengingat momen-momen kenangan yang pernah dilalui pasangan.
2. Sedikit berkorban untuk sekedar “memotong” rutinitas aktivitas dalam bekerja. Luangkan waktu berdua. Tidak akan kiamat kok kalau hanya sekedar mengambil waktu 2 sampai 3 jam bersama.
3. Selalu pelihara komunikasi, termasuk masalah seksual. Banyak pasangan yang merasa malu untuk membahas ini. Padahal hal ini perlu diungkapan untuk memelihara “sensasi” itu terpelihara, supaya tidak tergerus dengan rutinitas atau frekwensi bertemu kita dengan pasangan yang sudah menjadi hal lazim. Sehingga pertemuan ini sudah tidak “syur” lagi seperti saat pacaran. Padahal dalam bersenggama ada kesempatan tubuh bertemu tubuh, sentuhan dan dekapan menimbulkan kehangatan yang luar biasa.
4. Berikan cumbuan mesra dan sedikit nakal kepada pasangan. Tidak ada salahnya kok wanita yang aktif memberikan cumbuan-cumbuan mesra dan nakal. Justru bagi kebanyakan pria, ini menjadi hal yang baru dari kodratnya sebagai mahluk yang dominan dalam ras manusia. Suatu waktu seorang pria butuh sebagai yang “terpedaya dan pasrah”! Tapi yo jangan kebablasan, teori ulur tarik lah. Pasangan harus pintar saatnya merasa terpedaya atau saatnya memperdaya pasangan. Intinya harus seimbang dan pintar membuat variasi. Cumbuan yang rutin dan mesra bisa menjaga hubungan emosiaonal antara suami istri.
5. Anggap kita sebagai pelacur atau gigolo yang sah dari pasangan kita! Kasar? Ya enggak, untuk mendobrak rasa malu dan ewuh pakewuh soal hubungan seksual, kita memang harus membuat situasi seperti batasan-batasan kesopanan bisa runtuh. Akan lebih leluasa kita dalam mengkomunikasikan masalah seksual dengan pasangan apabila batas kesopanan itu “dihilangkan”. Lho, kita sudah sah kok sebagai pasangan, toh melakukan itu dengan pasangan sah kita. Pertanyaan-nya sekarang, kenapa berhubungan dengan pelacur atau gigolo lebih wah sensasinya? Saya rasa yang sudah pernah melakukan tidak akan memungkiri. Kenapa hal tersebut tidak dilakukan dengan pasangan? Kenapa harus mencari yang lain? Jadi kenapa harus malu dianggap pelacur atau gigolo oleh pasangan kita? Daripada pasangan kita mencari gigolo atau pelacur lain. Ya tho…..  Untuk belajar menjadi gigolo atau pelacur bagi pasangan kita, tidak ada salahnya mencoba yang ada di video porno misalnya. Tapi tetap harus ingat, dalam batas kewajaran dan selama pasangan kita masing-masing menerima! Jangan sampai menonton video porno berubah menjadi suatu ketergantungan dan malah menjadi kekerasan dalam hubungan seksual! Karena “memaksa” dari pasangan kita. Untuk menghindari itu, pelajarilah bersama-sama! Bekali pengetahuan tentang seksologi baik makanan pembangkit gairah ataupun posisi-posisi bercinta yang bisa membuat pasangan merem melek!
6. Berlibur bersama tanpa diganggu anak-anak dan pekerjaan! Ambil waktu untuk mewujudkan itu. Tentunya setelah berdiskusi dengan anak-anak. Ambil kesempatan bulan madu kedua, ketiga dan seterusnya! Sepanjang waktu berlibur bersama itu bisa diwujudkan.
7.  Terakhir…. JANGAN LUPA UNTUK MERAWAT TUBUH!  Seringkali ini yang dilupakan oleh pasangan, karena alasan sibuk dan sudah menjadi suami istri, jadi hal tersebut tidak perlu lagi dilakukan. Padahal kalau dimata pasangan kita masih keluar pujian yang mengatakan body kita masih seksi, hal tersebut secara otomatis akan membangkitkan gairah masing-masing. Setiap kata yang keluar dari mulut akan menjadikan mood bercinta yang luar biasa. Berolahraga secara teratur disamping menjaga kondisi tubuh bugar dan selalu siap “bertempur”, juga akan membantu memelihara bentuk tubuh kita. Sekali lagi jangan malas untuk merawat tubuh, karena itu asset!
Tentunya hal tersebut kembali dari niat dan komitmen masing-masing pasangan. Akan menjadi hal yang mubazir apabila niat dan komitmen itu luntur seiring nafsu yang selalu menyertai.  Kalau masih komitmen, ya peliharalah gelora itu, kalau tidak……… ya monggo!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar