Gaya bicaranya mendayu-ndayu, klemak klemek kalau orang jawa bilang, kadang mau jalan saja terkesan males, berperawakan kurus, wajahnya pucat kebiru-biruan. Dan, tak jarang terkesan menjengkelkan. Itulang Sengkuni! Tokoh pewayangan yang memanifestasikan sifat culas, pendengki, penghasut kelas wahid, licik.. pokoknya sifat yang menyebalkan komplit ada di dia. Untung Sengkuni itu tidak brewokan dan rada gendut! hehehe…
Membicarakan Sengkuni dan sepak terjangnya sebenarnya perwujudan tokoh antagonis tulen. Figur yang merefleksikan segala sifat kebusukan dan kelicikan. Tidak ada sisi baik yang bisa diambil dari sosok terkenal tapi terkubur dengan sifat buruknya ini. Terus bila dikondisikan dengan keadaan sekarang, di media-media masa, lingkungan kerja bahkan dalam lingkungan kecil bertetangga, roh dan semangat Sengkuni dengan mudah kita lihat. Dengan gamblang setiap hari kita menjumpai personifikasi Sengkuni. Seperti tokoh politik yang opurtunis munafik, teman kerja yang penghasut atau orang yang mengambil segala kesempatan untuk menciptakan suasana chaos! Typologi kesewenangan mulut dan butanya mata hati. Intrik-intrik cerdas namun culas dan licik adalah keahliannya. Tidak usahlah pusing mengambil contoh, banyak!
Awalnya Sengkuni itu bernama Harya Suman. Harya Suman atau Sengkuni ini dulunya ganteng. Karena polah tingkah sebagai pembawa bakat sifat licik dan penghasut, wajah Sengkuni rusak dihajar dan dipermak oleh Patih Gandamana yang sakit hati bukan kepalang dengan Sengkuni. Gandamana adalah pangeran dari Kerajaan Pancala yang memilih mengabdi sebagai patih di Kerajaan Hastina pada masa pemerintahan Pandu. Sekilas mengenai Pandu. Pandu adalah bapak dari satria-satria hebat Pandawa. Tetapi karena Pandu dikutuk akan mati kalau berhubungan seks, pandawa lahir dari doa dan permintaan ibunya Dewi Kunti kepada Dewa. Dikabulkan permintaan itu sehingga lahir-lah 3 anak yaitu Yudhistira, Bima dan Arjuna dari rahim Dewi Kunti. Sedangkan Nakula-Sadewa satria kembar yang ganteng lahir dari rahim Dewi Madrim atas permintaan Dewi Kunti juga kepada Dewa. Pandu sebenarnya sosok yang nelangsa. Karena dikutuk akan mati kalau berhubungan seks! Amit-amit… Itu gara-gara saat berburu di hutan memanah seekor Kijang yang sedang bercinta! Apesnya kijang itu adalah samaran/jelmaan seorang Resi. Karena sedang “on” diganggu dan mati, ngamuklah resi itu. Akhirnya balas dendam dengan mengutuk Pandu akan modar apabila berhubungan seks! Kasian. Itulah mengapa Dewi Kunti memohon kepada Dewa untuk dikarunia putra, karena tidak bisa berhubungan seks dengan suaminya. Hehe..jaman dulu sudah ada virgin birth yaa… Pandu sendiri karena 15 tahun tidak menyentuh istri-istrinya, akhirnya tidak kuat juga. Suatu waktu Pandu mengajak Dewi Madrim berhubungan seks, matilah dia. Dewi Madrim pun tak kuasa menahan sesal. Setelah menitipkan putra kembarnya Nakula-Sadewa kepada Dewi Kunti, Dewi Madrim membakar dirinya dan mati menyusul suaminya.
Kembali ke Sengkuni atau Suman tadi. Suman yang sangat berambisi merebut jabatan patih menggunakan bakat dan penciptaanya sebagai mahluk licik untuk menyingkirkan Gandamana. Suman atau Sengkuni ngipas-ngipas murid Pandu yang berwujud raja raksasa bernama Prabu Tremboko seorang penguasa kerajaan Priggandani. Maka terciptalah ketegangan di antara Kerajaan Hastina dan Kerajaan Pringgadani. Pandu pun mengirim Gandamana sebagai duta perdamaian. Di tengah jalan, Suman menjebak Gandamana sehingga jatuh ke dalam perangkapnya. Suman kemudian kembali ke Hastina untuk melapor kepada Pandu bahwa Gandamana telah berkhianat dan memihak musuh. Pandu yang saat itu sedang labil segera memutuskan untuk mengangkat Suman sebagai patih baru. Tiba-tiba Gandamana yang ternyata masih hidup muncul dan menyeret Suman. Suman pun dihajar habis-habisan sehingga wujudnya yang tampan berubah menjadi jelek. Sejak saat itu, Suman pun terkenal dengan sebutan Sengkuni, berasal dari kata saka dan uni, yang bermakna "dari ucapan". Artinya, ia menderita cacad buruk rupa adalah karena hasil ucapannya sendiri.
Kelicikan Sengkuni kadang tidak terprediksi oleh lawan-lawannya, karena memang cerdas. Pada suatu peristiwa, Sengkuni mendapat kesaktian luar biasa yaitu tahan berbagai senjata alias kebal secara gratis! Itu berkat kelihaian-nya yang cenderung licik. Dikisahkan, setelah Pandu meninggal dunia, pusakanya yang bernama Minyak Tala dititipkan kepada Drestarastra supaya kelak diserahkan kepada para Pandawa jika kelak mereka dewasa. Minyak Tala sendiri merupakan pusaka pemberian dewata sebagai hadiah karena Pandu pernah menumpas musuh kahyangan bernama Nagapaya. Beberapa tahun kemudian, terjadi perebutan antara para Pandawa melawan para Kurawa yang ternyata juga menginginkan Minyak Tala. Dretarastra memutuskan untuk melemparkan minyak tersebut beserta wadahnya yang berupa cupu sejauh-jauhnya. Pandawa dan Kurawa segera berpencar untuk bersiap menangkapnya.
Bukan Sengkuni kalau tidak secara cerdas dan mempunyai ide brilliant dalam mengambil kesempatan diatas kesempitan. Sengkuni dengan licik lebih dahulu menyenggol tangan Drestarastra ketika hendak melemparkan benda tersebut. Akibatnya, sebagian Minyak Tala pun tumpah. Sengkuni segera membuka semua pakaiannya dan bergulingan di lantai untuk membasahi seluruh kulitnya dengan minyak tersebut.
Sementara itu, cupu beserta sisa Minyak Tala jatuh tercebur ke dalam sebuah sumur tua. Para Pandawa dan Kurawa tidak mampu mengambilnya. Konon cupu tersebut hanya berhasil ditangkap seorang pendeta dekil bernama Durna Tertarik melihat kesaktiannya, para Kurawa dan Pandawa pun berguru kepada pendeta tersebut.
Sengkuni yang telah bermandikan Minyak Tala sejak saat itu mendapati seluruh kulitnya kebal terhadap segala jenis senjata. Meskipun ilmu bela dirinya rendah, namun tidak ada satu pun senjata yang mampu menembus kulitnya. Hebat khan? Disamping sudah mempunyai pusaka berwujud Cis (tongkat pendek untuk memerintah gajah) yang mempunyai khasiat dapat menimbulkan air bila ditancapkan ke tanah, Sengkuni mempunyai pelindung yang maha ampuh yaitu kebal terhadap senjata apapun!
Disamping licik dan penghasut, ternyata Sengkuni juga cabul! Pernah dalam suatu peristiwa, Sengkuni menjamah buah dada Dewi Kunti! Sehingga saat itu Dewi Kunti bersumpah tidak mau memakai kutang lagi kalau bukan dari kulit Sengkuni!
Cikal bakal perang maha dasyat antara Pandawa dan Kurawa adalah karena intrik-intrik buruk yang dilakukan Sengkuni. Iya, perang Mahabaratha! Awalnya adalah saat Duryudana yang manja dan pendengki diangkat putra mahkota oleh Destarata sebagai pemangku kekuasaan di kerajaan Astina setelah Pandu mangkat. Kolaborasi atau tepatnya kepiawaian Sengkuni menjadikan Duryudana boneka sekaligus sahabat sejati-nya, menambah daftar panjang kelicikan-kelicikan Sengkuni. Sengkuni yang menjadi penasehat utama Duryudana saat itu menangkap bahwa Duryudana merasa iri atas kemajuan yang dicapai Pandawa dalam membangun Indraprastha lebih indah daripada Hastinapura. Hal itu menjadi bahan untuk melancarkan siasat buruknya. Sengkuni menghasut Duryudana untuk merebut Indraprastha dari tangan Pandawa melalui permainan dadu melawan pihak Kurawa.
Atas saran Sengkuni, ia pun mengundang para Pandawa untuk bermain dadu di Hastinapura. Dalam permainan itu Sengkuni bertindak sebagai pelempar dadu Kurawa. Dengan menggunakan ilmu sihirnya, ia berhasil mengalahkan para Pandawa. Sedikit demi sedikit harta benda, istana Indraprastha, bahkan kemerdekaan para Pandawa dan istri mereka, Dewi Drupadi jatuh ke tangan Duryudana.
Mendengar Drupadi dipermalukan di depan umum, Dewi Gendari ibu para Kurawa muncul membatalkan semuanya. Para Pandawa pun pulang dan mendapatkan kemerdekaan mereka kembali. Karena kecewa, Duryudana mendesak ayahnya, Drestarastra, supaya mengizinkannya untuk menantang Pandawa sekali lagi. Drestarastra yang lemah tidak kuasa menolak keinginan anak yang sangat dimanjakannya itu.
Maka, permainan dadu yang kedua pun terjadi kembali. Untuk kedua kalinya, pihak Pandawa kalah di tangan Sengkuni. Sebagai hukuman, mereka harus menjalani hidup selama 12 tahun di dalam hutan, dan dilanjutkan dengan menyamar selama setahun di suatu negeri. Jika penyamaran mereka sampai terbongkar, mereka harus mengulangi kembali selama 12 tahun hidup di dalam hutan dan begitulah seterusnya.
Setelah masa hukuman selama 13 tahun berakhir, para Pandawa kembali untuk mengambil kembali negeri mereka dari tangan Kurawa. Namun pihak Kurawa menolak mengembalikan Kerajaan Indraprastha dengan alasan penyamaran para Pandawa di Kerajaan Wirata telah terbongkar. Berbagai usaha damai diperjuangkan pihak Pandawa namun semuanya mengalami kegagalan. Perang pun menjadi pilihan selanjutnya. Pertempuran besar di Kurukshetra pun tak terelakkan antara pihak Pandawa melawan Kurawa dengan sekutu masing-masing akhirnya meletus. Perang dasyat yang dikenal dengan perang Baratayudha ini berlangsung selama 18 hari
Kematian Sengkuni sendiri diceritakan di akhir perang Baratayudha. Kematian yang tragis! Sesuai dengan sepak terjangnya yang menimbulkan dendam kesumat bagi siapa saja yang pernah menjadi korban kesewenangan mulut Sengkuni. Pada hari terakhir Baratayuda, Sengkuni bertempur melawan Bima. Dalam pertempuran itu Bima dibuat frustasi tidak bisa mengalahkan Sengkuni karena tidak mampu menjebol kulit Sengkuni yang kebal karena pengaruh Minyak Tala.
Dari rasa kefrustasian itu, muncul Semar yang dari tampang lucunya sebenarnya adalah penjelmaan dewa, mengungkapkan ide cerdas dan masuk akal bahwa kelemahan Sengkuni ada di dubur! Masuk akal, karena saat berguling guling menyambut minya Tala yang tumpah, bagian tubuh yang tidak terkena minya adalah dubur! Karena terlindungi oleh lipatan pantat dari Sengkuni. Masuk akal dan cerdas! Bima pun maju kembali. Sengkuni ditangkap dan disobek duburnya menggunakan Kuku Pancanaka yang tumbuh di ujung jari Bima. Ilmu kebal Sengkuni pun musnah. Dengan beringas, Bima menyobek dan menguliti Sengkuni tanpa ampun. Dan mempersembahkan kulit tersebut kepada ibunda nya Dewi Kunti sebagai kutang! Sesuai dengan sumpahnya. Meskipun demikian, Sengkuni hanya sekarat tetapi tidak mati.
Pada sore harinya Bima berhasil mengalahkan Duryudana, raja para Kurawa. Dalam keadaan sekarat, Duryudana menyatakan bahwa dirinya bersedia mati jika ditemani pasangan hidupnya, yaitu istrinya yang bernama Dewi Banowati. Atas nasihat Kresna, Bima pun mengambil Sengkuni yang masih sekarat untuk diserahkan kepada Duryudana. Duryudana yang sudah kehilangan penglihatannya akibat luka parah segera menggigit leher Sangkuni yang dikiranya Banowati. Akibat gigitan itu, Sengkuni pun tewas seketika, begitu pula dengan Duryudana. Ini membuktikan bahwa pasangan sejati Duryudana sesungguhnya bukan istrinya, melainkan pamannya yaitu Sengkuni yang senantiasa berjuang dengan berbagai cara untuk membahagiakan para Korawa.
Masih belum puas, Bima menghantam tubuh Sengkuni dengan Gada Rujakpolo dan mencabik-cabik-nya untuk dibuang kearah tujuh mata angin!
Mungkin ya… mungkin, akibatnya roh dan jiwa Sengkuni ada di arah tujuh mata angin sampai sekarang! Coba sekarang…… banyak tidak manusia licik, penuh intrik, tega mengorbankan orang lain untuk kepentingan sendiri? Hayooo… coba berapa banyak sekarang pemimpin yang hanya bisa menjadi boneka para penasehat-nya yang licik? Coba sekarang dihitung dengan jari, orang yang dibungkus dengan wujud fisik yang santun, ramah, relijius (katanya), namun menyembunyikan nafsu bejat Sengkuni? Berapa hayoo…. Jumlah jari di badan gak cukup, coba pinjem jari orang lain? Masih gak cukup? Hahahaha.. itulah gambaran bahwa duplikat dan reinkarnasi jiwa-jiwa Sengkuni bertebaran di sekitar kita. Waspada, atau malah ingin menjadi Sengkuni? Seperti saya? Qeqeqeqe….
Ndods