Rabu, 24 Agustus 2011

Jernihkan Mata Hati dan Dengarkan Kata Hati

Seandainya yaa.. seandainya, dalam menjalani hidup ini kita diberi jalan yang begitu jelas oleh yang Maha Kuasa. Ada marka jalan, ada penunjuk jalan disetiap persimpangan, bahkan kalau bisa dilengkapi traffic light! Jadi bisa mengetahui saatnya meneruskan perjalanan dengan aman karena lampu hijau, atau harus berhati-hati ataupun berhenti sejenak karena lampu kuning atau hijau.

Ya seandainya. Kenyataannya, hidup atau perjalanan hidup harus dijalani dengan kaburnya penunjuk jalan itu. Ya saya katakan kabur, karena sebenarnya kita sudah diberi penunjuk jalan yang abadi, yaitu mata hati sebagai jendelanya nurani, tetapi berapa persen kita dalam hidup memperhatikan petunjuk itu? Sengaja mengaburkan atau membutakan? Padahal itu petunjuk yang sangat terang benderang. Petunjuk yang seharusnya membimbing kita apabila menemui persimpangan dalam menjalani hidup. Dan harus memilih salah satu jalan tersebut. Tentunya masing-masing jalan di depan sana sudah dihadapkan suatu konsekwensi yang kita belum mengetahuinya. Karena kita belum melewati jalan tersebut. Tetapi tetap harus dihadapkan suatu pilihan, mana jalan yang akan dipilih.

Hidup  ada didalam wilayah kekuasaan waktu. Dan waktu dengan pongahnya selalu berjalan ke depan, tidak ada putar balik, tidak ada penyesalan. One way only! Kalaupun  kita salah dalam memilih jalan, tidak harus dan tidak bisa kita putar balik, tetapi dihadapkan kembali untuk memilih! Memilih jalan yang ada di hadapan kita! Suatu pilihan yang sulit bukan? Bayangan akan salah dalam memilih jalan (lagi)menghantui? Apa yang kita butuhkan? Apa yang bisa membantu kita mendapatkan petunjuk dan marka jalan yang benar-benar jelas? Sederhana. Terangkan kembali mata hati, jernihkan kata hati. Melihat dengan mata hati, mendengar dengan kata hati.  Karena mengandung petunjuk dan kejujuran hakiki dan menjadi jendela nurani. Nurani adalah si Bijak!

Cobalah sedikit menyingkirkan super power-nya pikiran. Otak atau pikiran hanya mengagungkan logika. Benar salah, untung rugi, masuk akal tidak masuk akal. Sedangkan mata hati melihat dengan kejujuran, kejernihan kata hati berbicara masalah apa yang harus dilakukan. Sesuatu yang sejalan dengan nurani. Kaburnya mata hati dan kati hati sehingga nurani terkubur dalam lubuk hati, adalah karena sudah terkaburnya dengan akal pikiran yang mempunyai kemampuan berpikir ratusan hal dalam hitungan menit!

Tidak mudah memang, tetapi apakah rela terus menerus menjadi kendali pikiran. Coba sibakkan ratusan sinyal dari otak itu untuk sekedar  medengar bisikan kata hati, lalu lihatlah dengan mata hati. Ambil jeda itu dari otak dengan berdoa. Karena berdoa adalah kekuatan untuk mengambil jeda dan mengosongkan pikiran. Manfaatkan jeda itu  untuk mendengar jernihnya kata hati. Tidak ada salahnya mendengar saran dari orang lain yang biasanya terucap setiap kali kita dihadapkan pada suatu kebingungan, dan juga biasanya menjadi saran terakhir,”Coba bertanya kepada hatimu, apa kata hatimu?.

Gundah gulana, risaunya hati adalah konsekwensi  mengingkari kata hati dan menutup mata hati. Yakinkah seorang pencuri, koruptor, politik culas dan penjahat bengis tidak gundah hatinya? Sangat yakin saya, pasti gundah, risau dan akan cenderung depresi. Karena terus menerus mengingkari kata hati bahwa mencuri itu jelek, mengambil dan memanipulasi yang bukan hak itu jelek, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan itu jelek dan membunuh itu jelek. Kenapa bisa saya seyakin itu, karena saya mengalaminya! Dan tidak menutup kemungkinan pernah anda alami juga. Apa yang anda rasakan? So, masihkah terus mengingkarinya?


Memang kadangkala dan kebanyakan mendengar kata hati akan menimbulkan hal yang sangat bertentangan dengan logika. Dan biasanya juga akan mengakibatkan penderitaan! Kalau tidak korupsi, takut menjadi miskin. Kalau tidak culas, sampai kapan tujuan tercapai. Dan seterusnya dan seterusnya.  Sampai hari inipun saya masih gundah gulana karena belum mau mendengar kata hati. *menangis*


Kamis, 18 Agustus 2011

Kasih Berbagi

THR DAY! Alhamdulillah, masih bisa menikmati THR. Berarti kita masih dilingkupi nikmat sehat, karena masih bisa menyaksikan dan menerima, masih bisa sedikit berbagi, masih bisa menjalani proses membahagiakan keluarga, masih mampu menjalani kehidupan dunia untuk mencari nafkah dengan bekerja, dan MASIH BERUNTUNG! Syukur Alhamdulillah, berapa banyak saudara-saudara kita yang tidak beruntung. Cobalah mulai tengok lingkungan keluarga sendiri. Adik atau kakak yang tidak seberuntung kita. Jangankan sekedar THR, bulanan bahkan harian-pun mereka membanting tulang sekedar mengais bekal untuk apa yang bisa dimakan hari ini. Masih bersombongkah kita?  Ikhlas-kah menanggalkan perhiasan penampilan luar yang menunjukkan kelebihan dari saudara-saudara kita? Masih rela-kah terperangkap dalam belenggu perhiasan kemakmuran? Sadarkah kemakmuran mendatangkan keangkuhan? Dan keangkuhan menggiring kita untuk berpaling dari kebenaran yang terpampang di tengah-tengah kita? Hanya memandang lurus dan kepala agak diangkat sedikit? Menengok kiri kanan saja seraya ada tembok tebal yang menghalangi-nya, apalagi menengok ke belakang? Cobalah runtuhkah tembok itu kawan, sedikit relaks-kan leher untuk sekedar alihkan pandang.
Jangan pandang aku kawan, walau mungkin aku adalah wujud topeng yang menyembunyikan sejatiku. Tapi dengarkan kebenaran itu dengan mata hati, karena mata hati lebih tajam dari pandang-mu. Pandang-mu hanya akan melihat kabut yang menyembunyikan kita dari hal-hal yang harus kita lihat. Sibak kabut itu dengan mata hati-mu kawan. Dibalik kabut itu, buuaanyak saudara-saudara kita yang mengelepar mencari air kehidupan. Bantulah mereka sekedar menyiram mereka dengan air keberuntungan-mu. Segarkan mereka kawan. Angankan ganjaran dan kebenaran yang akan kita dapat. Jangan biarkan mata hati tetindih kemakmuran yang membebani nurani, entengkan beban itu dengan mengisi kantong-kantong saudara-saudara kita yang menggelepar itu. Mari kita ringankan beban itu dengan meringankan beban mereka. Sedikit tanggalkan nafsu kemakmuran, limpahkan nafsu untuk menggandeng sauadara-saudara kita yang perlu digandeng, angkat mereka, angkat mereka dari kolam kemakmuran yang hampir kering itu. Sibak dan nyanyikan senandung harapan kepada mereka. Sebarkan kasih ikhlas kita kepada mereka, disaat limpahan kemakmuran masih menaungi. Bersama-sama raih kearifan yang mensucikan jiwa, menyibak jendela mata hati dan kendaraan menuju Illahi.
Tidak kah kita bayangkan, seandainya suatu waktu yang menggelepar itu adalah kita. Air kemakmuran yang tak kunjung turun dari langit? Dahaga yang sulit tersembuhkan, dahaga yang mungkin akan terjadi kepada kita semua.  Dahaga yang bisa merobohkan keangkuhan kita saat ini. Dahaga yang membuat kita mengais dan menghiba persis seperti insan yang menggelepar itu. Bayangkan permata-permata hati  kita meneriakkan dahaga itu. Sanggup-kah kita hadapi? Tidak-kah kita mencoba untuk merasakan, untuk sekedar membantu merobohkan keangkuhan itu.
Saatnya kita membuka jendela, melihat kerumunan, melihat kemuraman, melihat kesedihan bahkan melihat kenestapaan. Saatnya kita keluar dari penjara kemakmuran yang berhiaskan kesombongan itu.  Penjara yang telah memadamkan api kasih berbagi menjadi seonggok arang. Nyalakan kembali api itu saudara-ku. Songsong hangat-nya matahari rindu itu. Rindu berbagi, rindu berkasih dan rindu harum bunga melati persaudaraan. Mari kita sama-sama berjalan menuju terbenamnya matahari kehidupan, karena kita berasal dari yang baqa dan akan kembali  ke kebaqaan itu. Ingatlah, perjalanan menuju terbenamnya matahari kehidupan itu adalah sementara. Di depan sudah menunggu kegelapan baqa. Tidakkah kita sadari berapa banyak lentera yang telah kita bawa untuk bekal itu? Jangan sampai kita lupa mencari lentera yang bisa menerangi kebaqaan itu, sehingga kita terpenjara dalam kegelapan baqa, kegelapan abadi!
Merak, 16 Agustus 2011
Dodi Suprapto

Selasa, 16 Agustus 2011

Sengkuni, Typologi Kesewenangan Mulut

Gaya bicaranya mendayu-ndayu, klemak klemek kalau orang jawa bilang, kadang mau jalan saja terkesan males, berperawakan kurus, wajahnya pucat kebiru-biruan. Dan, tak jarang terkesan menjengkelkan. Itulang Sengkuni! Tokoh pewayangan yang memanifestasikan sifat culas, pendengki, penghasut kelas wahid, licik.. pokoknya sifat yang menyebalkan komplit ada di dia. Untung Sengkuni itu tidak brewokan dan rada gendut! hehehe…
Membicarakan Sengkuni dan sepak terjangnya sebenarnya perwujudan tokoh antagonis tulen. Figur yang merefleksikan segala sifat kebusukan dan kelicikan. Tidak ada sisi baik yang bisa diambil dari sosok terkenal tapi terkubur dengan sifat buruknya ini. Terus bila dikondisikan dengan keadaan sekarang, di media-media masa, lingkungan kerja bahkan dalam lingkungan kecil bertetangga, roh dan semangat Sengkuni dengan mudah kita lihat. Dengan gamblang setiap hari kita menjumpai personifikasi Sengkuni. Seperti tokoh politik yang opurtunis munafik, teman kerja yang penghasut atau orang yang mengambil segala kesempatan untuk menciptakan suasana chaos! Typologi kesewenangan mulut dan butanya mata hati. Intrik-intrik cerdas namun culas dan licik adalah keahliannya. Tidak usahlah pusing mengambil contoh, banyak!
Awalnya Sengkuni itu bernama Harya Suman. Harya Suman atau Sengkuni ini dulunya ganteng. Karena polah tingkah sebagai pembawa bakat sifat licik dan penghasut, wajah Sengkuni rusak dihajar dan dipermak oleh Patih Gandamana yang sakit hati bukan kepalang dengan Sengkuni. Gandamana adalah pangeran dari Kerajaan Pancala yang memilih mengabdi sebagai patih di Kerajaan Hastina pada masa pemerintahan Pandu. Sekilas mengenai Pandu. Pandu adalah bapak dari satria-satria hebat Pandawa. Tetapi karena Pandu dikutuk akan mati kalau berhubungan seks, pandawa lahir dari doa dan permintaan ibunya Dewi Kunti kepada Dewa. Dikabulkan permintaan itu sehingga lahir-lah 3 anak yaitu Yudhistira, Bima dan Arjuna dari rahim Dewi Kunti. Sedangkan Nakula-Sadewa satria kembar yang ganteng lahir dari rahim Dewi Madrim atas permintaan Dewi Kunti juga kepada Dewa. Pandu sebenarnya sosok yang nelangsa. Karena dikutuk akan mati kalau berhubungan seks! Amit-amit… Itu gara-gara saat berburu di hutan memanah seekor Kijang yang sedang bercinta! Apesnya kijang itu adalah samaran/jelmaan seorang Resi. Karena sedang “on” diganggu dan mati, ngamuklah resi itu. Akhirnya balas dendam dengan mengutuk Pandu akan modar apabila berhubungan seks! Kasian. Itulah mengapa Dewi Kunti memohon kepada Dewa untuk dikarunia putra, karena tidak bisa berhubungan seks dengan suaminya. Hehe..jaman dulu sudah ada virgin birth yaa… Pandu sendiri karena 15 tahun tidak menyentuh istri-istrinya, akhirnya tidak kuat juga. Suatu waktu Pandu mengajak Dewi Madrim berhubungan seks, matilah dia. Dewi Madrim pun tak kuasa menahan sesal. Setelah menitipkan putra kembarnya Nakula-Sadewa kepada Dewi Kunti, Dewi Madrim membakar dirinya dan mati menyusul suaminya.
Kembali ke Sengkuni atau Suman tadi. Suman yang sangat berambisi merebut jabatan patih menggunakan bakat dan penciptaanya sebagai mahluk licik untuk menyingkirkan Gandamana. Suman atau Sengkuni ngipas-ngipas murid Pandu yang berwujud raja raksasa bernama Prabu Tremboko seorang penguasa kerajaan Priggandani. Maka terciptalah ketegangan di antara Kerajaan Hastina dan Kerajaan Pringgadani. Pandu pun mengirim Gandamana sebagai duta perdamaian. Di tengah jalan, Suman menjebak Gandamana sehingga jatuh ke dalam perangkapnya. Suman kemudian kembali ke Hastina untuk melapor kepada Pandu bahwa Gandamana telah berkhianat dan memihak musuh. Pandu yang saat itu sedang labil segera memutuskan untuk mengangkat Suman sebagai patih baru. Tiba-tiba Gandamana yang ternyata masih hidup muncul dan menyeret Suman. Suman pun dihajar habis-habisan sehingga wujudnya yang tampan berubah menjadi jelek. Sejak saat itu, Suman pun terkenal dengan sebutan Sengkuni, berasal dari kata saka dan uni, yang bermakna "dari ucapan". Artinya, ia menderita cacad buruk rupa adalah karena hasil ucapannya sendiri.
Kelicikan Sengkuni kadang tidak terprediksi oleh lawan-lawannya, karena memang cerdas. Pada suatu peristiwa, Sengkuni mendapat kesaktian luar biasa yaitu tahan berbagai senjata alias kebal secara gratis! Itu berkat kelihaian-nya yang cenderung licik. Dikisahkan, setelah Pandu meninggal dunia, pusakanya yang bernama Minyak Tala dititipkan kepada Drestarastra supaya kelak diserahkan kepada para Pandawa jika kelak mereka dewasa. Minyak Tala sendiri merupakan pusaka pemberian dewata sebagai hadiah karena Pandu pernah menumpas musuh kahyangan bernama Nagapaya. Beberapa tahun kemudian, terjadi perebutan antara para Pandawa melawan para Kurawa yang ternyata juga menginginkan Minyak Tala. Dretarastra memutuskan untuk melemparkan minyak tersebut beserta wadahnya yang berupa cupu sejauh-jauhnya. Pandawa dan Kurawa segera berpencar untuk bersiap menangkapnya.
Bukan Sengkuni kalau tidak secara cerdas dan mempunyai ide brilliant dalam mengambil kesempatan diatas kesempitan. Sengkuni dengan licik lebih dahulu menyenggol tangan Drestarastra ketika hendak melemparkan benda tersebut. Akibatnya, sebagian Minyak Tala pun tumpah. Sengkuni segera membuka semua pakaiannya dan bergulingan di lantai untuk membasahi seluruh kulitnya dengan minyak tersebut.
Sementara itu, cupu beserta sisa Minyak Tala jatuh tercebur ke dalam sebuah sumur tua. Para Pandawa dan Kurawa tidak mampu mengambilnya. Konon cupu tersebut hanya berhasil ditangkap seorang pendeta dekil bernama Durna Tertarik melihat kesaktiannya, para Kurawa dan Pandawa pun berguru kepada pendeta tersebut.
Sengkuni yang telah bermandikan Minyak Tala sejak saat itu mendapati seluruh kulitnya kebal terhadap segala jenis senjata. Meskipun ilmu bela dirinya rendah, namun tidak ada satu pun senjata yang mampu menembus kulitnya. Hebat khan? Disamping sudah mempunyai pusaka berwujud Cis (tongkat pendek untuk memerintah gajah) yang mempunyai khasiat dapat menimbulkan air bila ditancapkan ke tanah, Sengkuni mempunyai pelindung yang maha ampuh yaitu kebal terhadap senjata apapun!
Disamping licik dan penghasut, ternyata Sengkuni juga cabul! Pernah dalam suatu peristiwa, Sengkuni menjamah buah dada Dewi Kunti! Sehingga saat itu Dewi Kunti bersumpah tidak mau memakai kutang lagi kalau bukan dari kulit Sengkuni! 
Cikal bakal perang maha dasyat antara Pandawa dan Kurawa adalah karena intrik-intrik buruk yang dilakukan Sengkuni. Iya, perang Mahabaratha! Awalnya adalah saat Duryudana yang manja dan pendengki diangkat putra mahkota oleh Destarata sebagai pemangku kekuasaan di kerajaan Astina setelah Pandu mangkat. Kolaborasi atau tepatnya kepiawaian Sengkuni menjadikan Duryudana boneka sekaligus sahabat sejati-nya, menambah daftar panjang kelicikan-kelicikan Sengkuni. Sengkuni yang menjadi penasehat utama Duryudana saat itu menangkap bahwa Duryudana merasa iri atas kemajuan yang dicapai Pandawa dalam membangun Indraprastha lebih indah daripada Hastinapura. Hal itu menjadi bahan untuk melancarkan siasat buruknya. Sengkuni menghasut Duryudana untuk merebut Indraprastha dari tangan Pandawa melalui permainan dadu melawan pihak Kurawa. 
Atas saran Sengkuni, ia pun mengundang para Pandawa untuk bermain dadu di Hastinapura. Dalam permainan itu Sengkuni bertindak sebagai pelempar dadu Kurawa. Dengan menggunakan ilmu sihirnya, ia berhasil mengalahkan para Pandawa. Sedikit demi sedikit harta benda, istana Indraprastha, bahkan kemerdekaan para Pandawa dan istri mereka, Dewi Drupadi jatuh ke tangan Duryudana.
Mendengar Drupadi dipermalukan di depan umum, Dewi Gendari ibu para Kurawa muncul membatalkan semuanya. Para Pandawa pun pulang dan mendapatkan kemerdekaan mereka kembali. Karena kecewa, Duryudana mendesak ayahnya, Drestarastra, supaya mengizinkannya untuk menantang Pandawa sekali lagi. Drestarastra yang lemah tidak kuasa menolak keinginan anak yang sangat dimanjakannya itu.
Maka, permainan dadu yang kedua pun terjadi kembali. Untuk kedua kalinya, pihak Pandawa kalah di tangan Sengkuni. Sebagai hukuman, mereka harus menjalani hidup selama 12 tahun di dalam hutan, dan dilanjutkan dengan menyamar selama setahun di suatu negeri. Jika penyamaran mereka sampai terbongkar, mereka harus mengulangi kembali selama 12 tahun hidup di dalam hutan dan begitulah seterusnya.
Setelah masa hukuman selama 13 tahun berakhir, para Pandawa kembali untuk mengambil kembali negeri mereka dari tangan Kurawa. Namun pihak Kurawa menolak mengembalikan Kerajaan Indraprastha dengan alasan penyamaran para Pandawa di Kerajaan Wirata telah terbongkar. Berbagai usaha damai diperjuangkan pihak Pandawa namun semuanya mengalami kegagalan. Perang pun menjadi pilihan selanjutnya. Pertempuran besar di Kurukshetra pun tak terelakkan antara pihak Pandawa melawan Kurawa dengan sekutu masing-masing akhirnya meletus. Perang dasyat yang dikenal dengan perang Baratayudha ini berlangsung selama 18 hari
Kematian Sengkuni sendiri diceritakan di akhir perang Baratayudha. Kematian yang tragis! Sesuai dengan sepak terjangnya yang menimbulkan dendam kesumat bagi siapa saja yang pernah menjadi korban kesewenangan mulut Sengkuni. Pada hari terakhir Baratayuda, Sengkuni bertempur melawan Bima. Dalam pertempuran itu Bima dibuat frustasi tidak bisa mengalahkan Sengkuni karena tidak mampu menjebol kulit Sengkuni yang kebal karena pengaruh Minyak Tala. 
Dari rasa kefrustasian itu, muncul Semar yang dari tampang lucunya sebenarnya adalah penjelmaan dewa, mengungkapkan ide cerdas dan masuk akal bahwa kelemahan Sengkuni ada di dubur! Masuk akal, karena saat berguling guling menyambut minya Tala yang tumpah, bagian tubuh yang tidak terkena minya adalah dubur! Karena terlindungi oleh lipatan pantat dari Sengkuni. Masuk akal dan cerdas! Bima pun maju kembali. Sengkuni ditangkap dan disobek duburnya menggunakan Kuku Pancanaka yang tumbuh di ujung jari Bima. Ilmu kebal Sengkuni pun musnah. Dengan beringas, Bima menyobek dan menguliti Sengkuni tanpa ampun. Dan mempersembahkan kulit tersebut kepada ibunda nya Dewi Kunti sebagai kutang! Sesuai dengan sumpahnya. Meskipun demikian, Sengkuni hanya sekarat tetapi tidak mati.
Pada sore harinya Bima berhasil mengalahkan Duryudana, raja para Kurawa. Dalam keadaan sekarat, Duryudana menyatakan bahwa dirinya bersedia mati jika ditemani pasangan hidupnya, yaitu istrinya yang bernama Dewi Banowati. Atas nasihat Kresna, Bima pun mengambil Sengkuni yang masih sekarat untuk diserahkan kepada Duryudana. Duryudana yang sudah kehilangan penglihatannya akibat luka parah segera menggigit leher Sangkuni yang dikiranya Banowati. Akibat gigitan itu, Sengkuni pun tewas seketika, begitu pula dengan Duryudana. Ini membuktikan bahwa pasangan sejati Duryudana sesungguhnya bukan istrinya, melainkan pamannya yaitu Sengkuni yang senantiasa berjuang dengan berbagai cara untuk membahagiakan para Korawa.
Masih belum puas, Bima menghantam tubuh Sengkuni dengan Gada Rujakpolo dan mencabik-cabik-nya untuk dibuang kearah tujuh mata angin! 
Mungkin ya… mungkin, akibatnya roh dan jiwa Sengkuni ada di arah tujuh mata angin sampai sekarang! Coba sekarang…… banyak tidak manusia licik, penuh intrik, tega mengorbankan orang lain untuk kepentingan sendiri? Hayooo… coba berapa banyak sekarang pemimpin yang hanya bisa menjadi boneka para penasehat-nya yang licik? Coba sekarang dihitung dengan jari, orang yang dibungkus dengan wujud fisik yang santun, ramah, relijius (katanya), namun menyembunyikan nafsu bejat Sengkuni? Berapa hayoo…. Jumlah jari di badan gak cukup, coba pinjem jari orang lain? Masih gak cukup? Hahahaha.. itulah gambaran bahwa duplikat dan reinkarnasi jiwa-jiwa Sengkuni bertebaran di sekitar kita. Waspada, atau malah ingin menjadi Sengkuni? Seperti saya? Qeqeqeqe…. 
Ndods

Senin, 15 Agustus 2011

Kritik, menumbuhkan budaya bertanya

Anda kritik saya? Apa anda sendiri sudah benar dalam segala hal? Kok berani-beraninya mengkritik .”  Hehehe… pertanyaan balik itu yang sering kita dengar kalau ada orang yang dikritik, tetapi tidak terima dengan kritikan yang disampaikan. Mengkritik, hal sederhana tetapi sangat susah dikompromikan antara yang mengkritik dan yang dikritik. Ternyata gaya komunikasi biang keladinya. Gaya komunikasi tanpa disadari sering menjadi masalah. Teman bahkan sahabat sendiri pun akan terluka kalau kritik tersebut disampaikan dengan gaya bahasa yang kasar. Dan tidak semua orang sama dalam menerima gaya bahasa yang kita sampaikan.
Di lingkungan kerja, tidak sedikit orang yang dihindari rekan-rekan kerja yang lain karena mulutnya berduri! Atau atasan yang hanya mengandalkan komunikasi satu arah. Tanpa sadar, omongan yang keluar dari mulutnya sering menyakiti orang. Padahal dia menyampaikan kebenaran, cuma cara bicara yang cenderung kasar dan tanpa tedeng aling-aling, sering membuat rekan-rekan kerja lain tersinggung berat.  Menyampaikan kebenaran saja susah, apalagi kalau kebenaran itu disampaikan dengan cara yang kasar!
Gaya komunikasi seseorang sangat dipengaruhi nilai-nilai yang dianut orang tersebut. Contoh seseorang yang berasal dari keluarga atau lingkungan yang terbiasa dengan suasana demokratis akan cenderung lebih terbuka dan sedikit “kasar” karena secara telanjang menyampaikan apa adanya. Bicara tanpa dibungkus. Sebaliknya kalau seseorang selalu dibelenggu dengan budaya sopan santun dan birokratis, cenderung mudah mengatakan ya dan “agak” sulit menerima kritik yang disampaikan sedikit kasar. Hatinya akan mudah terluka. Dan seringkali mempertahan kondisi harmonis, budaya menghindari konflik, sehingga yang terjadi adalah komunikasi semu, yang tidak mencerminkan pendapatnya sendiri.
Saya tidak mendukung atau membenarkan si mulut berduri atau tidak setuju juga dengan budaya sopan santun. Tetapi bagaimana mengkombinasikan kedua hal tersebut menjadi system komunikasi yang diterima kedua belah pihak. Kebenaran tersampaikan dan penerima kritik tidak terlukai. Tidak terlalu telanjang dan tidak munafik! Apakah sekarang susah mendapat tempat untuk orang-orang yang suka berterus teang? Benar dibilang benar, salah dibilang salah?.
Tidak ada yang salah dengan kritik, justru itu harus dibangunkan menjadi budaya! Budaya “cerewet” dalam arti mengkritik dan menuntut perbaikan harus dihidupkan. Dikhawatirkan kalau tidak ada budaya kritik, yang artinya lebih memperthankan keharmonisan semu, kemajuan atau solusi-solusi yang membangun tidak didapatkan.
Tinggal bagaimana kita mengolah kritik tersebut bisa tersampaikan dan diterima.  Pengkritik apabila menyampaikan sesuatu (kritik) hindari kecenderungan berkonotasi “siapa yang salah” tetapi menyampaikan  “apa yang salah”. Karena apabila yang tersampaikan siapa yang salah, takkan ada solusinya, sebab yang bersangkutan akan berusaha menolak atau mempertahankan diri. Tetapi apabila yang disampaikan “apa yang salah” akan lebih diterima dan menemukan proses yang salah, debat yang diakibatkan dari kritik itu sendiripun akan berlangsung dengan adu argumentasi yang mencari suatu solusi, karena membahas suatu proses. Bukan debat kusir karena masing-masing saling mempertahankan diri karena tidak terima disalahkan. Dengan sendirinya orang yang dikritik itu memahami kesalahannya. Yang mengkritik pun terhindarkan dari label cerewet, nyinyir, penyindir ataupun mulut berduri. Yang utama dalam penyampaian suatu kritik adalah pemilihan kata-kata agar keterbukaan tak saling menyakiti. Pikirkanlah dahulu baik-baik sebelum mengucapkan sesuatu. Kalau ini sduah terbiasa, terciptalah seni komunikasi dan berdebat. Komunikasi akan lebih efektif dan efisien apabila dijalankan dengan resep berikut:
Jelas, kata-kata harus jelas mengurai maksud kita
Lugas, hati harus terbuka, tak ada niatan tersembunyi, bebas dari niat buruk.
Tegas.  Sampaikan opini murni dari kita, hindarkan kata si anu, kata si ono atau yang lebih parah mencatut nama orang, karena terpikir untuk mencari aman dan menghindari konflik. Padahal itu adalah murni opini kita.
Sebagai penerima kritik pun, sebenarnya jangan langsung frontal melawan apa yang disampaikan. Tidak ada salahnya kita intropeksi diri. Mungkin memang ada yang salah dengan kita. Berpikirlah positif bahwa kesalahan itu adalah hal yang jamak terjadi. Kita tidak bisa menghindari suatu kesalahan. Analisa kritik yang disampaikan, kalau ternyata kritik tersebut “diboncengi” niatan buruk dari pengirim kritik, misalnya rasa iri, dengki atau hal culas lainnya. Abaikan saja kritik tersebut. Tetapi kalau itu kritik membangun, tidak ada salahnya kita terima untuk perbaikan kita sendiri.
Dengan terbiasanya pengkritik maupun yang dikritik tau akan apa yang harus dilakukan, tau apa yang harus disingkapi, saya yakin tidak ada istilah cerewet, ngeyel, tambeng dan sebagainya.
Merak, 15 Agustus 2011

Sabtu, 13 Agustus 2011

Medan..oh Medan

Seharusnya saya sangat beruntung lahir sebagai bangsa Indonesia. Bangsa yang penuh keragaman dan keunikan yang tidak ada duanya di dunia. Dan dari keragaman itu, seharusnya saya juga bisa belajar apapun tentang keragaman itu sendiri. Toleransi, rasa saling menghargai dan tenggang rasa! Suatu hal yang  bisa langsung dipraktikkan, karena kita sudah disodori ruang praktikum maha luas dari Sabang sampai Merauke. Tapi sayangnya semua itu”kandas” dengan egoism dan fanatisme semu. Dan salah satu kekayaan keragaman kita adalah cara bertutur atau keragaman bahasa. Muacem-muacem, diperkirakan ada 750 an!

Dari keragaman itu pula, kadangkala muncul suatu pengalaman yang unik dan lucu. Seperti baru saja yang saya alami saat pertama kali menginjakkan kaki di kota Medan. Begitu masuk ruang terminal bandara Polonia Medan, saya langsung mengamati kerumunan orang di situ. Karena memang saya sangat hobi mengamati perilaku dan gerak gerik orang. Dari situ sudah muncul kekaguman, semua serba cepat lugas dan tangkas.  Tapi… perasaan banyak banget orang marah-marah. Tukang parkir, marah-marah. Jual asongan, marah-marah.  Sampai ibu yang lagi nyuapin anaknya, marah-marah. Semua serba marah-marah! Waduuh… jangan-jangan ini wabah yang menular. Soalnya setiap orang marah-marah. Siap-siap nih.. Dan…… HAAAAAA!!! Kaget saya setengah mati. Orang lagi asyik mengamati orang-orang, tiba-tiba ada yang nepuk pundak saya dengan keras dan marah-marah!  “HORAS PAK!! BAPAK DARI JAKARTA!  Nadanya tinggi banget, tapi kok aneh, kok dia tersenyum? Marah kok sambil senyum?

Masih dengan nada tinggi, orang yang ngaku bernama Boy itu ngomong,”BAPAK DARI JAKARTA KHAN? SAYA BOY, AWAK JEMPUT BAPAK!  Sambil dia mengulurkan tangan untuk jabat tangan. Dengan agak ragu dan merinding, saya ulurkan tangan. Busyet! Kenceng banget cengkeramannya. Sambil agak meringis saya bilang,”Dodi, ya betul saya dari Jakarta. Bapak yang jemput saya?”  Ya otomatis saya menjawab dengan kalem tho, sambil masih dengan ribuan tanya di kepala sambil masih terkaget-kaget. Kali tepatnya nada gemetar! Hahaha.. gak lucu saja baru turun dari pesawat sudah berurusan dengan orang yang marah-marah. Orang itu sambil melepas cengkeramannya bilang,”BETUL! MARI! Sambil wuuut! Nyamber tas dan gak banyak cincong bawa itu tas pergi. Tinggal sayanya terbengong-bengong dan tergopoh-gopoh mengikutinya. Sampai di sebuah Innova dia berhenti, setelah menurunkan itu tas-tas, dia membukakan pintu untuk saya. Tambah bingung lagi saya-nya. Marah kok begitu sopan?

Dengan mata masih mengikuti  gerak-gerik orang itu, saya masuk ke mobil. Si Boy itu buka bagasi, taruh tas dan BAM!! Saya sampai terlompat dari tempat duduk. Kenceng banget tutup pintunya. Masuk lah dia di belakang kemudi. Dan.. masih marah-marah!  “SELAMAT DATANG DI MEDAN!

Daripada pening sendiri, saya memberanikan diri bertanya,”Bapak marah-marah ke saya? Bukan jawaban yang saya dapat, tapi malah suara ketawa yang kerasnya mungkin sampai 100 db lebih! Tambah kaget khan saya. Ternyata oh ternyata, memang seperti itu intonasinya orang Medan kalau berbicara. HAHAHAHA..! BAPAK ADA-ADA SAJA! BEGINILAH AWAK BICARA! HAHAHAHA..

Akhirnya kebingungan saya sirna dengan kehangatan orang itu. Saya lebih banyak jadi pendengar. Panjang lebar, tentunya dengan intonasi tinggi, Boy dengan fasih bercerita seluk beluk Medan. Gak terasa jam sudah menunjukkan hampir jam 12. Oh iya.., tempat yang saya tuju sekitar 4 jam perjalanan dari Bandara. Perut terasa keroncongan, saya tanya ke Boy,”Pak, kita berhenti makan dulu, yuk. Perut dah keroncongan nih. Dimana ya kira-kira tempat makan yang enak? Boy jawab,”TENANG PAK! BAPAK MUSLIM KHAN? 10 MENIT LAGI ADA WARUNG MUSLIM YANG ENAK! Yap! Tidak jauh meleset, 10 menit kemudian kita berhenti di sebuah restaurant dan ada tulisan muslim dalam tulisan Arab. Dengan ramah orang di pintu restaurant menyilahkan masuk, dan duduk.

Datang-lah pelayan pria menghampiri sambil bawa-bawa kertas dan pulpen. Sampai di depan kami keluar dari mulut pelayan itu,”BAPAK MAU APA?! Busyet… kaget sayanya. Tapi setelah pengalaman dari bandara sampai perjalanan ke restaurant ini, saya langsung ingat, oh.. memang begitu nadanya. Sambil melihat menu dan sedikit melirik pelayan pria itu, ya siapa tahu mengeluarkan golok! Hahaha.. saya jawab,”Sop ikan patin manis pedas.” MINUMNYA?! Sambung orang itu. “Es jeruk.” Jawab saya tho. Tapi kok melihat raut muka pelayan itu jadi berubah raut muka bingung. Tapi saya lihat nulis juga itu di catatan. Saya jadi curiga. Tapi kecurigaan itu sementara hilang mendengar pertanyaan pelayan pria itu ke Boy. Sama, masih dengan nada tinggi. Boy akhirnya pesen makanan sama, tapi untuk minum dia pesen Jus timun dingin. Itu yang saya dengar dari mulut Boy.  Ok.. selesai transaksi, tinggal tunggu pesanan datang.

Tak lama kemudian datang pesenan, tapi kok malah duluan Jus timun? Tanpa sungkan dan ragu, si Boy langsung sruput itu jus. Melihat cara nyruput Boy, ngiler saya. Sudah kebayang tuh Jus Jeruk dingin segar melewati kerongkongan. Tak berapa lama datang pelayan pria itu dengan baki. Dari kejauhan tampak warna orange menggoda. Tak sabar rasanya segera menyeruput. Begitu sudah dekat, ada pemandangan aneh. Kok ada sepiring kecil es batu? Terus, kenapa jus jeruknya tidak ada es-nya? Dengan santai pelayan itu menurunkan di meja. Pertama segelas jus jeruk, terus sepiring kecil es batu! Bingung saya, spontan bertanya,”Bang, kok jus jeruk-nya tidak ada esnya? Dengan enteng pelayan itu ngomong,”BAPAK PESAN ES JERUK KHAN?! INI ES-NYA, INI JERUKNYA!  Sambil nunjukin sepiring es batu dan segelas jus jeruk! Benar-benar es batu dan benar benar segelas jus jeruk! Rupanya si Boy dari tadi memperhatikan terus. Dan… HAHAHAHAHA si boy ketawa kenceng, sampai muncrat tuh jus timun. Si Boy langsung dengan cekatan memegang itu bahu pelayan sambil ngomong,”TOLONG GANTI PESANAN BAPAK INI DENGAN  JUS JERUK DINGIN! Sepertinya pelayan itu paham dan mengangguk-angguk. Dibawa pergi lagi tuh sepiring es batu dan segelas jus jeruk.

Tak lama kemudian, apa yang saya idam-idamkan keluar.  Jus Jeruk yang ada es batunya di dalam gelas! Tapi rasa segera menyeruput itu jeruk  berkurang kadarnya dengan rasa penasaran saya. Tanya saya ke Boy,”Memang ada yang salah dengan pesenan saya? Si Boy tidak menjawab langsung tapi malah ketawa gak habis-habis. Setelah mendengar penjelasan Boy……. Ooooo….. pantas. Ternyata disini itu tidak ada es jeruk, es teh, es timun. Yang ada jeruk dingin, teh dingin atau jus timun dingin! Pantas saja saya pesan es jeruk, datang sepiring kecil es batu dan segelas jeruk!!  Tersenyum kecut sayanya melihat Boy ketawa tidak berhenti-henti.

Itulah kekayaan ragam cara bertutur bangsa kita. Dan seharusnya dari keragaman itu kita akan terus terasah rasa saling pengertian, saling menghargai, saling tenggang rasa dan toleransi. Karena memang suatu kenyataan bahwa bangsa kita terdiri dari keaneka ragaman suku bangsa. Bangsa Indonesia  lahir juga dari keragaman itu. Dengan semangat BHINEKA TUNGGAL IKA, kita bisa melepaskan diri dari kungkungan kolonial. Masa kita harus lupa dengan itu semua. Lupa karena keangkuhan fanatisme sempit, lupa karena kesombongan  suku bangsa tertentu lebih superior, lupa karena kebenaran yang dibawa oleh kita adalah yang paling benar. Lupa bahwa kita BANGSA INDONESIA! BANGSA BHINEKA, bangsa yang seharusnya TUNGGAL IKA!

Medan, 23 July 2011
Dodi Suprapto

untuk Melati-ku

Hahaha.. Sibuk mencari pembenaran karena "mengagumi" yang bukan pasangan? Puyeng antara mempertahankan komitmen agung dengan kenyataan bahwa memang ada   wangi-wangi disekitar! Saya yakin semua akan berkata seperti itu kalau kepergok "mengagumi" wangi lain. Apakah itu kepergok dengan diri sendiri (sadar), atau mengaku kepada pasangan! Karena kalau masih berargumen seperti itu, masih mempunyai keberanian lebih untuk sekedar mengakui," Yang.., saya cuma mengagumi kok. Tidak mencintai!".  Dan belum melibatkan fisik!
Dan memang tidak salah kalau mempunyai perasaan seperti itu. Mengagumi  lawan jenis yang bukan pasangan. Namun.. kembali lagi, siap berbenturan dengan komitmen? Antara menghargai pasangan dan niat agung untuk mempertahankan komitmen agung, akhirnya belepotan juga mencampur aduk definisi antara mengagumi dan mencintai. Beda? Ya memang beda! Masih bingung dengan kata cinta, sayang, mengagumi, bahkan nafsu! Kadang suatu saat bisa campur semua kata itu dalam satu tindakan, kadang berdiri sendiri sendiri. Cinta ya cinta, sayang ya sayang, nafsu ya nafsu!
Cinta, sayang, kagum, nafsu, empat kata itu sebenarnya kalau ditarik garis, menurut saya hanya dikategorikan menjadi dua, yaitu mencintai dan mengagumi! Cinta bisa saja mencintai atau menyayangi. Kagum, bisa saja mengagumi atau menafsui!.  Dan kalau dicampur-campur seperti es campur, mencintai itu mengagumi dengan hati, mengagumi itu mencintai dengan pikiran! Dan.. sebenarnya dengan mengagumi bukan pasangan, itu juga sudah sedikit menjurus ke selingkuh. Mengagumi yang disertai perasaan sangat senang dan penuh harapan, meskipun tidak kontak fisik, itu sudah selingkuh! Selingkuh hati! Halus dan silent!  Kenapa begitu? Ya karena, siapa yang bisa mengetahui hati seseorang? Meskipun itu pasangan kita sendiri! Lebih berbahaya? Mareee.......
Kenapa saya bisa berkesimpulan begitu, karena sedikit pengalaman pribadi, ternyata cara menterjemahkan kekaguman bukan dengan pasangannya, berbeda. Ada orang yang langsung dengan sembrono diiringi nafsu meneruskan "selingkuh hati" ke selingkuh fisik, ada juga orang yang sampai setengah modar mempertahankan kekaguman hanya sebatas selingkuh hati!  Termasuk saya mungkin. Hehe... (aku yo wong lanang je). Iya dan memang iya, sampai detik ini-pun saya masih berjuang untuk meninggikan pagar "selingkuh hati" ini tidak dimasuki serangan-serangan "kotor".  Saat ini juga masih “memaksakan” dalam mengekspresinya kekaguman cukup dengan itu. Karena sekali lagi kekaguman masih sebatas sesuatu yang indah dimata, belum indah dihati. Bukan takut untuk menabrak lebih jauh, tetapi itu memang masih keindahan sebatas mata, belum sampai keindahan hakiki, keindahan hati. Keindahan hati adalah melalui proses yang menurut saya, panjang. Akan lebih indah kalau keindahan mata itu ternyata sinkron dengan keindahan hati. Proses itulah mungkin yang membedakan cara orang menterjemahkan suatu kekaguman kepada yang bukan pasangan-nya.
Tentunya pasangan (suami istri), sudah mengalami proses itu. Proses membina kekaguman yang timbul saat masa penjajagan, sampai memupuk datangnya saling cinta dan menyayangi sesudah "jadian". Dan proses itu akan dilalui selama pasangan itu masih bersama. Pasang surut seperti roda berputar. Proses bagus, tentu akan lebih menyulitkan suatu pasangan untuk meneruskan kekaguman ke selingkuh hati bahkan ke selingkuh fisik. Sebaliknya, proses jelek tentunya akan lebih memudahkan orang untuk meneruskan kekaguman itu ke hal yang lebih sadis lagi!
Dari rasa kagum, perhatikan ke arah mana kecenderungan-nya? Kekaguman yang hanya melibatkan fisik (selingkuh fisik) atau kekaguman yang sudah melibatkan hati (selingkuh hati)?  Karena keduanya mempunyai perbedaan yang jelas. Kekaguman fisik belum tentu berubah menjadi selingkuh fisik ataupun selingkuh hati atau bahkan kedua-duanya! Kekaguman secara fisik bisa saja hanya sementara, tetapi sering! Logikanya, coba anda jalan-jalan di mall, berapa kali anda menelan ludah melihat keindahan "fisik" yang sliweran!
Terus kalaupun  "berani" meneruskan ke selingkuh fisik, biasanya temporary dan langsung nonjok! Artinya meneruskan kekaguman itu ke kontak fisik untuk menikmati "fisik-nya" saja. Biasanya singkat, lugas dan puas! Karena bisa saja kekaguman secara fisik "selesai" dalam satu malam! Dan belum tentu meskipun sudah melakukan selingkuh fisik, tetapi hatinya belum terlibat, selingkuh itu hanya sebatas selingkuh fisik. Itulah kenapa selingkuh fisik lebih singkat! Penyakitnya memang kalau sudah kecanduan selingkuh fisik! Gonta-ganti seperti kebo! Dan yang perlu dicatat dan digaris bawahi, tidak semua orang "berani" meneruskan kekaguman fisik menjadi selingkuh fisik! Salah satunya.. hanya menelan ludah itulah! Dan yang terpenting, kebanyakan selingkuh fisik lebih cepat selesai dan sembuh, karena memang sebenarnya hati pasangan anda masih terpatri di dada. Karena masih berpikir, body boleh seksi, eh ternyata otaknya kosong! Begitulah kira-kira.
Sedangkan kekaguman yang sudah melibatkan hati? Ini dia.... lebih berbahaya! Biasanya dan biasanya, kita masih dengan enteng tho meneruskan selingkuh ini. Toh tidak melibatkan fisik, toh belum saling kontak fisik, toh belum menjamah area genital yang bukan pasangannya! Lebih bisa diterima oleh pasangan kita kalaupun mengakui sudah mengagumi. Karena pasangan tahu, kita hanya ngobrol, chatting atau apalah judulnya. Dan ini sebenarnya kesalahan besar dari pasangan yang beranggapan, toh kita belum kontak fisik! Pasangan akan lebih histeris dan kalap memergoki pasangannya "kontak fisik" dengan orang lain. Dan melupakan bahkan lebih menerima memergoki pasangan yang sebenarnya sedang selingkuh hati!
Karena aman, semakin aman kita mengeksplorasi dan meneruskan kegiatan chatting, curhat atau ngobrol dengan selingkuhan hati! Padahal dan padahal kalau itu dilakukan secara intens, tunggu saja hasilnya. Berbeda dengan selingkuh fisik yang belum tentu melibatkan selingkuh hati, apabila hati orang sudah selingkuh, maka jalan tol bebas bayar tanpa perlu e-toll menuju selingkuh fisik sudah terbangun! Dan lagi, karena acceptable dan terkamuflase dengan kegiatan "normal", mendeteksi terjadinya selingkuh hati lebih sulit dibandingkan dengan selingkuh fisik. Jangan kaget saja tiba-tiba pasangan anda tanpa hujan tanpa angin, pergi! KArena sudah 99% selingkuh hati akan menjadi selingkuh fisik dan lama! Karena hatinya sudah terpatri! Terpatri bukan pada pasangan, tetapi terpatri di hati selingkuhan hati!
Jadiiii...... kalau sudah gelisah seperti jejaka atau gadis saat si "dia" tidak ada khabar, padahal baru sedetik! Ataaaauuuu... sudah tidak nyaman dengan penampilan saat berhadapan dengan si dia, sampai rontok sisir dan terbelah tujuh karena saking seringnya menyisir atau minyak wangi satu drum habis yang tujuannya tampak sempurna dihadapan dia. Ataaauuuuuu lagi, sudah sering melakukan penyangkalan-penyangkalan sekaligus pembenaran-pembenaran bahwa apa yang dilakukannya bukan dikarenakan adanya perasaan tertarik. Kata-kata "cuma ngobrol" padahal curhat!, "cuma teman lama" padahal teman CLBK, Cinta Lama Belum Kelar, sudah sering keluar dari mulut kita. Atttaaaaaauuuuuuuuuuu...... kita sudah mulai "ngobrol" hal-hal personal terlalu intens dan dari obrolan itu timbul rasa suka.  Ataaauuuuuuu... dari obrolan itu, dan ini yang paling diwaspadai, kita sudah berani membandingkan si dia dengan pasangan kita! Hasilnya dari membandingkan itu, kita "menyangkal" banyak kelebihan yang ada di pasangan kita dengan sedikit kelebihan yang ada di selingkuhan hati! Karena "kriteria" kita condong dan terlihat jelas terpenuhi di selingkuhan hati kita! Padahal kenyataanya, kriteria itu tidak lebih penting dari pasangan kita! Contoh saja, memang mungkin saat ini selingkuhan hati lebih cantik atau fresh secara fisik, lebih menyenangkan dan nyambung kalau diajak diskusi. Hanya dua kriteria itu yang tidak ada pada pasangan, itu sudah cukup untuk melakukan selingkuh hati! Padahal, apakah selingkuhan hati kita sabar dan penuh keibuan saat   membantu memecahkan masalah?, Apakah ketelatenan dalam merawat kita dan anak-anak ada di pasangan selingkuh hati? Apakah masakannya lebih enak dari pasangan? Apakah bisa berbhakti dan penuh ketulusan merawat orang tua kita? Meskipun semua jawabannya tidak, kriteria sebanyak itu akan "kalah" hanya dengan 2 kriteria yang tidak ada di  pasangan, yaitu lebih fresh dan nyambung kalau diajak diskusi! Tertutup oleh keindahan yang kebetulan "hanya sedikit" yang tidak ada di pasangan kita.
Kalau semua pertanyaan diatas tadi jawabannya "iya", SAATNYA UNTUK SELF AWARENESS!! Sadari bahwa kita sudah punya pasangan! Sadarkan diri juga untuk tidak "memanjakan" perasaan tertarik dan suka. Belajar dan terus belajar berpikir logis dan proporsional dengan diiringi nurani yang jelas. Mau gak mau, terpaksa dan tidak terpaksa, kalau masih mau "meng-agung-kan" komitmen agung, saatnya kita dituntut secara tegas memutus kontak dengan orang tersebut. Kalau bisa jangan menghubungi atau melanjutkan ngobrol hal-hal personal kepada si dia. Kalau kebetulan itu teman kantor, batasi hanya kebutuhan profesional saja, jaga komunikasi pada konteks pekerjaan.
Untuk ke pasangan kita sendiri, hindari  kegamangan dan keraguan apa yang sudah kita janjikan saat Perjanjian Agung dulu. Ingat bagaimana perjuangan merajut kekaguman kita ke pasangan sampai terjadinya perkawinan. Pupuk terus "rasa mengagumi" untuk ditumbuhkan lagi menajdi kekaguman hati dan yang paling utama, hilangkan sedikit kelebihan yang ada di selingkuhan hati yang ternyata tidak sebanding dengan banyaknya kelebihan yang ada di pasangan kita. Masih “inget” bahwa apa yang dalami selama ini,  meskipun mendatangkan rasa "greng-greng" di hati itu sudah termasuk selingkuh hati dan sudah "sadar" merasakan… BAHAYA-nya!
Alhamdulillah, dalam proses itu sendiri saya juga dibantu Yayang yang masih "bersedia" menjadi mawar, pelacur, wanita jalang-ku sekaligus ibu-ku yang anggun. Mumpung dan masih mumpung (baca: manusia hanya berusaha), gelora itu masih ada dan belum tergerus dengan silent adore. Saatnya “mengurangi”…menuju eliminasi! Hehe..
Sudah siap??? SIAP GRAK!!

Berjiwa Pemenang

Pernahkah kita merasa “iri” dengan keberhasilan seseorang? Yang kebetulan kita lihat di televisi atau media massa lain yang memperlihatkan seorang yang di usia muda sudah menikmati suatu pencapaian yang luar biasa. Atau pulang dari acara reuni, terperangah dengan “keberhasilan” teman-teman main kita dahulu. Apalagi teman SMA tersebut pada jaman-nya adalah pribadi yang ndeso, tidak gaul dan tidak setenar atau sepintar kita.  Dada terasa sesak dan timbul rasa terpukul. Hal manuasiawi karena kita masuk dalam situasi sebagai “pecundang”. Lain halnya dalam lingkup kecil, lingkungan RT misalnya, kedudukan sosial dengan parameter kekuatan financial, kita masuk dalam kasta paling tinggi di lingkungan RT itu, timbul perasaan bangga didada atas pencapaian kita. Rasa yang ’melambung’ bila masuk dalam situasi ‘pemenang’ dan sebaliknya rasa ‘terpukul’ dalam situasi ‘pecundang’ sangat mudah kita bedakan.
Saat situasi ‘pecundang’ lebih sering kita alami, rasa pahit yang bertubi-tubi bisa tergantikan dengan rasa terpuruk, pesimis, bahkan bila tidak hati-hati bisa mengakar menjadi sikap apatis dan cuek terhadap situasi sekitar. Dalam situasi “sulit” ini, baik kondisi moral maupun material, kesenjangan yang menganga lebar, budaya konsumerisme akut, lemahnya solidaritas dan tindakan amoral yang silih berganti ditontonkan di media massa, mau tidak mau kita akan terlibat didalamnya. Harus siap menghadapai kondisi ini dan harus siap pula dengan konsekwensinya. Lebih kecut lagi, bila kita sedang dalam posisi tidak beruntung, menjadi pihak yang “pecundang” misalnya.  Menghadapi situasi ini, berat rasanya bisa ‘merasa menang’, mengangkat dagu dan tetap bersemangat pemenang. Pertanyaannya, haruskah kita merasa terpuruk terus, dan menunggu terus sampai keadaan lebih baik?
Disadari atau tidak, sikap pecundang yang terpelihara seperti ini tentunya akan mempengaruhi kinerja dan akan mempengaruhi “fighting spirit” kita secara umum dalam bersaing menghadapi kehidupan yang kejam ini. Bisa-bisa kita tergiring oleh lingkaran setan dan semakin tenggelam dalam ke-’pecundang’-an dalam rasa. Perasaan sulit memprediksi sukses, bahkan menyembunyikan perasaan’kalah’ dengan bersikap jumawa. Kita semua tahu bahwa bersemangat pemenang itu positif, namun demikian kita tidak gampang memenangkannya tanpa upaya.
Pemenang sejati adalah yang memperhitungkan kekalahan
Seorang pemenang ya harus siap kalah! Dalam arti, siap memperhitungkan pada suatu saat akan kalah. Jangan terlena dengan kemenangan.  Salah satu contoh dalam keluarga seringkali terjebak bahwa anak sulung adalah harapan keluarga, selalu ‘dimenangkan’ oleh orangtuanya dan kebetulan jarang sekali menghadapi kegagalan, baik dalam pendidikan, berorganisasi dan aspek kehidupan lainnya. Keadaan menang terus-menerus ini menyebabkan ia tidak akrab dengan kekalahan. Sebagai akibat, sikapnya jadi tidak mau menghadapi kekalahan, apapun aturan dan konsekuensinya, alias “tidak mau kalah atau mengalah”. Jangan salah, dia memang seorang pemenang dan sering menang, tetapi ia belum mempunyai “mindset” pemenang yang sebenarnya, karena ia tidak siap kalah. Orang seperti ini bahkan ada yang  bisa “menghalalkan” segala cara demi mempertahankan posisi pemenangnya.  Menjadi pribadi yang ngawur untuk mencapai kemenangan, contoh yang paling jelas pribadi seperti ini adalah seorang koruptor! Seperti awal pembuka tulisan ini, karena merasa “kalah” dengan teman SMA kita, mempunyai semangat yang membara untuk berbuat apapun dan ngawur untuk sekedar mendapat “wah” dari temen maen kita. Opo untunge kalau wah itu dating dari hal yang tidak benar? Semu!
Orang yang berusaha menang secara obsesif semata untuk mendapatkan penghargaan, menghindari rasa  malu, biasanya tidak bisa mengatur enerji, sehingga dalam situasi kalah ia tidak siap bahkan menunjukkan kemarahan. Coba perhatikan teman-teman kita di kantor. Salah satu teman kita pasti ada yang selalu sukses dalam pekerjaan-nya, semua tugas terselesaikan dengan baik, dan selalu menjadi prioritas boss. Tapi suatu saat mereka dalam kondisi tertekan karena dinamisasi pekerjaan dan competitor teman sejawat, ada yang bersikap meledak-ledak dalam mengekspresikannya. Apa kesan kita kepada teman tersebut? Kesan bahwa dirinya bukan sebagai pemenang tetapi justru pecundang. Kita perlu sadari bahwa sikap pemenang tidak selalu membawa kemenangan, tetapi justru kita perlu tetap mempertahankan “mindset” pemenang dalam situasi apapun.
Menang yang sebenarnya adalah termasuk memperlihatkan komitmen, kebesaran jiwa dan penghargaan terhadap aturan, aturan main, sistem dan prosedur yang sudah dibuat. Komitmen terhadap semua konsekuensi yang perlu ditanggung, menyebabkan kita bisa berangkat ke suatu situasi dengan sensasi dan memori positif, sehingga dampak emosi positif ini berubah menjadi energi positif. Inilah mindset pemenang yang sebenarnya.
Berniat Benar, Bergerak, Bertindak
Pada dasarnya manusia normal itu ingin melakukan hal-hal yang benar dan baik, bukan karena diperintahkan, tetapi memang secara natural mempunyai sikap demikian. Jadi sejahat-jahatnya seorang pribadi, suatu saat pribadi tersebut akan “kembali”. Kenyataan ini sebenarnya cukup menjadi dasar semua keyakinan kita untuk senantiasa merasa kuat, benar dan baik, terlepas dari apakah situasi yang kita hadapi kondusif atau yang kurang menguntungkan. Seringkali kita mencanangkan niat bahkan mendeklarasikan untuk suatu perubahan yang benar dalam hidup. Namun, sikap merasa berniat benar ini saja belum cukup. Harus disambung dengan komitmen untuk berusaha, berubah, bertindak, mengubah kebiasaan diri, orang lain dan membangun sukses. Untuk menang atau mempunyai jiwa pemenang kita harus bergerak, bertindak, dan “masuk” ke lapangan, bukan menjadi penonton saja.
Memelihara Semangat Pemenang
Kondisikan dalam lingkungan keluarga, kata-kata positif pemberi semangat menjadi kebiasaan. “Ayo pintar, kamu yakin bisa” Atau mendengar kata-kata support dari pasangan kita saat kita merasa memasuki area “pecundang”.  Pertama mungkin akan terasa lebay menerima kata-kata penyemangat itu., tetapi lama-kelamaan timbul  emosi positif dan semangat menularkannya juga ke orang lain. Tanpa kita sadari kata-kata bisa sangat “powerful” untuk membangkitkan mindset pemenang, karenanya perlu dipilih secara hati hati. Hindari kata-kata yang membuat drop semangat.
Disamping itu sangat perlu memelihara semangat pemenang ini dengan berlatih berada di bawah tekanan. Tingkat kesulitan pekerjaan yang ditambah, berjuang untuk jabatan yang lebih tinggi, atau berani “hijrah” dengan kondisi sekarang yang dirasa belum sesuai dengan keinginan kita, adalah upaya untuk membiasakan diri menguatkan mental dan mempertebal kepercayaan diri untuk menghadapi kesulitan yang tidak kunjung berhenti.  Dan senantiasa bersyukur dan bangga atas pencapaian kita, akan mengurangi sedikit nafsu menjadi pemenang yang ngawur!

Merak, 2 July 2011
Dodi Suprapto

Memelihara Gelora Asmara

Berapa usia perkawinan teman-teman saat ini?  5 tahun? 10 Tahun 15 Tahun? Dan pernahkah terpikir dimana suatu fase  kehidupan seksualitas atau gelora api asmara padam? Bahkan sudah menjadi seonggok arang? Padahal kehidupan perkawinan normal-normal saja.  Kalau saat ini jawabannya iya, saatnyalah kita mencari dan saling menyadari apa yang harus direvisi. Daripada hal ini menjadi bibit yang akan menumbuhkan pohon selingkuh yang lebat!
Gejala awal dari fase ini biasanya dimulai dari kurangnya perhatian atau kadar kepedulian dari pasangan masing-masing. Contoh sederhana kita mulai malas menelepon pasangan kalau mau pulang malam misalnya, atau mau makan malam dirumah atau dimana. Mulai tidak peduli lagi pasangan “minta” gelora asmara di tempat tidur, setiap kali salah satu pasangan ingin membangun gelora dan kehangatan malam, menolak. Kehangatan itu mulai redup seiring hembusan angin malam. Padahal masing-masing pasangan tidak atau belum mengalami suatu peristiwa dramatis, selingkuh misalnya. Ada apa sebenarnya?
Fungsi hubungan seks
Memang fase ini kebanyakan “menghantui” pasangan paruh baya yang biasanya sudah melewati usia perkawinan antara 10 tahun sampai 15 tahun. Tapi tidak tertutup kemungkinan menimpa juga pada usia perkawinan yang lebih muda. Harus dicari solusi bersama, jangan sampai untuk menghidupkan kembali gelora asmara dan getar-getar cinta, pasangan kita mencari pasangan lain!
Mari kita kembali memahami fungsi dari hubungan seksual itu sendiri. Hubungan seksual menurut para seksolog ada 3 macam fungsi:
Pro-kreasi           : Untuk mendapatkan keturunan, hamil dan mempunyai anak
Rekreasi             : Untuk kesenangan dan
Sebagai ekspresi cinta
Untuk tujuan pertama sebagai pro-kreasi, sepertinya tidak usah diajaripun orang akan melakukan-nya. Karena seks sendiri adalah naluri dasar (dorongan instinktual) dari mahluk hidup, sejajar dengan naluri untuk makan ataupun naluri untuk mempertahankan diri.  Naluri adalah dorongan yang sudah ada secara alami pada setiap spesies hewan termasuk manusia tanpa harus dipelajari. Biasanya naluri primer atau naluri dasar,  parameter pemenuhannya adalah sinyal dari otak untuk segera memenuhi kebutuhan itu. Sinyal untuk melakukan hubungan seks prokreasi pada hewan adalah datangnya birahi dan setelah melakukan-nya diberi anugrah rasa nikmat luar biasa, sehingga hewan ataupun manusia tidak akan bosan untuk melakukan lagi dan lagi apabila birahi itu datang. Naluri makan, otak mengirimkan sinyal rasa lapar, begitu juga naluri untukmempertahankan diri, mahluk hidup akan berusaha semaksimal mungkin untuk selamat apabila ada hal yang mengancam kelangsungan hidupnya. Dorongan instinktual dasar.
Kembali lagi ke masalah hubungan seks pada manusia, karena manusia dibekali akal budi yang membedakan manusia lebih special dari mahluk hidup lainnya, kita bisa memanipulasi hubungan seksual itu tidak sekedar sebagai pro-kreasi, tetapi sesuatu yang bisa mendatangkan kesenangan, kenikmatan dan sebagai ekspresi cinta. Manusia tidak akan lelah “memanipuasi” fungsi dari hubungan seksual. Karena bisa dengan cerdas menggabungkan dorongan birahi ke dalam kesenangan dan ekspresi cinta kepada pasangan. Karena “pintar”-nya menggabungan ketiga fungsi seksual itu,  manusia kadangkala melakukan hubungan seks yang liar, tidak terkendali dan bahkan lebih liar dari hubungan seksual yang dilakukan oleh hewan! Karena proses hubungan seksual menghasilkan  “sensasi” yang luar biasa nikmat. Kalau hal itu tidak dikendalikan, sangat mungkin kita akan melihat manusia dengan santainya melakukan hubungan seksual di mall-mall misalnya. Setiap ketemu wanita cantik dan mendatangkan birahi, langsung telanjang dan gabrus-gabrus. Haha.. tidak bukan. Maka untuk mengendalikan hal itu, yang Maha Kuasa menurunkan suatu aturan. Untuk secara legal bisa melakukan hal itu, harus melalui sakralisme pernikahan. Norma sosial yang harus diikuti dan sebagainya dan sebagainya. Ckckck… bahaya kalau tidak diatur. Seperti ayam jago!
Karena diatur itu kita “dipaksa” untuk terkungkung dalam pemenuhan hubungan seksual dengan “hanya” kepada pasangan resmi. Padahal kita secara naluripun apalagi dibekali akal budi yang bisa memanipulasi hal tersebut. Gelora itu akan selalu meledak-ledak. Bagaimana kita bisa membawa hubungan seks itu menjadi suatu kesenangan atau rekreasi! Baik pria maupun wanita mempunyai kecenderungan itu. Hal itu tidak akan menjadi masalah kalau pasangan masih mempunyai ketiga fungsi hubungan seksual itu. Komplit! Tidak kurang atau lebih. Akan menjadi big problem apabila salah satu fungsi itu sudah “lupa” dipelihara oleh masing-masing pasangan karena sudah terlalu lama hidup bersama alias BOSAN atau bosan yang dibuat! Padahal agama atau aturan yang dibuat manusia sendiri kita “dipaksa” untuk selalu hidup bersama! Akhirnya untuk mengembalikan gelora itu, tidak jarang pasangan mencari pasangan lain yang bisa memenuhi ketiga fungsi dari hubungan seksual itu. Alias selingkuh!  Menabrak aturan agama maupun norma sosial!
Sudah ketemu hal yang harus direvisi. JANGAN SAMPAI LUPA FUNGSI HUBUNGAN SEKSUAL SEBAGAI REKREASI DAN EKSPRESI CINTA!
Tinggal pertanyaan-nya, bagaimana supaya kita tidak lupa?
Menghangatkan Gelora Api Asmara
Sederhana sebenarnya untuk memelihara gelora itu tetap menyala! Ya berusaha jangan sampai padam! Seringkali kita terjebak bahwa rutinitas bisa memadamkan gelora itu. Ya memang, tetapi hal yang rutin itu kenapa kita tidak kelola sehingga menjadi sesuatu yang selalu baru! Sekali lagi kita dibekali otak yang bisa memanipulasi organ-organ tubuh lainnya. Termasuk organ genital dan sensasinya.
Hal tersebut dimungkinkan karena didalam otak manusia terdapat satu daerah atau bagian yang fungsinya membuat rasa senang, nikmat dan sejahtera . Daerah atau bagian ini dikenal sebagai  pleasure area. Bagian yang 1 x 2 cmtepatnya terletak di bagian dasar otak yang disebut hipotalamus. Area itulah yang mengatur rasa senang, nikmat, termasuk sensasi dalam berhubungan seks. Bagian tertentu dari otak membentuk suatu zat kimia yag bernama beta-endorfin atau yang lebih dikenal dengan morfin endogen. Jadi sebenarnya tubuh kita sudah dibekali zat yang menimbulkan sensasi nikmat dan nyaman tanpa harus mengkonsumsi zat addiction seperti morfin buatan ataupun zat yang menimbulkan sensasi “melayang” lainnya. Selain itu di daerah ini ada reseptor benzodiazepine yang membuat orang merasa tenang dan serotomine yang membuat orang merasa senang. Untuk bekerja tentunya harus ada trigger dari luar yang membuat daerah tersebut bereaksi.  Salah satunya faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas seksual.
Sebagai manusia pasti akan terus mencari booster supaya kehidupan seksual-nya mampu “menggoyang” pleasure area tersebut. Celakanya ya itu tadi, kita dibatasi norma agama dan norma sosial yang ada. Jadi “terpaksa” kita hanya menjelajah sampai habis potensi yang ada di pasangan kita. Pasti ada yang bertanya dan protes saya mengistilahkan “terpaksa”.  Sebagai manusia biasa “nafsu” untuk mencari hal-hal baru untuk merangsang pleasure area itu memang sudah bawaan. Karena memang beta-endorfin itu ya semacam morfin yang menimbulkan suatu ketergantungan!  Menurut saya jangan memperdebatkan itu lah. Tapi bagaimana caranya masing-masing pasangan bisa memelihara gelora itu, tanpa mencari sensasi dari selain pasangan!
Beberapa tips untuk tetap memelihara gelora itu.
1. Selalu pelihara saling memperhatikan hal-hal kecil, tetapi mempunyai dampak yang sangat besar. Contoh, selalu menanyakan kondisi kesehatan pasangan. Mengingatkan untuk selalu makan teratur dan selalu mengingat momen-momen kenangan yang pernah dilalui pasangan.
2. Sedikit berkorban untuk sekedar “memotong” rutinitas aktivitas dalam bekerja. Luangkan waktu berdua. Tidak akan kiamat kok kalau hanya sekedar mengambil waktu 2 sampai 3 jam bersama.
3. Selalu pelihara komunikasi, termasuk masalah seksual. Banyak pasangan yang merasa malu untuk membahas ini. Padahal hal ini perlu diungkapan untuk memelihara “sensasi” itu terpelihara, supaya tidak tergerus dengan rutinitas atau frekwensi bertemu kita dengan pasangan yang sudah menjadi hal lazim. Sehingga pertemuan ini sudah tidak “syur” lagi seperti saat pacaran. Padahal dalam bersenggama ada kesempatan tubuh bertemu tubuh, sentuhan dan dekapan menimbulkan kehangatan yang luar biasa.
4. Berikan cumbuan mesra dan sedikit nakal kepada pasangan. Tidak ada salahnya kok wanita yang aktif memberikan cumbuan-cumbuan mesra dan nakal. Justru bagi kebanyakan pria, ini menjadi hal yang baru dari kodratnya sebagai mahluk yang dominan dalam ras manusia. Suatu waktu seorang pria butuh sebagai yang “terpedaya dan pasrah”! Tapi yo jangan kebablasan, teori ulur tarik lah. Pasangan harus pintar saatnya merasa terpedaya atau saatnya memperdaya pasangan. Intinya harus seimbang dan pintar membuat variasi. Cumbuan yang rutin dan mesra bisa menjaga hubungan emosiaonal antara suami istri.
5. Anggap kita sebagai pelacur atau gigolo yang sah dari pasangan kita! Kasar? Ya enggak, untuk mendobrak rasa malu dan ewuh pakewuh soal hubungan seksual, kita memang harus membuat situasi seperti batasan-batasan kesopanan bisa runtuh. Akan lebih leluasa kita dalam mengkomunikasikan masalah seksual dengan pasangan apabila batas kesopanan itu “dihilangkan”. Lho, kita sudah sah kok sebagai pasangan, toh melakukan itu dengan pasangan sah kita. Pertanyaan-nya sekarang, kenapa berhubungan dengan pelacur atau gigolo lebih wah sensasinya? Saya rasa yang sudah pernah melakukan tidak akan memungkiri. Kenapa hal tersebut tidak dilakukan dengan pasangan? Kenapa harus mencari yang lain? Jadi kenapa harus malu dianggap pelacur atau gigolo oleh pasangan kita? Daripada pasangan kita mencari gigolo atau pelacur lain. Ya tho…..  Untuk belajar menjadi gigolo atau pelacur bagi pasangan kita, tidak ada salahnya mencoba yang ada di video porno misalnya. Tapi tetap harus ingat, dalam batas kewajaran dan selama pasangan kita masing-masing menerima! Jangan sampai menonton video porno berubah menjadi suatu ketergantungan dan malah menjadi kekerasan dalam hubungan seksual! Karena “memaksa” dari pasangan kita. Untuk menghindari itu, pelajarilah bersama-sama! Bekali pengetahuan tentang seksologi baik makanan pembangkit gairah ataupun posisi-posisi bercinta yang bisa membuat pasangan merem melek!
6. Berlibur bersama tanpa diganggu anak-anak dan pekerjaan! Ambil waktu untuk mewujudkan itu. Tentunya setelah berdiskusi dengan anak-anak. Ambil kesempatan bulan madu kedua, ketiga dan seterusnya! Sepanjang waktu berlibur bersama itu bisa diwujudkan.
7.  Terakhir…. JANGAN LUPA UNTUK MERAWAT TUBUH!  Seringkali ini yang dilupakan oleh pasangan, karena alasan sibuk dan sudah menjadi suami istri, jadi hal tersebut tidak perlu lagi dilakukan. Padahal kalau dimata pasangan kita masih keluar pujian yang mengatakan body kita masih seksi, hal tersebut secara otomatis akan membangkitkan gairah masing-masing. Setiap kata yang keluar dari mulut akan menjadikan mood bercinta yang luar biasa. Berolahraga secara teratur disamping menjaga kondisi tubuh bugar dan selalu siap “bertempur”, juga akan membantu memelihara bentuk tubuh kita. Sekali lagi jangan malas untuk merawat tubuh, karena itu asset!
Tentunya hal tersebut kembali dari niat dan komitmen masing-masing pasangan. Akan menjadi hal yang mubazir apabila niat dan komitmen itu luntur seiring nafsu yang selalu menyertai.  Kalau masih komitmen, ya peliharalah gelora itu, kalau tidak……… ya monggo!

Ayo, BANGKIT!

Dalam menjalani kehidupan yang keras ini, ada fase dimana merasakan keterpurukan dan pahitnya kehidupan. Ibarat pepatah kesusahan sehari terasa lebih lama daripada kegembiraan sebulan. Mudah-mudahan tips berikut ini bisa mengembalikan kesempatan untuk “bangkit” kembali.
1. Bangkitkan diri dengan puisi dan tulisan inspirasional.
Banyak penyair handal yang berangkat dari pengalaman pribadi mereka. Tragedi, trauma, kisah sedih diubah menjadi puisi indah dan dalam. Jadi apa salahnya mencoba berpuisi dan tumpahkan apa yang Anda rasakan.
2. Bukalah diri secara spiritual
Sadar atau tidak, dalam keheningan kita bisa merasakan kedamaian dan kekuatan yang luar biasa, misalnya dengan meditasi atau berdoa. Disaat itulah Anda akan merasa di dunia yang lain.
3. Yakini bahwa akan dating masa yang lebih baik
Mengeluh di masa-masa sulit itu biasa. Tidak biasa andai Anda tetap bersyukur dan yakin bahwa setelah derasnya hujan, pelangi akan menanti.
4. Ringankan beban Anda dengan meringankan beban orang lain
Dengan membantu orang lain, beban dan pikiran anda akan teralihkan. Percaya atau tidak, perasaan Anda akan lebih plong.
5. Berdiri di tengah orang-orang yang mendukungmu
Teman dan keluarga yang Anda miliki adalah obat. Bisa jadi mereka menawarkan solusi yang tidak terpikirkan oleh Anda.
6. Makanan mempengaruhi suasana hati
Apa yang kita makan akan diolah tubuh dan mempengaruhi produksi za-zat kimiawi di otak. Oleh karena itu, perhatikan apa yang anda makan. Hindari konsumsi daging merah, alcohol, rokok, serta produk kalengan.
7. Belajar dan sesuaikan
Sadari apa yang masih ada. Bukan apa yang hilang. Biarlah keterpurukan menjadi guru Anda di masa depan.



Merak, 13 Agustus 2011

Kacang, si kecil yang menyehatkan.

“Gak mau kacang, ah. Takut jerawatan!” atau begini,” Jangan banyak makan kacang, sayaaang…. Nanti tambah endut lho.” Seringkah Anda mendengar atau bahkan mengucapkan kata-kata itu sendiri? Pernah? Bahkan sering? Ya wajar, kita mungkin telah lama menghakimi benda kecil yang rasanya gurih nikmat itu. Mau direbus, digoreng disangrai atau dibuat bumbu pecel kesukaan-ku, tetap saja rasanya gurih nikmat. Iya.. kacang tanah! Kacang tanah atau produk olahan berbahan dasar kacang dituding mengandung lemak yang potensial meningkatkan kolesterol maupun membuat orang gendut.

Padahal kecemasan itu sekarang patut dibuang jauh-jauh. Karena sebenarnya kacang tanah yang mempunyai nama latin Archais Hypogea memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan. Kacang tanah yang kita kenal sehari-hari, mengandung banyak nutrisi nabati yang dibutuhkan tubuh seperti energy, protein, kalsium, vitamin, fosfor, magnesium, zat besi dan kalium.
Ini mungkin yang ditakutkan atau menjadi pemahaman salah akan kacang, bahwa kacang itu mengandung lemak! Orang baru mendengar kata lemak saja sudah pasti mempunyai asumsi bahwa semua lemak atau makanan yang mengandung makanan lemak adalah berbahaya bagi kesehatan. Apalagi dengan salah kaprahnya kata-kata diet rendah lemak apalagi tidak ingin gemuk. Padahal lemak itu sendiri terdiri dari lemak sehat dan lemak yang berbahaya bagi tubuh. 
Lemak Berbahaya
Lemak jenuh dan lemak trans merupakan jenis lemak yang kurang sehat. Lemak ini bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dengan cara meningkatkan kadar kolesterol total dan kolesterol jahat LDL. Kolesterol yang kita peroleh dari makanan pada dasarnya tidak sama dengan lemak, tapi kolesterol ini ditemukan pada makanan hewani. Asupan kolesterol dari diet ini akan meningkatkan kadar kolesterol. Tapi, peningkatan ini tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dengan lemak jenuh dan lemak trans. 
Berikut jenis lemak yang berbahaya beserta sumbernya: 
Lemak jenuh. Terdapat pada produk-produk hewan (seperti daging, unggas, makanan laut, telur, produk-produk susu, serta mentega) dan minyak kelapa. 
Lemak trans. Terdapat pada minyak sayur yang dihidrogenasi, produk-produk bakaran (seperti crackers dan kue), serta makanan yang digoreng. 
Kolesterol dari makanan. Terdapat pada produk-produk hewan (seperti daging, unggas, makanan laut, telur, produk-produk susu, serta mentega). 
Lemak sehat
Lemak sehat adalah lemak-lemak yang tidak jenuh, baik lemak tidak jenuh tunggal maupun ganda.
Lemak tidak jenuh tunggal bisa diperoleh dari olive oil, minyak kacang, canola oil, alpukat, kacang-kacangan dan biji-bijian. Sedangkan lemak tidak jenuh ganda bisa diperoleh dari minyak sayur, kedelai, kacang-kacangan dan biji-bijian. Ada satu lagi jenis lemak tidak jenuh ganda yaitu Asam Lemak Omega-3, bisa diperoleh dari ikan seperti salmon dan mackerel, biji rami, minyak rami dan kenari. 
Jika ingin memilih lemak, pilihan terbaik adalah lemak-lemak yang tidak jenuh, baik lemak tidak jenuh tunggal maupun ganda. Jenis lemak ini, bila digunakan untuk menggantikan jenis lemak lainnya, bisa menurunkan risiko penyakit jantung dengan cara menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol jahat LDL dalam darah. Seperti halnya kacang tanah, yang termasuk keluarga kacang-kacangan, mempunyai kandungan lemak tidak jenuh. Lemak dalam kacang tanah tergolong lemak nabati (fitosterol). Yang mana lemak ini justru bermanfaat untuk mencegah penyakit kardiovaskular (jantung)
Fitosterol juga berfungsi menurunkan kadar kolesterol dan Trygliserida dengan cara memblok absorbs kolesterol dari makanan yang dikonsumsi. Fitosterol juga akan mengurangi penyerapan kembali kolesterol dari hati.
Dari peneltian mengkonsumsi kacang minimal seminggu sekali akan menurunkan resiko penyakit jantung 25% lebih rendah disbanding mereka yang tidak mengkonsumsi kacang. Prinsipnya agar kesehatan tetap terjaga, pola makan yang harus diterapkan adalah pola makan seimbang. Untuk kacang sendiri dapat dijadikan variasi menu atau makanan selingan. Lebih baik memilih segenggam penuh kacang sebagai snack daripada kripik kentang atau crackershasil olahan lainnya. Hidup kacang!

Selasa, 09 Agustus 2011

Kau, Kekasih-ku sekaligus Ibu-ku.

Penyakit! Setiap habis libur begini... rasanya kasur ada lem! Meskipun berjuang selama hampir setengah jam, dengan keringat bercucuran dan mata masih ada power glue. Akhirnya terbebas juga badan dari nyaman-nya kasur kapuk! Langsung pegang remot TV dan..ngejogrok deh di depan TV. Terus..biasa... ada suara nyaring dari dapur,"Bapak! Sudah hampir setengah tujuh! Kerja apa tidak?. "Iya sayaaaaang...., sebentar lagi. Ada highlight MU musuh Manchester City nih." Sahutku males. "IYa! Tapi sudah hampir setengah tujuh! Kasian pak Encupnya nungguin di depannya kelamaan!"
Dengan gontai aku jalan menyeret kaki, kubuka pintu kamar mandi. Baru setengah buka...,"Pak, celana dalam sudah dibawa belum? Handuk?" suara nyaring yayang menggema lagi. Tapi.. hehehe.. pura-pura gak denger. Langsung masuk kamar mandi, nongkrong, gosok gigi lalu byur..byur" Beberapa menit... qiqiqi teriak-ku," Bu!, mana celana dalam? Handuk?" Lalu tiba-tiba.. Asthagfirullah! Tau-tau yayang dah njedul dibalik pintu kamar mandi sambil nyodorin celana dalam dan handuk! Sambil ngomel..,"kebiasaan! Dan ngeloyor pergi periksa tas kerja-ku. Dan teriak lagi...,"Pak! Mana charge HP bapak? Terus HP bapak dimana? Gak jawab sayanya.. tapi denger langkah yayang yang hampir gedebag-gedebug bawa charge HP dan HP masukin ke tas kerja.
Tercenung saya beberapa saat.. padahal yayang lagi hamil. Tapi saya masih seperti bayi! Mana janjimu Dodi Suprapto? Katanya mau bantuin yayang-mu untuk gak ngrepotin kalau pagi. Beruntung kamu mempunyai yayang sekaligus ibu! Ibu... iya.. yayang selain teman mengarungi bahtera rumah tangga, juga ibu bagi saya. Aku anak laki-lakinya yang kurang ajar! Sudah ngerjain kalau lagi butuh dan sekaligus mengasuh! Terbersit bayangan kalau saya pulang kerja dan malas untuk mandi! Dengan lembut yayang selalu mengingatkan,"Pak, sudah magrib. Cepet mandi.." Seperi biasa jawab-ku,"Sebentar lagi.." Dan 5 menit kemudian yayang sudah membawa baskom yang berisi air hangat dan handuk kecil. Dan membuka baju dan celana sampai hanya tersisa celana dalam. Tangan lembutnya membasuh muka, kemudian badan, kaki. Dan pasti dengan pelan ngomong,"Pak, balik badan. Punggungnya mau dilap!... hmhmhm..
Terlintas pikiran ngawur.. ada yang bisa menggantikan tidak yaa? Artinya saya sebagai laki-laki biasa dan kurang ajar, keluar ego dan jiwa kelelakian lebih menguasai..., kalau saya selingkuh atau kawin lagi misalnya.. Apa ya tergantikan peran yayang sekaligus ibu-ku? Rasanya semakin jauh pemikiran untuk melakukan itu. Kekuatan harum-mu masih terikat kuat di belalai kumbangku. Dalam memberikan hangat madu-mu, kau begitu pandai membuat diriku mabuk kepayang. Bahkan kau begitu pandai menggerayangi setiap inchi kulit-ku. Tidak terlewatkan sama sekali. Tidak pernah sekalipun kepayangku jauh dari-ku. Terima kasih, yayang. Kau semakin menyebarkan semerbak mawar yang harumnya melewati relung hati yang paling dalam. Biarlah "anak-mu" ini hanya mencium bau melati, tanpa memetiknya apalagi menghisap nektar-nya. Yakinlah. Itu hanya anugrah normal dari yang Maha Kuasa, bahwa "anak-mu" ini masih mempunyai hidung kurang ajar lelaki. Aku makin rajin mencium harum mawarmu, sekaligus menghisap madu kasih-mu setiap aku mau. Kau kekasihku sekaligus ibu-ku bahkan...pelacurku!
Dan tiba-tiba ada suara buk di punggung-ku,"Hey! bukannya cepet dipakai itu celana dalam, malah ngelamun! Tersadar aku dari lamunan beberapa detik.. dan bruk! Reflek aku rangkul itu yayang dan ku cium bibir-nya. Pak!..Pak! Sadar... puasa-puasa. Eh iya. Meringis sambil garuk-garuk kepala saya.. dan," Cepet itu celana dalam dipakai! Kaya jam gandul tau! Bergegas aku pakai celana dalam, baju seragam yang sudah disiapin. Sret..sret.. Dan.... hehehe...teriakku lagi,"Yang..! Mana sisir? Ikat pinggang? Id badge? Modem? Kaos kaki? Kunci? ...................................................

Merak, 9 Agustus 2011
Dodi Suprapto

Senin, 08 Agustus 2011

Histrionik, Tukang Cari Perhatian

Yayang nowel saya waktu anter begundal-ku beli sepatu. Melihat yayang dulu.. maksudnya ada apa. Tapi yayang malah gerakkan kepala kearah kiri. Reflek saya mengikuti sesuai arah kepala yayang…. Dan BUSSYYYEEET…. Itu orang. Ckckckck… Body berisi, legging ungu ngejreng ketat, kaos ketat dan dandanan menor! Sampai..maaf.. belahan pangkal paha ngecap! Jelas pisan.. terus ditambah kaos merah menyala kurang bahan nempel nutupin dada!.. ngepas banget sama badan.. jadi factory milk-nya nyembul kemana-mana. Mana gedhe lagi.. ukuran 40 kali! Bunyi gemrincing gelang emas yang jumlahnya mungkin ratusan! Dandanan-nya.. menor abis! Blush on dan eye shadow kontras!Ditambah anting segedhe gaban plus rambut..PIRANG! hahahaha.. tambah kaget lagi waktu melintas di depan saya dan… wakakakaka… ada tattoo mawar di punggung atas deket leher! Emang sih orang-nya rada cakepan..dikit. Tapi kok yo gak mikir.. malah menurut saya seperti SWIKE! Alias kodok.. paha ketat, nyempul sana sini, lengan Rambo! Dan hihihi.. ditambah menor-nya sama rambut pirang.., pas deh sepertinya disewa jadi BADUT ANCOL! Tapi melihat gayanya.. orangnya malah PD abis! Dan bukan saya saja yang rela membawa bola mata tertuju ke arahnya, tapi sepertinya seisi mall ngeliat ke dia! Merasa semua tertuju ke dia, sepertinya malah senang! Tambah megal megol jalannya.. Ampun deh. Ada ya orang seperti itu.. sampai rumah saya masih dengan jelas lho, untung gak kebawa mimpi..

Sudah lupa saja kejadian satu babak tersebut, Cuma hari minggu kemaren waktu selesai ngurusin kembang, saya baca-baca majalah kesayangan..Intisari. Nah.. waktu buka itu majalah, gak tau kenapa, pas banget saya buka halamannya.. disitu ada ilustrasi perempuan yang dandanan-nya menor dan ada judul besar…HISTRIONIK (TUKANG CARI PERHATIAN) yang ditulis mas Dharnoto.. Melihat judulnya.. langsung ingat kejadian beberapa hari yang lalu seperti sudah saya ceritakan diatas. Ternyata.. ada orang seperti itu. Dan itu termasuk penyakit gangguan mental atau kepribadian! Oooo… Jadi tambah semangat deh bacanya. Ternyata…

Histrionik adalah gangguan kepribadian yang mendorong orang untuk terus berusaha menjadi perhatian, tepatnya malah pusat perhatian. Dengan tampil attraktif di depan umum seperti ibu yang di mall tadi dan berhasil tho.. semua mata tertuju ke dia. Sebetulnya penderita histrionic itu berusaha menutupi kekurangan yang ada di dirinya. Seorang histrionic cenderung akan memanipulasi kekurangan yang ada dengan berusaha tampak menggairahkan, reaktif dan pandai mendramatisasi. Kepribadian yang belum matang. Dari penelitian, penderita histrionic ada suatu perasaan tidak mampu dan tak bisa menangani hidupnya sendiri. Jadi seorang histrionic berusaha mendapat pengukuhan dari orang lain, seperti cantik, seksi, pintar atau puji-pujian yang lain. Memang overacting kalau dilihatnya. 
Ciri-ciri Histrionik
  1. Emosinya naik turun
  2. Gampang GR (gede rasa)
  3. Merasa dirinya menarik. Dandanan dan busananya mencolok, tepi belum tentu pantas. Bukan karena tergolong modis, tetapi semata-mata untuk mencari perhatian.
  4. Mood naik turun, cenderung dramatic dan labil
  5. Sering mengeluh sakit, padahal tidak. Tetapi seorang histrionic mengeluh sakit, kelihatan seperti sakit beneran. Keluar keringat dingin dan sebagainya. Tetapi begitu dibawa ke dokter, tidak ditemukan sakit apapun!
  6. Alur bicara tidak runtut dan kalau ditanya lebih lanjut tak bisa mengurai secara rinci.
Kalau sempat mengamati temen kerja di kantor, kalau kebetulan ada. Kalau ada lho.. jangan sewot dulu, atau memang yang merasa mempunyai gejala seperti diatas. Hehe.. jangan malu pergi ke seorang psikolog atau menyarankan. Karena sampai sekarang para ahli belum mencapai kata sepakat, ada factor genetika tidak dengan penyakit ini. Jadi salah satu penyembuhan adalah dengan konseling. Dari situ digali factor penyebab mengapa orang cenderung ke histrionic. Gangguan kepribadian psikosomatis yang berhubungan erat dengan riwayat keluarga, menurut penelitian bisa menjadi pemicu. Seseorang dituntut untuk terlihat cantik dan selalu berpenampilan baik, tetapi karena kurang perhatian dari orang tua, tidak ada parameter dari orang lain yang mengakui bahwa dia sudah cantik atau berpenampilan baik. Sehingga orang tersebut akan membuat standar sendiri dari keadaan itu, susah menerima kritik dari siapapun sehingga selalu merasa benar. Justru ini akan menimbulkan keraguan akan kemampuan dirinya sendiri. Untuk memperoleh perhatian dari orang tua, harus melakukan sesuatu yang khusus. Akibatnya seorang histrionic haus akan pengukuhan orang lain bahwa dirinya berhasil (tampil menggairahkan, cantik atau pintar)

Karena gampang GR, apabila ada seorang pria (sorry, karena dari penelitian. Penderita histrionic kebanyakan dialamai oleh wanita), Nampak menaruh perhatian padanya, langsung klepek-klepek. Kalaupun jadi, rentang waktu dari jadian sampai bubaran tidak lebih dari satu bulan! Karena sang pria bakal menjauh karena seorang histrionic akan merubah jadi sangat penuntut! Karena sesuatu dilihat hanya dari sudut pandang dewek. Orang lain harus berada dibawah kemauannya. Hal ini mungkin salah satu penyebab perceraian, karena mungkin pasangannya menderita histrionic. Penyebabnya istrinya tak mampu mengembangkan hubungan antar personal. Emosi-nya mudah terusik hal-hal kecil. Hubungan akan menjadi tak sehat, sebab menghadapi pasangan seperti ini jadi serba salah. Jika dituruti, ia semakin tenggelam dalam keabnormalan! (Jadi inget temen kantor yang sudah keluar.. hehe)

Karena pintar memanipulasi kita sering terkecoh dengan dramatisasi yang ditampilkan. Kalau mengeluh sakit misalnya. Bukan pura-pura sakit saja, tetapi benar-benar merasa lemas, keluar keringat dingin, jantung berdebar-debar, napas tersenggal. Tetapi begitu dibawa ke dokter, ya seperti itu.. tidak ditemukan sakit! Dan satu lagi, karena rasa ketidakmapuan, seorang histrionic cenderung ke paranoid.

Beberapa ttips untuk menghadapi seorang histrionic yang kebetulan ada di lingkungan terdekat kita seperti keluarga, sejawat kantor atau bahkan sahabat adalah berikut penilaian yang jujur dngan penampilan atau perilakunya. KArena terbiasa dengan sudut pandang sendiri, pelan-pelan jelaskan bahwa apa yang dilakukan itu bagi orang lain adalah menyebalkan atau tidak pantas, misalnya. Terus cari tahu apa-apa yang sering didramatisir, seperti cara dia sakit atau apa-pun. Jelaskan bahwa dia tidak sakit. Atau kalau masalah bukan sakit ajak melihat ke sudut pandang yang berbeda dan cara orang lain menyelesaikan permasalahan yang sama. Intinya dibimbing caa berekspresi yang secara sosial normative masih bisa diterima, karena sebelumnya cara bereaksinya tidak pas dalam ukuran normal sehingga terlihat aneh! Kalau tidak bisa…. Ya bujuk pergi ke seorang psikiater. Bayangin kalau itu pasangan kita, apa mau terus menerus dibawah kendali dia dan terus menerus nutup muka dengan penampilan-nya? Karena diberi saran bahwa dandananya menor, malah piring yang melayang! Hehehe

Merak, 8 Agustus 2011
Dodi Suprapto